PERANG BARITO ( 1859-1905)
Oleh:
Ramli Nawawi
Yang dimaksud dengan Perang Barito sebetulnya adalah
kelanjutan dari Perang Banjar yang yang meletus sejak tahun 1859 sejak
dimulainya penyerangan terhadap benteng Belanda pada tambang batubara Oranye
Nassau Pengaron.
Perang Barito berlangsungdi sepanjang Sungai Barito yang
merupakan urat nadi lalu lintas sampai ke pedalaman Dengan demikian perang ini
tidak terpisah dari hakekat perang sebelumnya ialah mengusir p 1862enjajah Belanda, dan perang
melawan orang kafir. Dalam perang Barito terlihat peranan Pabgeran Antasari
lebih besar karena dapat menyatukan sebagian besar suku Dayak di Kalimantan
Tengah sekarang.
Sejak tahun 1863 memang kekuatan
pejuang di Kalimantan Selatan dan hal ini
terlihat seperti berikut.
1.
Tanggal 24 September 1861, Jalil yang bergelar
Adipati Anom Dinding Raja tewas dalam
pertempuran menghadapi Belanda di medan pertempuran.
Tundakan.
Kematian nya besar artinya bagi daerah Amuntai, meskipun dalam hal ini semangat perang masih berlangsung dengan semangat yang tinggi
di bawah pimpinan lainnya.
2. 28 Pebruari 1862 telah menjadi tawanan Belanda hal ini besar pengaruhnya, sebab dia lah yang dianggap sebagai sultan yang sah dari Kerajaan Banjar. Tanggal 3 Maret 1862 Pangeran dengan seluruh keluarga, menantu famili terdekat,, anak-anak, ikut dalam pembuangan ke Cianjur.
3. Tanggal 19 Oktober 1863 , Sultan Kuning yang terkenal dengan Gerakan Muningnyadan yang terbanyak mempunyai anak bua tertangkap dalam sebuah pertempuran menghandapi. Dengan tertangkap dalam sebuah pertempuran menghadapi Belanda. Dengan tertaangkapnya Sultan Kuning hilanglah tokoh pimpinandari daerah Muning dan banyak pengaruhnya bagi perjuangan dalam Perang Banjar.
4. Tanggal 27 Pebruari 1864, Demang Leman seorang pimpinan yang gagah berani fertangkap dalam sebuah pertempuran dan dijatuhi hukuman gantung di Martapura.
Dengan melemahnya perjuangan ini,Pangeran Antasari yang memang sebelumnya telah memusatkan perjuangandi daerah Barito, meneruskan perjuangan dengan sebuah semb oyan yang terkenal: "Haram manyarah waja sampai ka puting".
(Sumber: Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Kalimantan Selatan).
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar