KALIMANTAN SELATAN
SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17-8-1945
Oleh:
Drs.
H. Ramli Nawawi
Bom atom yang
dijatuhkan Amerika Serikat di Hirosima dan Nagasaki telah memaksa Jepang untuk menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 agustus 1945. Peristiwa penyerahan
ini di Indonesia
sangat dirahasiakan oleh Jepang. Namun rakyat Indonesia yang selalu mengikuti
perkembangan perang di Asia Timur Raya pada waktu itu sudah melihat tanda-tanda
bahwa Jepang sudah tidak berdaya lagi.
Tidak terkecuali
apa yang terjadi di Kalimantan Selatan pada saat berakhirnya kekuasaan Jepang
tersebut. Ada
beberapa peristiwa yang menunujukkan bahwa Jepang di daerah ini sudah tidak
berdaya lagi.
1. Ketika
pesawat pembom Serikat menyebarkan selebaran di atas Kota Banjarmasin pada
tanggal 15 Agustus 1945, kubu meriam penangkis serangan udara milik Jepang yang
ada di Sungai Jingah tidak mengadakan reaksi apa-apa.
2. Sebagian dari
selebaran Sekutu yang berisi permintaan agar Jepang menyerah tersebut dapat
dipungut oleh rakyat, dan Jepang tidak melakukan tindakan apa-apa.
3. Bahkan
kemudian bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945 kubu meriam penangkis
serangan udara yang terdapat di Sungai Jingah Banjarmasin dibongkar sendiri
oleh Jepang.
Apabila peristiwa kekalahan dan
menyerahnya Jepang yang sudah terlihat tanda-tandanya tersebut tetap merupakan
rahasia untuk rakyat Indonesia, maka demikian pula halnya dengan peristiwa
berlangsungnya Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 di Jakarta. Rakyat Indonesia
tidak begitu saja dapat mengetahui bahwa wakil-wakilnya di Jakarta sudah
memproklamirkan kemerdekaan dan Indonesia
sudah bebas dari penjajahan negara manapun.
Apabila dari daerah-daerah di
Indonesia ada wakil yang mengikuti kegiatan-kegiatan di Jakarta dalam rangka
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tersebut, maka tidak terkecuali dari daerah
ini. Seorang tokoh daerah Kalimantan Selatan waktu itu bernama A.A. Hamidhan,
yang pada masa Jepang berkuasa di daerah ini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi
surat kabar Borneo Shimboen, pada tanggal 13 Agustus 1945 berangkat dengan
kapal terbang Jepang ke Jakarta selaku Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) dari daerah Kalimantan Selatan untuk menghadiri rapat-rapat
dalam rangka pelaksanaan kemerdekaan Indonesia.
Wakl-wakil bangsa Indonesia yang secara diam-diam mendapat
dukungan morel dari orang Jepang di Indonesia
telah mempersiapkan akan mengadakan rapat sehubungan dengan kemerdekaan Indonesia
ini pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun karena tindakan para pemuda yang
mempunyai pandangan lain telah melakukan “pengamanan” terhadap Bung Karno dan
Bung Hatta, maka rapat yang telah disiapkan tidak jadi berlangsung.
Tetapi kemudian para pemuda yang
telah mengambil alih kegiatan, mengumpulkan para wakil bangsa Indonesia
termasuk Soekarno-Hatta dalam rapat tanggal 16 Agustus 1945 di rumah Laksamana
Maeda, di mana disusun teks Proklamasi
yang diputuskan akan dibacakan besoknya tanggal 17 Agustus 1945 Demikian pula
atas usul para pemuda pula agar teks Proklamasi tersebut hanya ditandatangani
oleh Soekarno-Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia.
A.A. Hamidhan sebagai wakil
daerah Kalimantan Selatan selain turut menghadiri upacara pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan, juga mengikuti rapat-rapat dalam rangka menetapkan UUD 45, memilih
Presiden dan Wakil Presiden, serta menetapkan pejabat-pejabat di daerah yang
menjadi bangian dari Negara Indonesia Merdeka.
Sehubungan dengan di atas telah
ditetapkan sebagai Gubernur Kalimantan yang
pertama adalah Ir. Pangeran M. Noor,
sedangkan sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Daerah ditunjuk Mr.
Rusbandi dan Ketua Partai Nasional
Indonesia Daerah Dr. Susudoro.
A.A. Hamidhan setelah selesai
menghadiri rapat-rapat pada tanggal 20 Agustus 1945 kembali ke Banjarmasin dengan pesawat
Jepang. Secara implisit A.A. Hamidhan membawa tugas-tugas dari Pemerintah Indonesia
yang perlu segera disampaikan kepada masyarakat Kalimantan Selatan. Tugas itu
adalah: (1) menyampaikan berita tentang Proklamasi Kemerdekaan, (2) membentuk Komite
Nasional Indonesia Daerah,
(3) membentuk Partai Nasional Indonesia
Daerah.
Tapi sejarah berjalan lain,
karena setibanya A.A. Hamidhan di Banjarmasin
langsung mendapat pengawalan ketat dari penguasa Jepang. Rumah beliau dijaga dan tidak diperkenankan
menerima tamu siapa juapun. Sikap dan tindakan Jepang yang berhubungan dengan
perintah Sekutu agar tidak merubah status
quo sampai dengan penyerahan kekuasaan di daerah ini, menyebabkan
satu-satunya orang yang dapat memberikan penjelasan tentang kemerdekaan
Indonesia tidak dapat berperan tepat pada waktunya.
Namun dari peristiwa lain yang
menggambarkan kenekadan rakyat yang sudah sangat merindukan kemerdekaan ini,
pada tanggal 20 Agustus 1945 itu juga berita Proklamasi Kemerdekaan telah
menjadi pembicaraan masyarakat di Kandangan. Pada hari itu Borneo Shimboen Edisi
Hulu Sungai pimpinan A. Basoeni telah memuat berita tentang kemerdekaan Indonesia
berupa teks Proklamasi Kemerdekaan dan adanya UUD 1945. Berita ini sebelumnya
telah dapat ditangkap melalui sebuah radio “gelap” (pada zaman Jepang semua
radio dilak) milik A. Kusasi seorang ahli reparasi radio di Kampung Pandai
Kandangan.
Berita kemerdekaan yang telah
disiarkan melalui surat kabar Borneo Shimboen edisi Hulu Sungai tersebut,
kemudian dibacakan kembali dalam Pasar Malam Jepang yang berlangsung pada
tanggal 20-30 Agustus 1945 di Kandangan.
Rakyat di daerah Hulu Sungai
khususnya di Kandangan yang sejak zaman Pergerakan sudah aktif dalam kegiatan
politik tersebut kemudian melakukan pemasangan bendera Merah Putih di
rumah-rumah. Lagu Indonesia Raya pun berkumandang menggantikan lagu Kimigayo.
Bersamaan dengan itu disebarkan selebaran yang berisi seruan agar rakyat
mempertahankan dan menegakkan Pemerintah Negara
RI yang telah diproklamirkan. Bahkan
untuk kenang-kenangan telah didirikan sebuah tugu berbentuk “Lilin Menyala” di
bawah pimpinan Hamli Tjarang sebagai tanda menyalanya api kemerdekaan. Tugu
lilin menyala yang dibangun di depan Kantor Pemerintahan di Kandangan tersebut,
kemudian dihancurkan oleh NICA setelah mereka berhasil berkuasa kembali di
daerah ini.
Sementara itu di Banjarmasin oleh
para pemuda pejuang juga telah dapat ditangkap berita peristiwa sekitar
penyerahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia melalui radio “gelap” milik Sunaryo
dan Syahrul. Berita-berita yang dapat diikuti sejak tanggal 16 Agustus 1945
tersebut ternyata hanya sempat berkembang sampai pada tingkat bisik-bisik di
antara sesama tokoh pergerakan di Kota Banjarmasin.
Sementara itu surat
kabar Borneo Shimboen Banjarmasin pada tanggal 26 Agustus 1945 terbit dengan
berita kemerdekaan Indonesia.
Borneo Shimboen terbitan No. 851 Minggu
26 Hatji-Gatsoe 2605 tersebut memuat tentang Pengangkatan Kepala Negara dan
Bentuk Negara Indonesia Merdeka. Berita ini keluar setelah ada pembicaraan
antara A.A. Hamidhan selaku Pimpinan Redaksi surat kabar tersebut dengan Menseibo yang masih banyak menentukan di
daerah ini. Pembicaraan dalam rangka penyebaran berita proklamasi tersebut
berisi tentang ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Bahwa yang disiarkan
bukan Teks Proklamasi, tetapi tentang pengangkatan Kepala Negara dan Bentuk
Indonesia Merdeka. Di samping itu A.A. Hamidhan dianjurkan oleh Menseibo agar
meninggalkan Banjarmasin
kembali ke Jawa. Di mana yang bersangkutan kemudian aktif di Jakarta membantu Mr. Kasman Singodimedjo yang
menjabat sebagai Kepala Keamanan Daerah Jakarta.
Demikianlah berita kemerdekaan
yang disiarkan melalui surat kabar Borneo Shimboen tanggal 26 Agustus 1945
tersebut dalam waktu singkat tersebar di seluruh pelosok daerah Kalimantan
Selatan.
Di Banjarmasin berita tersebut mendapat sambutan hangat dari rakyat yang
telah lama merindukan kemerdekaan. Penduduk Kota Banjarmasin pada hari itu
banyak yang memasang bendera Merah Putih di halaman rumah mereka. Berbagai
macam bahan dan ukuran bendera Merah Putih telah mewarnai kota Banjarmasin.
Pemasangan bendera Merah Putih tersebut tidak dilarang oleh Jepang.
Sehingga sejak saat itu rakyat di daerah ini merasa seperti benar-benar telah
mendapatkan kemerdekaan yang telah lama diharapkan. (HRN).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar