TAKDIR CINTA
Ceritera
ini fiksi, kalau ada kesamaan nama,
tempat
dan lainnya dibuat hanya kebetulan,
entri
ini sambungan dari entri 21
Oleh:
Ramli Nawawi
22. CINTA DALAM
PENANTIAN (1)
Puasa sudah
memasuki hari kesepuluh. Berarti Ali sudah kembali ke kampung
dari kota tempatnya studinya. Jadi waktu itu sudah memasuki hari minggu kedua dalam bulan berjalan.
”Sibuk apa ya Li
kok nggak ada beritanya”, gumam Ana, pada pagi hari Minggu kedua bulan
tersebut.
”Biar aku buat
kejutan aja nih, mungkin dia Ali datang hari ini”, gumamnya lagi sendiri.
Ana lalu ke luar
kamarnya, ketika ia berdiri di teras rumahnya ia melihat ada kepunakannya yang masih usia 8 tahun Madi datang ada di
pekarangan.
”Di, ikut tante
yu”, ucap Ana sepontan.
”Kemana mba ”,
sahut bocah kecil ini.
”Ayulah.....,
tunggu ..., tante siap-siap dulu”, bilang Ana setengah memaksa.
Selang sepuluh
menit Ana sudah berpakaian rapi. Memang ia hanya ganti pakaian . Ana
sudah biasa walaupun hanya di rumah ia selalu tampil dengan dandanan rapi.
Sebelum
berangkat Ana menemui ibunya yang ada di ruang tengah, minta ijin bilang mau
bertandang ke tempat teman perempuannya Hadijah bersama Madi keponakannya.
Ana pergi
mengambil kendaraannya yang ada di gudang di samping rummahnya.
“Ayu Madi naik”,
bilang Ana kepada keponakannya, yang ia sendiri sudah ada di atas kendaraanya
siap berangkat.
Dalam perjalanan
Ana berpikir memang kemungkinan Ali akan datang menemuinya pada hari ini. Yang
Ana agak kesal, mengapa sudah pulang kampung, sudah dalam satu kota, tapi tak
ada beritanya. Ana memang main ke tempat Hadijah kawan sekelasnya dulu.
Dugaan Ana
memang benar. Sekitar jam sepuluh pada hari Minggu tersebut, Ali dengan kendaraannya memasuki pekarangan rumah
Ana. Ibu Ana yang kebetulan ada di pekarangan rumah, melihat Ali masuk dan
memarkir kendarannya, lebih dulu menyapa Ali.
”Nak Ali nggak
janjian ya dengan Ana”, sapa ibunya Ana ketika Ali mendekatinya mengucapkan
salam dan mencium tangan ibunya Ana.
”Nggak ma ”,
sahut Ali singkat.
”Tadi Ana dengan
keponakannya, bilang mau bertandang ke tempat Hadijah temannya,” bilang ibunya
Ana.
”O...
nggak apa-apa ma”, sahut Ali.
“Nak
Ali mau masuk dulu mungkin hanya sebentar”,
ajak ibu Ana menawarkan Ali menunggu masuk rumah.
“Nggak
ma, biar saya ada keperluan pergi dulu, nanti akan kembali”, terang Ali.
Ali
kembali mengambil kendaraannya dan menaikinya sambil bilang permisi kepada
ibunya Ana. Selanjutnya Ali hanya berputar-putar dengan kendaraannya sambil
sekali-sekali singgah di depan dua gedung bioskop yang pada setiap pagi hari Minggu memutar filem nasional juga filem
dari negara luar.
Sementara
Ana yang pergi bertandang ke rumah teman perempuannya, hanya karena kekesalannya
terhadap Ali, juga tidak lama, tidak sampai setengah jam. Ana dan kepunakannya kemudian kembali ke rumahnya. Ketiba tiba dan
masuk pekarangan rumahnya, ibunya masih ada di pekarangan rumah benah-benah
tanaman yang ada di pinggir pekarangan .
“Tidak janjian
ya Na sama Ali”, bilang ibunya ketika Ana sudah turun dari kendaraannya.
”Mengapa Ma”,
sahut Ana singkat.
”Barusan saja
tadi Ali datang, dan kubilang kau ke tempat temanmu, lalu dia bilang mau pergi
dulu dan nanti akan kembali”, jelas ibunya Ana.
”Ali bilang akan
kembali Ma?, sambung Ana.
”Katanya
begitu”sahut ibunya.
Ana menurunkan
Madi kepunakannya dari kendaraannya, sambil bilang:”Madi mau pulanga ya?”tanya
Ana.
”Ya, tanate, Nek
Madi mau pulang”, sapa Madi kepada neneknya.
”Hati-hati,
jalannya di tepi aja”, pesan neneknya.
“Ya”, sahut Madi
pendek.
Setelah menaruh
kendaraan di samping rumah, Ana bersamaan dengan ibunya masuk ke rumah. Ibu Ana
langsung ke ruang dapur, sedangkan Ana masuk kamarnya.
Mendengar pesan
Ali kepada ibunya Ana, kalau ia akan datang lagi, Ana sengaja tidak ganti
pakaian rumah. Mengingat bahwa Ali akan datang ia hanya merapikan dandanannya.
Baru sempat duduk sebentar di kursi di kamarnaya, Ana mendengar ada kendaraan
masuk pekarangan rumahnya. Ali melihat ada kendaraan Ana di samping rumah, Ali
juga langsung memarkir kendaraannya di samping rumah Ana.
”Kayanya ada
orang asing datang”, sambut Ana yang sudah berdiri di teras ketika Ali sudah
ada di depan teras rumah.
Ali tidak
menjawab, ia langsung melepas sepatunya, dan naik teras di mana Ana berdiri
menantinya.
”Silakan masuk
Ana sayang”, bilang Ali sambil memegang tangan Ana.
”O..ya, untuk
hari inii tamunya itu Ana atau Ali”, sambung Ana.
”Hampir saja,
kalau tadi aku yang duluan datang, ya tamunya you, tapi karena you yang duluan datang
ya Ali lah tamunya”, ujar Ali.
”Nyindir
nih....:”, bilang Ana sambil keduanya bersamaan duduk berdampingan di kursi
panjang yang biasa mereka lakukan.
”Nggak”, bilang
Ali pendek.
”Ana tahu bukan
itu jawabannya yang ada di hati you”, ujar Ana.
”Yang benar aku mestinya
bilang apa”:, sungka Ali.
”Kecewa kan, you
datang Ana nggak ada di ruamah”, ujar Ana menatap wajah Ali.
”Sedikit saja....”,
bilang Ali.
”Iyakan .....Ali
kasihku ...., tapi Ali ku kan sudah libur lama, kok nggak ada beritanya,
apalagi menemui tunanganya”, balas Ana.
Ali tidak
menjawab, ia hanya memandangi wajah Ana sambil menggenggam tangan tunangannya.
Ana juga hanya
menunduk, ia telah berkata jujur, kalau ia tadinya kecewa mengapa ketika dalam
suasana libur panjang, bahkan telah berada di kota yang sama, tapi malah tak
ada beritanya.
Setelah beberapa
saat tidak ada saling bicara, Ali kembali menggenggam tangan Ana yang masih
duduk di sampingnya.
”Rindu ya Na”,
ucap Ali singkat.
Ana hanya
menjawab dengan senyuman.
”Inikan baru
hampir jam sepuluh, kita jalan you Na”, ajak Ali.
Ana yang sudah
terlepas kecewanya terhadap Ali, langsung mengiyakan, dan lalu bangkit minta
ijin kepada ibunya.
”Bagaimana”,
bilang Ali begitu Ana sudah masuk kembali ke ruang tamu
”Pesan mama ini puasa, jadi pergi jangan lama-lama”, ujar A na.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar