LAHIRNYA ORGANISASI PEMUDA
PELAJAR DI YOGYAKARTA
Oleh: Drs. H. Ramli Nawawi
Lahirnya organisasi kepemudaan
pertama di Indonesia
juga berkaitan erat dengan aktifitas dan peran pelajar. Karena Budi Utomo
sebagai suatu organisasi modern dibangun oleh pemuda-pemuda yang juga berstatus
sebagai pelajar, yakni pelajar Sekolah Dokter Jawa. Sesudah itulah kemudian
bermunculan berbagai organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan. Dalam
perkembangannya kemudian, dengan adanya kesadaran bahwa pemuda Indonesia
itu pada hakekatnya adalah satu, maka lahirlah Kongres Pemuda yang selanjutnya
menghasilkan Sumpah Pemuda tahun 1928.
Organisasi pelajar Indonesia pertama terbentuk dengan
nama Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Sebenarnya anggota organisasi
ini terdiri dari para mahasiswa. Tetapi istilah mahasiswa waktu sebelum perang
belum lazim dipergunakan.
Pada masa pendudukan Jepang, semua
organisasi dilarang termasuk organisasi PPPI. Untuk gantinya khusus organisasi
pelajar, Jepang membentuk organisasi barisan pelajar yang disebut Gakuto-tai. Sedangkan
anak-anak muda yang tidak bersekolah digiring oleh Jepang untuk masuk barisan
Seinendan dan Keibodan. Mereka semua mendapat latihan semi militer ala Jepang,
seperti baris berbaris, gerak badan, melakukan latihan perang-perangan dan lain
sebagainya. Tujuannya jelas, yakni sehubungan dengan Jepang memerlukan tenaga
para pemuda tersebut untuk menghadapi serbuan Sekutu yang bisa terjadi setiap
saat.
Sementara itu di
Yogyakarta, setelah beberapa Sekolah Menengah dibuka kembali, timbul hasrat
dari beberapa pemuda pelajar sekolah lanjutan tersebut untuk mempererat rasa
persatuan di antara mereka. Sehubungan
dengan itu ketika berlangsung perayaan usia satu tahun Sekolah Menengah Dagang
hasrat tersebut diutarakan dan telah mendapat dukungan dari siswa SMT (Sekolah
Menengah Tinggi), SGL (Sekolah Guru Laki-laki), dan SKP (Sekolah Kepandaian
Putri).
Selanjutnya
usaha pembentukan organisasi pelajar tersebut semakin kuat dengan adanya
organisasi Gerakan Benteng Perjuangan Jawa (GBPJ) yang meliputi seluruh daerah
Mataram. Organisasi yang menggerakkan masyarakat yang secara lahiriah berarti
memperkuat benteng pertahanan rakyat ini, tampaknya mendapat dukungan dari pemerintah Jepang. Sehubungan itu kantor
Pemerintah Jepang Setempat (Kooti) menyerukan dan menganjurkan supaya seluruh
Yogyakarta mengikuti gerakan tersebut. Situasi inilah yang melicinkan
terbentuknya organisasi pelajar pertama di Yogyakarta yang bernamaGASEMMA
(Gabungan Sekolah Menengah Mataram). Organisasi ini semula hanya
merupakan organisasi gabungan olah raga biasa. Tetapi kemudian menjadi besar
dan mendapat pengakuan sebagai sebuah organisasi “superior” setelah GASEMMA
dalam suatu layatan olah raga ke Solo dan Bandung atlit-atlitnya berhasil
mengalahkan atlit-atlit yang tergabung dalam Gabungan Sekolah Menengah Bandung
maupun Gabungan Sekolah Menengah Solo.
Organisasi
GASEMMA ini dalam perjalanannya sempat redup karena tekanan-tekanan yang
diberikan penguasa Jepang. Kegiatan mereka di bidang olah raga dan kebudayaan semakin
berkurang. Bahkan kemudian tenaga mereka banyak digunakan secara cuma-cuma
dalam Kinrohoshi (kerja bakti) untuk kepentingan Pemerintahan Jepang. Tekanan
dan paksaan yang dialami para pelajar ini ternyata memberikan kesadaran yang
menimbulkan keinginan untuk lepas dari kekangan. Mereka menghendaki menjadi
orang berprakarsa dan berjiwa hidup.
Aktifitas
pelajar Yogyakarta ini baru mulai tampak lagi ketika menjelang peringatan Hari
Kartini bulan April tahun 1945 bertempat di Gedung Sekolah Menengah Putri, para
ketua-ketua murid Sekolah Menengah seluruh Yogyakarta berkumpul dan mengadakan
peringatan Hari Kartini tersebut. Kesempatan ini mereka gunakan untuk
merencanakan reorganisasi
pelajar-pelajar Sekolah Menengah di kota ini.
Sehubungan
dengan hal di atas dalam rapat ketua-ketua murid Sekolah Menengah di Yogyakarta
pada tanggal 8 Mei 1945 berhasil
dibentuk susunan pengurus GASEMMA sebagai berikut:
Ketua: Soekardi
(STM)
Wakil Ketua:
Soetan Iljas (SDM)
Penulis I:
Dwidjo Hardjosoebroto(SMT)
Penulis II:
Poepoe Ratnasari (SGP)
Bendahara I:
Soerasmijah (SMP)
Bendahara II:
Mochammad Bachar (SGM)
Pembantu Umum:
Moentalib (TS).
Kegiatan GASEMMA
dalam perkembangannya kemudian untuk menjalin kontak dengan para anggotanya
tidak lagi melalui sekolah tetapi melalui Rukun Tetangga. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, langkah GASEMMA semakin nyata. Ikatan antar
pelajar meningkat menjadi keinginan akan suatu ikatan pelajar seluruh Indonesia. Sehubungan dengan
hal itulah kemudian organisasi ini merencanakan akan mengadakan Kongres Pemuda
Pelajar. Usaha ini dimulai dengan dibentuknya sebuah panitia yang diketuai oleh
Sukardi, Ketua GASEMMA, dan dibantu oleh wakil-wakil dari berbagai Sekolah
Tingkat Pertama di Yogyakarta. Kongres berlangsung tanggal 25 sampai 27 September 1945, dan mendapat kunjungan dari Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam
VIII.
Kongres yang
diikuti wakil-wakil pelajar dari berbagai kota di tanah Jawa tersebut,
bertujuan antara lain untuk membentuk serikat pemuda-pemuda pelajar serta
membulatkan tekad perjuangan pemuda untuk kepentingan rakyat Indonesia. Dari
keputusan-keputusan kongres ini yang terpenting dapat disusunnya Pengurus Besar
organisasi yang diketuai oleh Anto Sulaiman dari Sekolah Kedokteran Jakarta.
Pengurus Besar dimaksud berkedudukan sebagai
pengurus pusat, dan akan diikuti oleh pembentukan organisasi-organsasi pelajar
dari berbagai daerah. Sehubungan dengan itulah
GASEMMA Yogyakarta sejak tanggal 27 September 1945 tersebut kemudian
berubah menjadi Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Yogyakarta.
(Sumber: Kiprah
Perjuangan Tenttara Pelajar dan Peranan Unsur Supra Natural Pada Masa Perang
Kemerdekaan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1945-1949: Drs. H. Ramli
Nawawi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar