SUKU BANJAR
Disusun:
Drs. H. Ramli Nawawi
Kata “Banjar” berasal dari
kata Banjarmasih. Banjarmasih adalah nama
sebah kampung di muara Sungai Kuwin, anak Sungai Barito. Muara Kuwin
terletak antara Pulau Kembang dan Pulau Alalak. Banjarmasih bersal dari dua
kata ”banjar” dan ”masih”. Banjar berarti kampung , sedangkan kata ”masih”
adalah berasal dari nama kepala suku Melayu yang oleh orang suku Dayak Ngaju
disebut Oloh Masih yang maksudnya dalah orang Melayu. Disebut Oloh Masih karena
kepala sukunya disebut Patih Masih. Dengan demikian Patih masih berarti
Patihnya Orang Melayu.
Orang-orang Melayu memang sejak zaman sebelum
datangnya Agama Islam ke Kalimantan dan juga sebelum terbentuknya Kerajaan
banjar, telah membuat pemukiman di sekitar muara Kuwin. Mereka berdampingan
hidup dengan suku-suku Dayak di sekitarnya. Masing-masing kelompok dipimpin
oleh seorang kepaka syku yang disebut Patih. Dengan demikian disamping terdapat
Patih Masih yaitu Patihnya Orang Melayu terdapat pula Patih Kuwin , Patih
Balit, Patih Balitung dan Patih Muhur.
Dengan demikian di muara Kuwin terdapat lima
kelompok suku bangsa yang hidup berdampingan secara damai dan terdapat
persahabatan antara kelima suku tersebut. Dalam hal ini Patih Masih rupanya
lebih menonjol dianatara kelima Patih itu, karena Patih Masih membuat sebuah
bandar yang dikenal juga sebagai bandar Patih Masih. Di Bandar ini bertemu
segala suku bangsa dan terjadi kontak hubungan dagang antara suku dan terjadi
pula kontak antar budaya antar suku. .
Dalam Sejarah Banjar diketahui bahwa bandar dari
Patih Masih yang dikenal pula sebagai ”BANDAR MASIH” yang terletak di kampung ”BANJARMASIH”
merupakan tempat transaksi perdagangan suku Banjar dengan pedaganga dari
Nusantara, dari Jawa, Palembang,Bugis, Cina, Arab dan India.
Kata ”Banjarmasih” ini lambat laun berubah menjadi
Banjarmasin. Perubahan ini diakibatkan oleh catatan resmi Belanda . Dalam surat
tahun 1664 nama Banjarmasih masih dipakai Belanda seperti : ”Pangeran Suryanata
in Banjarmach (masih). Pangeran Ratu in Banjarmach (masih). Prince Banjarmach
dan sebagainya”.
Dalam tahun 1733 kota ini sudah berubah menjadi
Banjermasing, dan tahun 1845 menjadi Banjarmasin.
Kata ”Banjar” lambat laun tidak lagi berarti
kampung tetapi menjadi sebutan untuk menyatakan identitas suatu negeri, bahasa,
kerajaan, suku, orang dan sebagainya.
Suku Banjar asal mula berada di hulu aliran sungai
Tabalong di utara dari Negara Daha. Perpaduan etnis lama kelamaan menimulkan
perpadual kultural. Dalam penggunaan bahasa yang dikenal sebagai bahasa Banjar,
terdapat unsur bahasa Melayu dominan sekali. Melalui periode Negara Daha masuk
kebudayaan Jawa Timur dari daerah Kediri Utara, disamping itu masuk pula unsur
budaya dari Majapahit. Pada permulaan abad ke 16 terjadi perebutan keraton dan
pusat pemerintahan berpindah ke sebelah hilir Sungai Barito, yaitu Muara Kuwin
dengan nama Kerajaan Banjarmasin.
Penduduk kota baru ini erjadi perpaduan antara penduduk Dayak Oloh Ngaju dan
Oloh Masih atau orang Melayu.
Kerajaan Banjarmasin adalah sebuah kerajaan yang
mendapat pengaruh dominan dari agama Islam, sehingga kemudian agama Islam
dijadikan sebagai agama kerajaan. Disamping itu Kerajaan Banjarmasin adalah
sebuah kerajaan Maritim yang mengandalkan kehidupan kerajaan dari hasil
perdagangan. Maksudnya pedagang-pedagang Nusantara dan pedagang asing ke
Banjarmasin menyebabkan terjadinya percampuran budaya, dan budaya itu dikenal
sebagai budaya Banjar, penduduknya disebut Orang Banjar dan bahasanya dikenal
sebagai bahasa Banjar.
Budaya Banjar sebagai kebudayaan kelompok, kebudayaan
lokal adalah manifestasi cara berpikir dari sekelompok orang di daerah
Kalimantan Selatan yang didominasi oleh budaya Islam. Penduduknya yang
mayoritas beragama Islam dan sangat fanatik menganut ajaran Islam tersebut menybabkan budaya luar yang bertentangan
dengan agama maupun budaya lokal sisa-sisa kebudayaan lama tidak bisa
berkembang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa agama Islam adalah sebagai
indikator dan sekaligus sebagai filter bagi masuknya budaya luar atau budaya lokal yang muncul yang bertentangan dengan
agama Islam.
Ada pendapat beberapa sarjana tentang siapa
sebetulnya Suku Banjar atau Orang Banjar itu. Diantaranya adalah:
MenurutMallinkrodt
dalam Het Adatrecht van Borneo, Suku Banjar itu adalah suatu namayang
diberikan untuk menyebut suku-suku Melayu yang terutama berasal dari daerah
penguasaan Hindu –Jawa yang sebagian besar berdiam di pesisir Kalimantan
Selatan, Timur dan Barat.
Menurut
J.J. Ras dalam Hikyat Banjar study in Malay Historigraphy mengatakan
bahwa konsentrasi koloni Melayu yang pertama terdapat di daerah Tabalong yang kemudian berkembang menjadi
Suku Banjar. Mereka memasuki bagian Timur Teluk Besar itu dengan lereng-lereng
kaki Pegunungan Meratus sebagai pantainya, danau, dataran rendahnya kemudian
disebut daerah Benua Lima dan Benua
Empat. Dalam wilayah inilah golongan Melayu itu berbaur dengan Oloh Maanyan,
Orang Bukit, melahirkan inti pertama suku Banjar yang kemudian mendirikan
Kerajaan Tanjung Pura dengan ibu kota Tanjung Puri yang mungkin sekali terletak
di daerah Tanjung sekarang.
Menurut Douglas Miles dalam Cutless and cresent
moon, acase study in social and political change in outer Indonesia, mengatakan
bahwa Orang Banjar dengan sebutan suku
Melayu Banjar sebagai kelompok orang
yang tinggal di bandar-bandar yang telah mengembangkan pemukiman berkelompok disebabkan mereka mampu
bekerjasama terutama dalam mengerjakan
pekerjaan pertanian Pekerjaan bertani memerlukan tenaga terutama pada musim panen,
karena itu kerja sama kelompok saling tolong menolong sangat diperlukan sekali.
Suku Banjar ini mempunyai sifat yang agak tertutup dengan identifikasi yang
kuat trhadap Islam dan insentitas serta
pelaksanaa ritus yang ketat dan juga ditandai oleh spesifikasi ekonomi dalam
lingkaran pasar. Keterbukaan suku Melayu Banjar menjadi jelas bilaman mereka
mengemukakan syarat-syarat bagi anggota baru yaitu mereka meninggalkan hak dan
kewajiban dalam persekutuan lama.
Menurut Moh. Idwar Saleh bahwa manusia Banjar itu
berasal dari tiga kelompok. Mereka tidak berasal dari satu suku tetapi membentu
satu group dari kelompok Banjar Muara yang didominasi oleh suku Dayak Ngajo,
kelompok Banjar Hulu yang didominasi oleh suku Bukit dan kelompok suku Banjar
Batang Banyu yang didominasi suku Dayak Maanyan. Ketiga jenis ini telah
memberikan unsur-unsur budayanya pada manusia suku banjar, sehingga banyak atau
sedikit unsur-unsur budaya asalnya masih tampak pada manusia Banjar sekarang.
Menutut Tjilik Riwut , hidupnya suku Banjar di
pelbagai daerah banyak bercampur baur dengan orang Dayak. Orang
Bakumpai-Marabahan adalah salah satu contoh campuran orang Banjar dengan suku
Dayak Ngajo, walaupun mereka lebih banyak mereka mengidentifikasikan dirinya
orang Banjar daripada sebagai orang Dayak Ngajo.
Ciri khas orang Banjar ialah suku Banjar secara
umum dilahirkan sebagai orang Islam, atau bahwa orang Banjar beragama Islam.
Meskipun mereka asalnya dari suku Dayakngajo, tetapi apabila mereka menganut
agama Islam, mereka merasa orang Banjar, demikian menurut H. A. Gazali
Usman dalam Sistem Politik dan
Pemerintahan Orang Banjar”.
Proses sejarah dalam perjalanan pembentukan khas
kebudayaan kelompok suku bbanjar ini adalah akibat lingkungan alam Kaimantan Selatan yang penuh
sungai adaptasi lingkungan oleh tiga kelompok-kelompok Ngaj0, Maanyan dan orang
Melayu/orang Bukit, namun budaya Melayu dan kepercayaan terhadap agama Islam mendominasi
dalam pembentukan budaya Banjar tersebut. Kelangsungan kebudaya Banjar setiap
kelompok dibentuk oleh pendidikan dan kebiasaan yang diberikan oleh
masyarakatnya, dipengaruhi oleh perubahan-perubahan geomorfologis yang
berlangsung sejak masa purba pada saat laut sampai ke kaki Pegunungan Meratus. Saat itu Kalimantan dikenal sebgai
Nusa Tanjung Negara atau Pulau Hujung Tanah. Hal itu masih terlihat pada daerah
sebelah selatan dari Kalimantan Tengah
sekarang dari Muara Tewegh sampai Sampit masih berada di bawah permukaan
laut yang dikenal sebagai Tanah Besar Barito atau Barito Besar ( Sumber:Integrasi Nasional Suatu
Pendekatan Budaya Kalsel: Gazali Usman, Ramli Nawawi, Fahrurazie).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar