Senin, 19 Desember 2011

PERANAN TENTARA PELAJAR DI DIY

PADA MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN 1945-1949

Disampaikan oleh: Ramli N (R) & Tugas TW (T)

T :Selamat malam pak Ramli.
R :Selamat malam dik Tugas, silakan masuk.
T :Kebetulan lewat di depan, pintunya pak Ramli masih terbuka, saya cobalah mampir.
R :Munggo, senang saya ada kawan ngobrol, silakan duduk.
T :Malam-malam begini masih asyik membaca.
R :Ini naskah, tentang masalah Serangan Umum tanggal 1 Maret 1949 itu.
T :Pendapat pak Ramli bagaimana?.
R :Ya kesimpang-siuran sejarah itu tentunya perlu diluruskan.
T :Caranya?.
R :Lakukan penelitian, kumpulkan data-data autentik dan beri kesempatan kepada pelaku yang masih hidup untuk menyampaikan kesaksiannya, dan ya seperti biasa lakukan seleksi, kemudian seminarkan.

T :Saya kalau berbincang tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, malah juga tertarik dan ada rasa bangga karena dalam sejarah peristiwa itu selain TNI, banyak pula peran para pemuda dan bahkan para pelajar.
R :Memang dalam sejarah perjuangan bangsa kita para pemuda dan pelajar itu tercatat selalu sebagai pelopor. Kita ingat Budi Utomo yang didirikan oleh para pelajar Sekolah Kedokteran, atau Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh wakil-wakil pemuda dari berbagai daerah negeri ini. Juga ketika Proklamasi Kemerdekaan harus dipertahankan, pemuda pelajarpun tampil dalam Batalyon-Batalyon Tentara Pelajar.
T :Ini barangkali yang dimaksudkan dengan nilai-nilai yang perlu dibangkitkan oleh para pemuda dan pelajar ya termasuk mahasiswa kita sekarang, atau lengkapnya oleh pewaris bangsa dan negara ini. Karena kitapun yakin bahwa mereka tidak mau menjadi generasi yang hanya menikmati hasil keringat pejuang-pejuang bangsa terdahulu.
R :Karena itu tidak salah kalau kita berharap supaya para pemuda dan pelajar sekarang bisa memperlihatkan diri sebagai sosok kader-kader yang siap membela kebenaran dan menghormati hukum yang berlaku.
T :Namun disatu pihak, kita merasa perihatin karena sampai saat ini kita sering mendengar adanya tauran antar pelajar, tauran antar mahasiswa, Juga banyak kasus tentang pemuda dan pelajar yang terjerat pel ekstasi, morfin, minuman keras dan yang sejenisnya.
R :Karena itu dik Tugas, saya malah berpikir, justeru dahulu ketika bangsa ini berjuang untuk merdeka, para pemuda dan pelajar malah berperan di berbagai kegiatan dan tersebar di markas-markas perjuangan.

T :Kalau berbicara soal peranan pelajar pada masa perjuangan, khususnya di daerah Yogyakarta, saya ingat tentang adanya organisasi pelajar yang disebut IPI atau Ikatan Pelajar Indonesia yang lahir tahun 1945, tepatnya segera sesudah Proklamasi Kemerdekaan.
R :Betul dik Tugas, malah kalau kita mundur lagi sedikit ke belakang, kita bisa ingat bahwa IPI (Ikatan Pelajar Indonesia) tersebut merupakan jelmaan dari beberapa organisasi pelajar sekolah menengah yang tergabung dalam GASEMMA (Gabungan Sekolah Menengah Mataram).
T :Ya, memang pada masa-masa akhir kekuasaan Jepang di Indonesia, Jepang pernah mendorong agar masyarakat memperkuat benteng pertahanan rakyat. Pada kesempatan itulah organisasi boleh berdiri. Tentunya dalam rangka bisa membantu Jepang kalau diserang tentara Sekutu.
R :Memang beberapa waktu sebelum Jepang bertekuk lutut, di Yogyakarta berdiri organisasi GBPJ (Gerakan Benteng Perjuangan Jawa) yang menggerakkan masyarakat untuk memperkuat benteng pertahanan rakyat.
T :Organisasi itu didukung oleh Jepang, artinya Jepang tidak melarang.
R :Ya, Jepang merestui, dan karena itulah GASEMMA (Gabungan Sekolah Menengah Mataram) tadi juga bisa berdiri dengan mulus. Walaupun pada awalnya hanya merupakan organisasi yang bergiat di bidang olah raga.
T :Tapi seperti yang saya dengar, kegiatan GASEMMA ini malah diarahkan oleh Jepang untuk keperluan apa yang disebut KINROHOSI atau kerja bakti untuk kepentingan pemerintahan Jepang.

R :Setelah Proklamasi Kemerdekaan tersebut, tentunya peranan dan tugas para pelajar yang tergabung dalam GASEMMA tersebut semakin berat.
T :Betul, sehubungan dengan itu mereka kemudian mengadakan Kongres Pemuda Pelajar pada tanggal 25 sampai 27 September 1945.
R :Dik Tugas sudah pernah baca juga bukan, bahwa IPI (Ikatan Pemuda Pelajar) juga punya peranan membantu pejuang-pejuang kita waktu itu.
T :Ada yang saya ketahui seperti: Peranan anggota-anggota IPI Srandakan (Bantul) yang bertugas menyebarkan pamflet-pamflet tentang penyerangan dan penghadangan terhadap Belanda oleh pejuang-pejuang kita. Bahkan ada anggota IPI yang tergabung dalam Lasykar Rakyat Kauman, justeru ikut ke front Ambarawa bersama BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang bersenjata lengkap.
R :Tadi dik Tugas menyebut tentang Lasykar Rakyat. Bahwa pembentukan Lasykar Rakyat ini kan berdasarkan perintah Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII dalam Maklumat No. 5 DIY tgl. 26-10-1945 untuk membantu TKR (Tentara Keamanan Rakyat) karena situasi perjuangan semakin meningkat. Sementara IPI (Ikatan Pelajar Indonesia) juga meningkatkan peranannya dengan membentuk satuan khusus yang disebut IPI Pertahanan.

T :Pembentukan Lasykar Rakyat dan IPI Pertahanan inikan tujuannya untuk memperkuat pertahanan, karena NICA Belanda yang datang membonceng tentara Sekutu secara terang-terangan berusaha berkuasa kembali di Indonesia.
R :Peristiwa adanya usaha-usaha NICA Belanda untuk berkuasa lagi di Indonesia inilah sehingga status IPI Pertahanan mendapat restu dari Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat untuk dijadikan pasukan khusus pelajar, yang kemudian disebut TP (Tentara Pelajar).
T :Dalam sejarah disebutkan bahwa TP (Tentara Pelajar) Yogyakarta yang juga meliputi daerah Jawa Tengah dibentuk dan diresmikan tanggal 17 Juli 1946 oleh DR. Mustopo dari Markas Pertahanan, bertempat di Lapangan Pingit Yogyakarta.
R :Betul, selanjutnya ada beberapa Batalyon Tentara Pelajar di tanah Jawa. Tapi untuk daerah Yogyakarta menggunakan kode TP Batalyon 300. Pernah dengar juga kan dik Tugas?.
T :Ya, dan saya masih ingat, kalau Batalyon 300 itu, untuk Yogyakarta ada 3 kompi, yakni: Kompi 310, 320, dan 350. Sedangkan untuk Kompi 330, 340 dan 360 masing-masing untuk daerah Kedu Selatan, Banyumas dan Kedu Utara.
R :Tapi satu hal yang perlu dicatat, bahwa walaupun organisasi Tentara Pelajar ini bersifat kemiliteran, tapi pelaksanaan tugas-tugasnya tetap berdasarkan kekeluargaan. Karena itu dalam organisasi Tentara Pelajar ini tidak dikenal sistem kepangkatan.

T:Mereka yang tergabung dalam Tentara Pelajar pada masa Revolusi Kemerdekaan tahun 1945-1949 masih banyak yang hidup kan pak Ramli?.
R :Ya, ketika saya penelitian tahun 2000, mereka umumnya masih sehat-sehat, walaupun usia mereka sudah sekitar 70 tahun. Saya punya kenalan beberapa orang, dan banyak berbincang-bincang dengan mereka.
T :Saya juga ada mengenal beberapa orang, dan sepertinya mereka mempunyai pengalaman yang berbeda-beda sewaktu menjadi Tentara Pelajar tersebut.
R :Ya, namun tampaknya pengalaman-pengalaman atau andil mereka para anggota Tentara Pelajar tersebut meliputi mulai dari membantu penyelenggaraan dapur umum, penyelidikan lokasi obyek yang akan diserang, sebagai kurir pembawa dokumen rahasia, selaku anggota Palang Merah, dan bahkan terlibat dalam pertempuran-pertempuran atau penghadangan-penghadangan terhadap Militer Belanda.
T :Pak Ramli pernah melakukan wawancara juga dengan beberapa orang di antara mereka eks Tentara Pelajar tersebut bukan?.
R :Ya, saya pernah berbincang-bincang dengan Bapak Ibnoe Sawabi, yang menyatakan bahwa sebagai anggota Tentara Pelajar beliau pernah bergabung dengan TNI Batalyon I yang Komandan Seksinya bernama Sugiarto. Beliau juga diberi senjata api, dan pada Clash II pernah ikut bertempur di daerah Bantul.
T :O ya, saya juga pernah membaca Biodata Bapak Ibnoe Sawabi tersebut. Beliau pernah menjadi anggota Counter Inteligence (Patriot Indonesia), juga di staf Keamanan Tentara Pelajar Batalyon 300.
R :Ada tugas khusus yang diemban Bapak Ibnoe Sawabi sebagai anggota TP ketika bergabung dengan satuan TNI. Kalau mereka akan melakukan penyerangan atau pengacauan ke kota, maka Ibnoe Sawabi-lah yang ditugaskan satuan tersebut untuk lebih dahulu menyelidiki keadaan lokasi yang akan diserang.

T :Kalau anggota TP yang bertugas sebagai Palang Merah, saya kenal dan juga pernah wawancara dengan beliau.
R :Siapa beliau dik Tugas?
T :Beliau pensiunan Kepala SPG Negeri, nama beliau Bapak Drs. Suwarno. Beliau berceritera sewaktu menjadi anggota IPI mendapat kesempatan untuk ikut kursus PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang diselenggarakan Pengurus TP bekerja sama dengan Rumah Sakit Bathesda, selama satu bulan. Dengan modal pengetahuan itu, beliau menjadi anggota TP, dan sering mendapat tugas sebagai anggota Palang Merah, mengikuti aksi-aksi penyerangan dan penghadangan terhadap militer Belanda.
R :Jadi jelas dik Tugas, mereka yang tergabung dalam satuan TP pada waktu perjuangan menegakkan kemerdekaan dulu itu selain terlibat langsung dalam aksi penyerangan dan penghadangan terhadap musuh, juga terlibat dalam berbagai aktifitas lainnya yang menunjang perjuangan waktu itu.
T :Benar pak Ramli, saya juga teringat di antara para eks Tentara Pelajar ini, seperti Bapak Ismantoro yang bertugas menempelkan pamflet-pamflet yang berisi berita-berita perjuangan, juga Bapak P.J. Soewardjo, B.A. yang diperbantukan pada staf Penerangan, ikut menangani berita-berita perjuangan serta penyebarluasannya.
R :Tidak terkecuali mereka yang benar-benar banyak terlibat dalam pertempuran, seperti Bapak Sardjiman yang tinggal di Jalan Nogosari Lor, serta anggota-anggota TP lainnya yang tidak sempat kita sebutkan satu persatu di sini.
T :Tapi yang jelas kita tahu dan memiliki kesaksian bahwa peranan Tentara Pelajar di DIY pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 yang lalu itu meliputi berbagai aktifitas dan kegiatan yang semuanya menunjang perjuangan bangsa saat itu.
R :Karena itulah, alangkah arifnya manakala kita hormati perjuangan dan pengorbanan mereka itu dengan berusaha melanjutkan cita-cita para pejuang bangsa, mengisi kemerdekaan, dan membenahi segala persoalan yang masih memerlukan uluran tangan dan perkobanan bangsa Indonesia pada umumnya.
(Dokumentasi: naskah disusus Drs. H. Ramli Nawawi).