Selasa, 29 November 2016

lahirnya organisasi pemuda pelajar di yogyakarta



  LAHIRNYA ORGANISASI PEMUDA PELAJAR  DI YOGYAKARTA
Oleh: Drs. H. Ramli Nawawi
Lahirnya organisasi kepemudaan pertama di Indonesia juga berkaitan erat dengan aktifitas dan peran pelajar. Karena Budi Utomo sebagai suatu organisasi modern dibangun oleh pemuda-pemuda yang juga berstatus sebagai pelajar, yakni pelajar Sekolah Dokter Jawa. Sesudah itulah kemudian bermunculan berbagai organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan. Dalam perkembangannya kemudian, dengan adanya kesadaran bahwa pemuda Indonesia itu pada hakekatnya adalah satu, maka lahirlah Kongres Pemuda yang selanjutnya menghasilkan Sumpah Pemuda tahun 1928.

Organisasi pelajar Indonesia pertama terbentuk dengan nama Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Sebenarnya anggota organisasi ini terdiri dari para mahasiswa. Tetapi istilah mahasiswa waktu sebelum perang belum lazim dipergunakan.

Pada masa pendudukan Jepang, semua organisasi dilarang termasuk organisasi PPPI. Untuk gantinya khusus organisasi pelajar, Jepang membentuk organisasi barisan pelajar yang disebut Gakuto-tai. Sedangkan anak-anak muda yang tidak bersekolah digiring oleh Jepang untuk masuk barisan Seinendan dan Keibodan. Mereka semua mendapat latihan semi militer ala Jepang, seperti baris berbaris, gerak badan, melakukan latihan perang-perangan dan lain sebagainya. Tujuannya jelas, yakni sehubungan dengan Jepang memerlukan tenaga para pemuda tersebut untuk menghadapi serbuan Sekutu yang bisa terjadi setiap saat.

Sementara itu di Yogyakarta, setelah beberapa Sekolah Menengah dibuka kembali, timbul hasrat dari beberapa pemuda pelajar sekolah lanjutan tersebut untuk mempererat rasa persatuan  di antara mereka. Sehubungan dengan itu ketika berlangsung perayaan usia satu tahun Sekolah Menengah Dagang hasrat tersebut diutarakan dan telah mendapat dukungan dari siswa SMT (Sekolah Menengah Tinggi), SGL (Sekolah Guru Laki-laki), dan SKP (Sekolah Kepandaian Putri).

Selanjutnya usaha pembentukan organisasi pelajar tersebut semakin kuat dengan adanya organisasi Gerakan Benteng Perjuangan Jawa (GBPJ) yang meliputi seluruh daerah Mataram. Organisasi yang menggerakkan masyarakat yang secara lahiriah berarti memperkuat benteng pertahanan rakyat ini, tampaknya mendapat dukungan  dari pemerintah Jepang. Sehubungan itu kantor Pemerintah Jepang Setempat (Kooti) menyerukan dan menganjurkan supaya seluruh Yogyakarta mengikuti gerakan tersebut. Situasi inilah yang melicinkan terbentuknya organisasi pelajar pertama di Yogyakarta yang bernamaGASEMMA (Gabungan Sekolah Menengah Mataram). Organisasi ini semula hanya merupakan organisasi gabungan olah raga biasa. Tetapi kemudian menjadi besar dan mendapat pengakuan sebagai sebuah organisasi “superior” setelah GASEMMA dalam suatu layatan olah raga ke Solo dan Bandung atlit-atlitnya berhasil mengalahkan atlit-atlit yang tergabung dalam Gabungan Sekolah Menengah Bandung maupun Gabungan Sekolah Menengah Solo.

Organisasi GASEMMA ini dalam perjalanannya sempat redup karena tekanan-tekanan yang diberikan penguasa Jepang. Kegiatan mereka di bidang olah raga dan kebudayaan semakin berkurang. Bahkan kemudian tenaga mereka banyak digunakan secara cuma-cuma dalam Kinrohoshi (kerja bakti) untuk kepentingan Pemerintahan Jepang. Tekanan dan paksaan yang dialami para pelajar ini ternyata memberikan kesadaran yang menimbulkan keinginan untuk lepas dari kekangan. Mereka menghendaki menjadi orang berprakarsa dan berjiwa hidup.

Aktifitas pelajar Yogyakarta ini baru mulai tampak lagi ketika menjelang peringatan Hari Kartini bulan April tahun 1945 bertempat di Gedung Sekolah Menengah Putri, para ketua-ketua murid Sekolah Menengah seluruh Yogyakarta berkumpul dan mengadakan peringatan Hari Kartini tersebut. Kesempatan ini mereka gunakan untuk merencanakan  reorganisasi pelajar-pelajar Sekolah Menengah di kota ini.

Sehubungan dengan hal di atas dalam rapat ketua-ketua murid Sekolah Menengah di Yogyakarta pada tanggal  8 Mei 1945 berhasil dibentuk susunan pengurus GASEMMA sebagai berikut:
Ketua: Soekardi (STM)
Wakil Ketua: Soetan Iljas (SDM)
Penulis I: Dwidjo Hardjosoebroto(SMT)
Penulis II: Poepoe Ratnasari (SGP)
Bendahara I: Soerasmijah (SMP)
Bendahara II: Mochammad Bachar (SGM)
Pembantu Umum: Moentalib (TS).          

Kegiatan GASEMMA dalam perkembangannya kemudian untuk menjalin kontak dengan para anggotanya tidak lagi melalui sekolah tetapi melalui Rukun Tetangga. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, langkah GASEMMA semakin nyata. Ikatan antar pelajar meningkat menjadi keinginan akan suatu ikatan  pelajar seluruh Indonesia. Sehubungan dengan hal itulah kemudian organisasi ini merencanakan akan mengadakan Kongres Pemuda Pelajar. Usaha ini dimulai dengan dibentuknya sebuah panitia yang diketuai oleh Sukardi, Ketua GASEMMA, dan dibantu oleh wakil-wakil dari berbagai Sekolah Tingkat Pertama di Yogyakarta. Kongres berlangsung tanggal 25 sampai 27  September 1945, dan mendapat kunjungan  dari Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII.

Kongres yang diikuti wakil-wakil pelajar dari berbagai kota di tanah Jawa tersebut, bertujuan antara lain untuk membentuk serikat pemuda-pemuda pelajar serta membulatkan tekad perjuangan pemuda untuk kepentingan rakyat Indonesia. Dari keputusan-keputusan kongres ini yang terpenting dapat disusunnya Pengurus Besar organisasi yang diketuai oleh Anto Sulaiman dari Sekolah Kedokteran Jakarta. Pengurus  Besar dimaksud berkedudukan sebagai pengurus pusat, dan akan diikuti oleh pembentukan organisasi-organsasi pelajar dari berbagai daerah. Sehubungan dengan itulah  GASEMMA Yogyakarta sejak tanggal 27 September 1945 tersebut kemudian berubah menjadi Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Yogyakarta.
(Sumber: Kiprah Perjuangan Tenttara Pelajar dan Peranan Unsur Supra Natural Pada Masa Perang Kemerdekaan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1945-1949: Drs. H. Ramli Nawawi).