Jumat, 31 Juli 2015

DOKUMEN



DOKUMEN

Ma’loemat  kedoea  oentoek Ra’jat

Diberitahoekan  kepasa  Rajat :

1.Sangat disesalkan banjak kesoesahan jang diderita oleh masjarakat lantarantindakan Militer dan Polisi, tetapi apa boleh boeat, karena tindakan itoe timboelnja dari perboeatan pengatjau-pengatjaujang menjoesahkan Ra’jat.

Djanganlah tjampoer dengan kaoem pengatjau, sebab  Militer atau polisi soesah membedakan antara pengatjau dan orang jang tidak bersalah.

2. Djangan lari kalau melihat  militer atau Polsi.

3. Djanganlah Ra’jat pertjaja kabar bohong jang disiarkan oleh jang tidak bertanggng jawab, goenakan fikiran dan timbangan jang sempoerna’

4. Hendaklah bersoenggoeh-soenggoeh mengerdjakan sawah dan ladang sehingga banjak mendapat padi. Moedah2an lekaslah berhenti kekatjauan ini, soepaja Ra'jat terhindar dari bahaya kelaparan - KARENA TIDAK ADA HARAPAN BERAS DARI LOEAR AKAN DIMASOEKKAN DISINI.

5. Haroeslah anak-anak dikembalikan kepada sekolah - Goeroe-goeroe , meneroeskan peladjaran kepada anak-anak.


                                                                                                   Kandangan,  13 Januari 1949
                          DeKiai Besar vande Hoeloe Soengai                                                                                                           Pangeran M. Nadalsjah      

LINTASAN SEJARAH BANJAR



LINTASAN SEJARAH BANJAR
(Kalimantan Selatan)

Oleh: Ramli Nawawi

Menurut Hikayat Banjar, sebuah buku berupa naskah kuno berisikan ceritera tentang perkembangan pemerintahan raja-raja di Kalimantan Selatan, pada sekitar abad ke 14 berdiri sebuah kerajaan bernama egara Dipa. Kerajaan ini dibangun oleh seorang saudagar Keling bernama Empu Jatmika. Ia datang kedaerah ini memenuhi wasiat almarhum ayahnya yang bernama Mangkubumi. Empu Jatmika disuruh agar sepeninggal ayahnya supaya meninggalkan Negeri Keling dan mencari tempat tinggal yang baru yang tanahnya panas dan berbau harum. Ia kemudian sampai di suatu daerah bernama Hujung Tanah. Di sinilah ia kemudian menemukan tanah yang panas  dan berbau harum tersebut.

$Empu Jatmika bersama anak-anak nya  dan pembantunya kemudian mendirikan tempat tinggal dan membangun daerah  yang kemudian dikenal sebagai daerah Kahuripan atau Kuripan, yakni daerah Amuntai sekarang. Untuk upacara keagamaan ia mendirikan sebuah candi, yang kemudian dikenal dengan Candi Agung.

Sebagai tokoh pimpinan yang kemudia diakui pula oleh pendudukdi daerah tersebut, ia kemudian bergelar Maharaja di Candi. Bahkan Kerajaan Negara Dipa ini semakin bertambah kuat dan wilayahnya semakin bertambah luas berkat usaha penaklukan terhada daerah-daerah di sekitarnya oleh para patih yang bernama Patih Magatsari dan Tumenggung Tatah Jiwa.

Empu Jatmika memandang dirinya tidak lebih dari seorang saudagar. Ketaatannya memegang ajara Trimurti, merupakan tonggak kokoh atas pandangannya bahwa kasta waisya tidak mempunyai hak untuk memerintah. Atas pandangan itulah ia berwasiat kepada kedua orang anaknya yang bernama Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat, bahwa sepeninggalnya nanti supaya dicari seorang raja yang sebenarnya. (bersambung)