Minggu, 24 Maret 2013
Minggu, 17 Maret 2013
NIKMAT ALLAH
Oleh: Ramli Nawawi
Saudaraku,
Kalau kita lagi
mengikuti ceramah atau khotbah biasanya penyampai selalu mengajak kita untuk
bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Memang Allah SWT dalam Al Qur’anul Karim surah
Ibrahim ayat 34 telah berfirman, bahwa Allah SWT akan memberi apa yang kita
minta.
“Wa ataakum min
kulli saaltumuuhu, wa inta’udduu ni’matallahi laa tuhshuha, innal insaana
lazhaluumun kaffaru” (Dia (Allah) memberimu segala yang kamu minta, dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah sanggup kamu menghitungnya, sesungguhnya
manusia itu sangat zalim dan mengingkari (tidak mengakui akan) nikmat Allah).
Saudaraku,
Benarkah bahwa manusia ini banyak yang ingkar
terhadap nikmat Allah? Coba kalau kita tanya seseorang tentang nakmat Allah
ini. Umumnya mereka ada yang menjawab:
“Aku selalu bersyukur dengan mengatakan
Alhamdulillah”. Ada juga yang mengatakan :
“Aku selalu bersyukur kepada Allah dengan
mengucapkan Alhamdulillah, dan juga dengan melakukan ibadah kepada Allah serta
melakukan amaliah kepada sesama hamba-Nya”.
Tapi mungkin ada juga mereka yang sebelum menjawab
pertanyaan kita di atas, sebelumnya mereka bertanya balik, apa saja ya nikmat
Allah yang diberikan kepada kita?.
Saudaraku,
Mari kita lihat
diri kita saja, di bagian kepala: ada rambut tumbuh, mata melihat, hidung
bernafas, telinga mendengar, mulut bicara dan makan minum, otak berpikir dan
merekam ingatan. Dari mana kita dapat, semua diberi. Ada mereka yang diberi tidak lengkap, tetap
mereka bersyukur daripada tidak diberi sama sekali.
Mari kita lihat
lagi, kita punya tangan dan kaki, ada yang namanya jantung, paru-paru, hati,
ginjal,.dll, dll, lagi. Sanggup kita menghitung nilainya, atau harganya?.
Bayangkan kalau ada salah satu yang diambil lagi oleh Pemberinya.
Saudaraku,
Apa yang
sebagian disebut di atas baru nikmat yang ada pada diri kita langsung. Ada nikmat-nikmat lainnya
yang sering banyak orang melupakannya. Allah menciptakan matahari dan
pelanet-pelanet, tanaman, binatang, pohon (hutan), air, udara, serta
benda-benda berharga yang dikandung bumi.
Kita diberi
hidup berkeluarga (isteri, anak-anak), hidup berkecukupan, bertetangga,
berbangsa dan bernegara yang merdeka. Bukankah semua itu nikmat yang diberikan
Allah?. Dan biasanya kita baru sadar kalau ketika ada yang sudah diambil-Nya
dari kita?.
Saudaraku,
Tapi Allah bersifat rahman dan rahim (kasih
sayang). Dan selalu mengingatkan agar manusia tidak zalim dan tidak ingkar
terhadap nikmat yang diberikan-Nya. Seperti dalam Surah Arrahman, yang jumlah
ayatnya ada 41 ayat, sebanayk 31 ayat mengingatkan manusia tentang nikmat Allah
yang diberikan kepada hamba-Nya.
“Fabiayyi alaaai
rabbuka tukazzibani” (Maka nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?).
Saudaraku,
Mungkin timbul
pula pertanyaan, mengapa masih banyak orang hidup dalam kemiskinan. Allah
berjanji “ Wa atakum min kulli saaltumuuhu” (Dia (Allah) akan memberimu apa-apa
yang kamu minta). Karena itu jawabnya
adalah mari meminta (berdoa’a) kepada Allah. “Iyya kana’budu wa iyya kanasta’in”.
(Kepada-Mu aku menyembah dan kepada-Mu aku meminta). Allah menargetkan kita
menyembah dan kemudian meminta kepada-Nya sekurang-kurangnya 5 kali dalam
sehari semalam. Kalau hal itu kita
sudah lakukan dan tidak lalai, Allah tentu akan memenuhi janji-Nya. Insya
Allah. Terkecuali seperti diberitakan dalam Al Qur’an memang ada orang-orang
shaleh yang mendapat ujian kesabaran dari Allah, mereka lulus dan mereka adalah
ahli surga.
Saudaraku,
Kalau kita
sejenak introspeksi diri, tentu kita sadar begitu banyak nikmat yang diberikan
Allah kepada kita umat-Nya. Karena itu wajar kalau kita senantiasa bersyukur
dengan selalu melaksanakan perintahnya: aqimis shalah wa atuzzakah, kutiba
alaikumus siam, qala la
ilaha illa Allah, dan bagi yang “siap” hadir di padang Arafah pada 9 Zulhijjah.
Tapi bagi mereka
yang zalim dan ingkar akan nikmat Allah, maka seperti firman-Nya dalam Al
Qur’an surah Iberahim ayat 7: “Wa iz taazzana rabbukum: lain syakartum la
azidannakum, wa lain kafartum inna ‘azaba lasyadiid”. (Dan Tuhan mu memberitahukan:
jika kamu bersyukur akan Ku-tambah nikmatmu, tapi bila ingkar siksa-Ku amat
pedih).
Saudaraku,
Memperhatikan
keberadaan masyarakat di negeri kita saat ini, apakah ini gambaran dari
masyarakat yang senantiasa bersyukur kepada Allah, atau gambaran dari masih
banyak masyarakat yang zalim dan ingkar
kepada Allah?. Wallahu ‘alam.
(HRN: sumber
kitab-kitab islami).
Rabu, 13 Maret 2013
DEWAN BANJAR
(uraian
sekilas)
Oleh: Ramli Nawawi
Oleh: Ramli Nawawi
Dewan Banjar adalah suatu badan yang beranggotakan
wakil-wakil rakyat di daerah Banjarmasin
dan Hulu Sungai di Kalimantan Selatan.. Dewan ini dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 1 Staatblad No. 14 tangal 14 Januari
1948. Pemerintah NICA (Nederland Indische Administration)
membentuk badan ini berkaitan dengan usaha Pemerintah Belanda untuk berkuasa
kembali di Indonesia
setelah sempat diambil alih oleh Jepang selama 4,5 tahun. Dewan Banjar seperti
beberapa dewan lainnya yang dibentuk Pemerintah NICA di Indonesia, adalah
merupakan sarana untuk pembentukan Negara Bagian Kalimantan. Hal ini sesuai
dengan usaha pemerintah NICA dalam rangka pelaksanaan politik divide et impera,
guna memecah belah bangsa Indonesia.
Dewan Banjar yang berusia dua tahun dua bulan 20 hari
tersebut di bubarkan oleh Presiden RIS dengan Surat Keputusan No. 137 tanggal 4 April 1950. Kegagalan Dewan Banjar melahirkan Negara Kalimantan tidak terlepas dari
karena adanya para anggota Dewan dari kaum Republikein yang dalam
persidangan-persidangannya selalu melakukan tindakan menghalang-halangi usaha
pihak Nica tersebut. Keikutsertaan wakil-wakil dari partai politik yang
menghendaki tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan
tanggal 17 Agustus 1945, ternyata berhasil mengulur-ulur waktu sehingga usaha
pembentukan Negara Bagian Kalimantan tersebut tidak kunjung mendapat
kesepakatan. Sehubungan dengan hal tersebut NICA kemudian dengan licik berusaha
menambah para anggota Dewan dari golongan federalis. Dengan cara inilah
Pemerintah NICA akhirnya bisa menghasilkan keputusan Dewan yang menyetujui akan
dibentuknya Negara Bagian Kalimantan.
Namun demikian usaha pembentukan Negara Bagian
Kalimantan tersebut tidak pernah terwujud. Hal ini karena kemudian terjalin kerja
sama antara anggota Dewan dari golongan Republikein tersebut dengan para
pemimpin gerilyawan yang tergabung dalam ALRI Divisi IV (A) Kalimantan Selatan,
organisasi perjuangan bersenjata di daerah ini. Melalui informasi dari anggota
Dewan dari golongan Republikein, pimpinan ALRI Divisi IV (A) Kalimantan Selatan
dapat mengetahui nama-nama anggota Dewan yang diberi tugas untuk merealisasikan
keputusan Dewan dimaksud. Mereka itu kemudian diculik oleh para gerilyawan dan
dibawa ke daerah pedalaman. Peristiwa penculikan-penculikan oleh para
gerilyawan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan anggota Dewan dari kelompok
federalis dalam melaksanakan aktifitasnya. Akibatnya sampai dengan
terselenggaranya Konferensi Meja Bundar antara Pemerintah Belanda dengan
Pemerintah Republik Indonesia yang antara lain memutuskan adanya pengakuan
kedaulatan kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 31 Desember 1949,
pembentukan Negara Bagian Kalimantan tidak pernah terwujud.
(HRN: bagian dari buku Dewan Banjar).
Langganan:
Postingan (Atom)