Jumat, 21 Agustus 2009

Buat Sahabatku

RAMADHAN MUBARAK
Saudaraku,
Ramadhan mubarak telah menjumpai kita lagi. Hari Sabtu tanggal 1 Ramadhan 1430 H bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 2009 kita umat Muslimin memulai menjalankan ibadah puasa Ramadhan lagi.

Banyak hikmah yang terkandung di dalam bulan yang suci ini. Nabi Muhammad S.A.W. memberitahukan kepada kita umatnya, sebagaimana sabdanya:

اتاكم رمضان سيد الشهور * فمرحبا به واهلا * جاء شهرالصيام با لبركا ت
فاءكرم به من زائر هوات * لو تعلمو امتى ما فى رمضان لتمنو ان تكون
السنة كله رمضان * لاء ن الحسنا ت فيه مجتمعة * والطاعة
مقبولة *والدعوات مستجابة * والدنوب مغفورة * والجنة مشتاقة *

“Telah datang bulan Ramadhan mengunjungi kamu, bulan yang amat utama, sambut dan elu-elukanlah kedatangannya itu. Dia datang membawa bermacam-macam berkah, muliakanlah dia laksana menghormati tamu. Seandainya umatku mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam bulan Ramadhan itu, pastilah mereka menginginkan supaya seluruh bulan dalam setahun terdiri dari bulan Ramadhan. Karena dalam bulan Ramadhan itu berkumpul bermacam-macam kebaikan yang memberi pahala, taat yang diterima, do’a diperkenankan, dosa diampuni, dan timbul kerinduan akan sorga”. (h.r. Ahmad dari Ibnu Abas).

Saudaraku,
Kalau kita perhatikan isi hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas tersebut, maka hikmah yang terkandung dalam bulan Ramadhan selain mengandung nilai-nilai “ubudiah” (penghambaan diri kepada Allah), juga mengandung nilai-nilai “etika” (moral) yang memberi tuntunan dalam hidup kita bermasyarakat.

Nilai-nilai ubudiah yang terkandung dalam bulan Ramadhan tersebut adalah:
1). Ramadahan sebagai sumber kebaikan, karena puasa Ramadhan selain sebagai salah satu rukun Islam, juga merupakan lahan yang mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Karena itu pada malam hari selama bulan Ramadhan kita dianjurkan melaksanakan shalat tarawih, i’tikaf di mesjid, tilawatul Qur’an, meningkatkan do’a memohon ampun kepada Allah, bersedekah, serta perbuatan-perbuatan baik lainnya. Karena itulah Ramadhan dikatakan sebagai sumber kebaikan.

2. Pada bulan Ramadhan ketaatan kita diterima oleh Allah, segala amal ibadah kita akan diterima oleh Allah.

3. Pada bulan Ramadhan segala doa diperkenankan. Setiap doa yang baik yang dimohonkan dalam bulan Ramadhan akan diperkenankan oleh Allah S.W.T. Karena itu bulan Ramadhan memberikan kesempatan kepada kaum muslimin dan muslimat untuk meningkatkan doa untuk kemaslahatan kehidupan di dunia dan dia khirat.
Ada 3 doa yang banyak dipanjatkan orang-orang yang berpuasa dalam bulan ini:

الهم اغفرلى د نوب يا رب العالمين
(Ya Allah ampunilah dosaku, ya Tuhan sekalian Alam), doa pada hari 1 s.d. hari ke 10..

الهم ارحمنى برحمتك يا ارحم الرحين
(Ya Allah berilah aku rahmat (belas kasih) dengan rahmat-Mu, ya Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang), doa pada hari ke 11 s.d. hari 20.

الهم اعتنى من النار واد حلنى الجنة يا رب العالمين

(Ya Allah, bebaskanlah aku dari siksa api neraka, dan masukkanlah aku ke dalam sorga, ya Tuhan sekalian alam), doa dari tanggal 21 s.d akhir Ramadhan.

4. Pada bulan Ramadhan dosa-dosa diampuni. Sebagaimana hadis nabi:
من صام رمضان ايمانا واحتسابغفر له ما تقد م من د به
(Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap keredaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu).

Yang dimaksudkan disini bahwa pada bulan Ramadhan terdapat peluang yang memberi kesempatan kpd kaum muslimin dan muslimat utk meningkatkan amaliah, sehingga kumpulan kebaikan yang dilakukan seorang hamba tersebut dapat menghapus dosa-dosanya. Allah menegaskan dalam surah Al Hud (114):

اءن الحسنات يدهبن السيئا ت *
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan kebaikan itu menghapuskan perbuiatan-perbuatan yang buruk”.

5. Bulan Ramadhan menimbulkan kerinduan untuk nanti bisa memasuki sorga. Bulan ramadhan dengan segala kesemapatan untuk melakukan amaliah itu menumbuhkan upaya untuk nantinya menjadi penghuni sorga, yakni tempat di akhirat yang memberikan penuh kebahagian dan kenikmatan seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang taat beribadat menjalankan kewajiban yang diperintahkanNya.

Saudaraku,
Nilai-nilai lain yang dilahirkan dari ibadah puasa adalah ketahanan rohaniah. Karena puasa melatih jiwa mengendalikan dan menguasai hawa nafsu. Sementara ketahanan rohaniah seseorang akan mampu menghadapi setiap tantangan dan godaan yang hendak menyesatkan atau menjatuhkan kita. Ketahanan rohaniah sangat diperlukan bagi keluarga muslim dalam kehidupan dunia modern saat ini (agar kita terhindar dari pengaruh negatif sarana komunikasi, narkoba, pergaulan bebas, dls).

Nilai lainnya, dengan berpuasa orang semakin menyadari akan nikmat yang diberikan Allah. Semua nikmat itu disadari ketika nikmat itu hilang atau lenyap dari seseorang. Dengan berpuasa, maka dengan kemauan sendiri orang menahan dirinya tidak makan dan tidak minum sehari penuh. Dengan demikian dia dapat merasakan bagaimana nikmat yang diberikan Allah sesuatu yang pernah dimilikinya manakala hal itu tidak dimilikinya lagi.

Saudaraku,
Ibadah puasa juga melatih seseorang untuk berserah diri kpd Allah S.W.T (Allah yang mengatur kemampuan kita), puasa menguatkan kemauan (karena dalam berpuasa ada tantangan dan godaan menyuruh mundur), jujur (tidak makan atau minum meskipun tidak ada orang yang mengawasi).

Demikianlah dari uraian di atas, maka ibadah puasa yang kita lakukan dalam bulan Ramadhan saat ini, banyak mengandung nilai-nilai ubudiah (untuk bekal kehidupan kita di akhirat yang kekal kelak), dan juga mengandung nilai-nilai moral (etika) yang berguna untuk menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat yang kita jalani saat ini. Semoga bermanfaat (HRN).

Kamis, 20 Agustus 2009

Ayoo.. foto...., asyiik nih pada bergaya, ini foto para peneliti BPSNT Yogya ketika kunjungan ke Denpasar Bali (foto dok. Suhatno)


Ini juga nih foto ketika di Bali, lihat tuh kawan2 pada semangat semua, terutama yang pakai2 pet di depan tuh...


Ketika ketemu para peneliti di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta


Kalu yang ini para peneliti senior yang udah pada nyampai puncak


Yang duduk paling kanan tu Ka TUnya Balai...Drs. Sumardi, haloo mas aku tunggu E-mailnya ya....


Kalu yang berdiri paling kiri...mas Baron, kenapa mas tangannya lagi perlihatkan cincin "yakut"nya ya...ah..


Mengenal Sekilas Tentang

BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL
YOGYAKARTA

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Yogyakarta merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF) dan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala (khususnya sejarah yang bersifat intangible) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Tugas yang diemban oleh BPSNT berkaitan dengan nilai-nilai tradisi, kepeccayaan, kesenian dan kesejarahan. BPSNT Yogyakarta mempunyai wilayah kerja regional, lintas propinsi, yaitu Propinsi DIY, Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur.
BPSNT mempunyai fungsi melaksanakan kajian, pelestarian nilai-nilai kesejarahan dan kenilai-tradisionalan yang meliputi tradisi, kepercayaan, kesenian. Pelestarian dititikberatkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan keanekaragaman budaya, nilai-nilai budaya serta distribusi dan kontak-kontak kebudayaan yang berlangsung di wilayah kerja BPSNT Yogyakarta.
Selaras dengan visi dan misi BPSNT Yogyakarta maka dalam operasionalnya mempunyai program pengembangan nilai budaya, baik yang terkandung dalam kesejarahan dan kenilai-tradisionalan, seperti inventarisasi, pendokumentasian, penelitian, pengembangan dan penyuluhan, perlindungan, pelayanan publik dan penyebarluasan hasil penelitian. (Sumber: Profil BPSNT Yogya).

Minggu, 16 Agustus 2009

Nah..ini bpk2 di RT 10 Citra Ringin Mas (Yogyakarta), siap pasang2 tenda persiapan malam tirakatan menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 64


Penuh semangat.....siap kerja......


Aduh bu....tinggi banget, aku kan masih kecil...


Tolong buuu......., tolong.... ketinggian nih....kerupuknya....


Ayo nak.....ayo...semangattt......, kata ibunya...


Ya...tolong aja makan kerupuknya, habis sudah makan satu sih sebelum lomba...habis aku doyan sih...bilangnya..


Ayo....siapa yang paling cepat nyampai dan kelereng tidak jatuh...


Giliran bagian balita...bawa kelereng dalam sendok..


Memasukkan pensil dalam botol, digantung di belakang pantat...ha....ha...ha....


Memasukkan pensil dalam botol....ayo... bagian balita..


Salah satu sudut di acara tirakatan (maaf nih foto kurang pas, beberapa foto juga gelap)


Foto dulu......setelah dikasih hadiah lomba 17-an....


Horeee.......kami juga dapat ...hadiahhhh....


Cucu2 bangga dapat hadiah lomba yang diserahkan Eyang Faisal


Sabtu, 15 Agustus 2009

Dirgahayu Republik Indonesia

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

Tak ada kata lain kecuali kita bersyukur kepada Allah SWT karena kita bangsa Indonesia telah mendapatkan nikmat kemerdekaan, dan tanggal 17 Agustus 2009 ini kemerdekaan bangsa Indonesia telah mencapai 64 tahun. Kita tentu tak boleh lupa bahwa kemerdekaan negeri kita ini tidak didapatkan dengan cuma-cuma. Tapi diperoleh melalui perjuangan panjang dimulai dari bangkitnya putra-putri bangsa Indonesia pada tahun 1908 yang tampil dengan cita-cita untuk merdeka dari penjajahan Belanda dan terus berjuang untuk mewujudkannya. Setelah melalui liku-liku sejarah dan pengorbanan jiwa raga dari mereka yang kini kita sebut para pahlawan bangsa, akhirnya tokoh-tokoh bangsa berikutnya pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan negeri ini, Republik Indonesia.

Ketika itu bangsa kita langsung bangga karena telah merasakan alam kemerdekaan ketika Merah Putih bebas dikibarkan di depan rumah-rumah seluruh rakyat Indonesia. Tetapi sejarah perjuangan menegakkan kemerdekaan tersebut belum selesai. Kemerekaan bangsa kita masih perlu pengorbanan karena Belanda tidak begitu saja mau mengakui proklamasi kemerdekaan bangsa kita. Karena itulah kemudian di seluruh daerah di berbagai pulau besar-kecil di Nusantara ini timbul lasykar-lasykar perjuangan bersenjata untuk mengusir serdadu Belanda dan orang-orang sivilnya yang masih mau bertahan di Indonesia. Sangat banyak korban jiwa raga, harta, dan penderitaan bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan waktu itu. Alhamdulillah, berkat perjuangan yang tak kenal menyerah dan tak kenal lelah, baik melalui perjuangan diplomasi dan perjuangan bersenjata rakyat semesta, akhirnya setelah berlangsungnya Konperensi Meja Bundar, maka tanggal 27 Desember 1949 Belanda dan negara-negara merdeka di dunia mengakui kedaulatan Indonesia.

Bagi para sahabat di Yogyakarta yang ingin mengingat kembali sekilas tentang peristiwa “Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Yogyakarta”, dapat dilihat di blog ini: posting tgl. 3 Mei 2009.

Sedangkan bagi para sahabat di Banjarmasin yang ingin mengingat kembali sekilas tentang “Peristiwa Sekitar 17 Agustus 1945 di Kalimantan Selatan”, dapat dilihat di blog ini: posting tgl. 29-1-2009. (HRN).

Ini acara ulang tahun Violyn Shifa Nadira (Olyn), lagi siap-siap potong kue bertulisan VIOLYN KE 4


Nah..ini setelah tiup lilin, Olyn potong kue untuk teman-teman


Berunding lagu mau nyanyi bersama Yasmin, Olyn, Bintang, dan kalu Azizah kayanya mau ikut mejeng juga tuh....


Jumat, 14 Agustus 2009

Ini Olyn yang lagi nyanyi di dampingi Yasmin dan Bintang


Waah.....maunya Azizah makan sendiri ya.....


Ualang Tahun Violyn ke 4

Foto-foto di atas tu foto ketika acara ulang tahun Violyn yang ke 4 di rumahnya di Perumahan Lampau Hijau di Banjarmasin. Nama lengkapnya Violyn Shifa Nadira, lahir di Banjarmasin tanggal 9 Agustus 2005, putri dari Isnono Prayitno dan Huda Alhusna.
Hadir juga tuh sepupu-sepupu Violyn, ada Yasmin Lala Ima Sakina yang lahir di Yogyakarta tanggal 24 Januari 2001 dan Bintang Lazuardi Alihafiz Emle, yang juga lahir di Yogyakarta tanggal 19 Januari 2004, keduanya putra-putri dari Yudi Yusmili dan Atet Wulandari.
Hadir juga tuh sepupu yang paling muda yang masih imut-imut Siti Azizah Maulidia Firdausi yang lahir di Banjarmasin tanggal 18 Maret 2008, putri dari M. Iqbal Firdausi dan Heny Angelika.
Selamat ulang tahun Violyn, semoga panjang umur, selalu sehat wal afiat, cerdas, berbakti kepada kedua orang tua, keluarga, agama, bangsa dan negara. Amiiin.

Rabu, 05 Agustus 2009

Lintasan Sejarah Banjar

LINTASAN SEJARAH BANJAR
(Kalimantan Selatan)

Menurut Hikayat Banjar, pada abad ke 14 di tanah Banjar berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Negara Dipa. Kerajaan ini dibangun oleh seorang saudagar dari Negeri Keling yang bernama Empu Jatmika. Ia datang ke daerah ini memenuhi wasiat almarhum ayahnya yang bernama Mangkubumi. Empu Jatmika disuruh agar sepeninggal ayahnya supaya meninggalkan Negeri Keling dan mencari tempat tinggal baru yang tanahnya panas dan berbau harum (pen: subur dan aman).

Empu Jatmika dan keluarganya setelah berlayar ke utara kemudian sampai di suatu daerah bernama Hujung Tanah. Di sinilah ia kemudian menemukan tanah yang panas dan berbau harum tersebut. Empu Jatmika bersama anak-anak dan pembantunya kemudian mendirikan tempat tinggal dan membangun daerah yang kemudian dikenal sebagai daerah Kahuripan atau Kuripan, yakni daerah Kota Amuntai sekarang. Untuk upacara keagamaan, ia mendirikan sebuah candi, yang kemudian dikenal dengan Candi Agung.

Sebagai tokoh pimpinan, yang kemudian diakui pula oleh penduduk di daerah tersebut, Empu Jatmika kemudian bergelar Maharaja di Canndi. Bahkan Kerajaan Negara Dipa ini semakin bertambah kuat dan wilayahnya semakin bertambah luas berkat usaha penaklukan terhadap daerah-daerah sekitarnya oleh para patih yang bernama Patih Magatsari dan Tumenggung Tatah Jiwa.

Empu Jatmika memandang dirinya tidak lebih dari seorang saudagar. Ketaatannya memegang ajaran Trimurti, merupakan tonggak kukuh atas pandangannya bahwa kasta Waisye tidak mempunyai hak untuk memerintah. Sehubungan pandangannya itulah ia berwasiat kepada kedua anaknya yang bernama Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat, bahwa sepeninggalnya nanti supaya dicari seorang raja yang sebenarnya.

Disebutkan dalam Hikayat Banjar bahwa setelah Empu Jatmika meninggal, Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat segera mencari orang yang berhak memerintah di Negara Dipa sesuai wasiat orang tua mereka. Disebutkan bahwa Lambung Mangkurat akhirnya menemukan seorang putri penjelmaan yang keluar dari pusaran air yang berbuih, sehingga ia dikenal dengan sebutan Putri Junjung Buih.

Selanjutnya untuk mendapatkan seorang raja yang berhak memerintah di Negara Dipa, Patih Lambung Mangkurat menjodohkan Putri Junjung Buih dengan seorang putra raja Majapahit yang bernama Suryanata.

Pusat Kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika tersebut kemudian oleh raja yang ketiga sesudah Suryanata, yang bernama Sari Kaburungan dipindahkan ke daerah selatan. Pusat kerajaan yang baru ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Negara Daha. Bandar perdagangan juga dipindahkan dari bandar lama di Muara Rampiau ke bandar baru di Muara Bahan (Marabahan). Tidak lama setelah perpindahan kerajaan inilah Patih Lambung Mangkurat meninggal dan kemudian digantikan oleh Patih Aria Trenggana.

Sari Kaburungan kemudian digantikan oleh anaknya bernama Maharaja Sukarama (lihat silsilah Lambung Mangkurat, posting: 18-2-09). Raja yang baru ini mempunyai tiga orang anak, dua orang putra yakni Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung serta seorang putri bernama Ratu Intan (Putri Galuh). Dari anak putrinya ini Maharaja Sukarama mempunyai seorang cucu bernama Raden Samudera.

Diterangkan bahwa menjelang akhir hayatnya Maharaja Sukarama telah mewasiatkan kepada Patih Trenggana, bahwa apabila ia meninggal maka yang berhak menggantikannya adalah cucunya yang bernama Raden Samudera. Karena itulah sepeninggal Sukarama di Negara Dipa terjadi perebutan tahta. Maka untuk keselamatan Raden Samudera, Patih Aria Trenggana menyuruhnya agar meninggalkan istana. Sehingga Raden Samudera harus hidup menyamar sebagai anak nelayan di daerah orang Serapat, Belandian, Kuin (Kuwen) di muara Sungai Kuin.

Sebagai anak yang tertua maka Pangeran Mangkubumi kemudian naik tahta mengganikan Sukarama. Namun karena suatu fitnah Pangeran Mangkubumi dibunuh oleh Pangeran Tumenggung, adiknya sendiri.

Sementara itu seorang penguasa bandar di daerah di mana Raden Samudera menyamar sebagai anak nelayan bernama Patih Masih kemudian menemukan putra mahkota yang terbuang tersebut. Dan atas kesepakatan 5 orang patih, yakni Patih Masih, Patih Muhur, Patih Balit, Patih Kuin dan Patih Balitung, maka Raden Samudera dirajakan di daerah Banjarmasin.

Tindakan para patih ini menyebabkan timbulnya pertentangan antara Negara Daha dan Banjarmasin. Pertentangan yang timbul antara paman dan kemanakan (keponakan) ini membuat sejarah baru dengan adanya permintaan (atas usul Patih Masih) bantuan oleh Raden Samudera kepada Sultan Demak. Sultan Demak waktu itu (Sultan Trenggono) bersedia membantu dengan syarat kalau sudah menang Raden Samudera harus beragama Islam. Dan persyaratan ini diterima baik oleh Raden Samudera.

Disebutkan dalam Hikayat Banjar bahwa kelompok-kelompok yang membantu Raden Samudera terdiri atas 1000 orang Demak; serta rakyat di daerah yang dahulu merupakan daerah kekuasaan Maharaja Sukarama seperti Sambas, Sukadana, Kotawaringin, Pambuang, Sampit, Kutai, Berau, Pasir, Pamukan, Pulau Laut, Satui, Asam-asam, kintap, Takisung, Tabanio, dan beberapa daerah lainnya; juga terdapat kelompok pedagang yakni orang Melayu, Cina, Bugis, Makasar dan orang Jawa yang ada di Banjarmasin

Perang ini berakhir dengan pengakuan secara tulus yang diberikan oleh Pangeran Tumenggung terhadap keponakannya (Raden Samudera) yang memang berhak atas kerajaan waktu itu. Atas pengakuan dan ketulusan Pangeran Tumenggung menyerahkan kerajaan kepada keponakannya tersebut, maka Raden Samudera kemudian menyerahkan daerah Batang Alai dan Batang Amandit untuk tetap diperintah oleh pamannya yang tetap bermukim di Negara Dipa.

Selanjutnya sesuai dengan perjanjian dengan Sultan Demak, maka Raden Samudera kemudian memeluk agama Islam. Ia kemudian bernama Sultan Suriansyah, dan sebagai pusat kerajaan ditetapkan di Banjarmasin yakni di daerah Desa Kuin. Karena itulah Sultan Suriansyah dikenal sebagai raja pertama pendiri Kerajaan Banjar (Banjarmasin) yang beragama Islam. Sultan Suriansyah memerintah sekitar tahun 1526-1550.

Kerajaan Banjar (Banjarmasin) ini selanjutnya oleh Sultan Mustainullah (Sultan yang ke 4) ibu kotanya dipindahkan ke daerah Martapura (lihat peta perpindahan ibukota kerajaan Banjar, posting di atas). Perpindahan ini berlangsung pada tahun 1612. Perpindahan tersebut didasari pertimbangan bahwa ditempat baru itu selain tanahnya bertuah, maka karena tempatnya jauh di pedalaman akan sukar didatangi oleh orang-orang asing (Inggeris dan Belanda yang waktu itu kapal-kapalnya sudah sampai di Banjarmasin).

Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Tahmidullah bin Sultan Tamjidillah (1761-1801) penyebaran Islam di Kerajaan Banjar mengalami penyebaran pesat. Pada waktu itu di ibu kota Kerajaan Banjar hidup seorang ulama besar bernama Syeh Muhammad Arsyad Al Banjari, yang telah kembali setelah belajar agama selama 32 tahun di Mekah.

Salah seorang sultan yang pada masa pemerintahannya berusaha menanamkan ajaran Islam kepada rakyatnya adalah Sultan Adam Alwasikh Billah (1825-1857). Sultan Adam telah memberlakukan suatu undang-undang yakni Undang-Undang Sultan Adam yang mewajibkan rakyatnya menjalankan syaria’at Islam dalam kehidupannya di masyarakat.

Kerajaan yang dibangun Sultan Suriansyah pada abad ke 16 dan bermula dari cikal bakal di Negara Dipa ini akhirnya dihapuskan secara sepihak oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 11 Juni 1860, dengan terlebih dahulu menurunkan dari tahta kerajaan sultan terakhir ialah Sultan Tamjidillah.

Namun Perang Banjar yang dicetuskan Pangeran Antasari bersama dengan Pangeran Hidayatullah (1859-1905) terus berlangsung secara sepuradis di bumi Banjar. Walaupun Pangeran Hidayatullah kemudian diasingkan ke Cianjur dan Pangeran Antasari meninggal karena sakit tahun 1862, perlawanan terus berkobar di bawah pimpinan Gusti Muhammad Seman putra Pangeran Antasari. (HRN).