Minggu, 28 November 2010

MEMAKNAI SUATU MUSIBAH

(banjir Wasior, tsunami Mentawai, awan panas Merapi)

Oleh: Ramli Nawawi
Sahabat seiman.
Kita bangsa Indonesia umumnya, akhir-akhir ini tak henti-hentinya mendengar terjadinya berbagai musibah yang menimpa sebagian dari saudara-saudara kita sebangsa. Peristiwa terjadinya gempa bumi di negeri ini seperti sambung menyambung menimpa berbagai daerah dari barat ke timur di berbgai pulau di negeri ini. Demikian pula banjir terjadi di mana-mana, tanah longsor yang menimbun dan meruntuhkan rumah-rumah penduduk juga terjadi di berbagai daerah . Kebakaran yang menghanguskan bangunan-bangunan dan rumah-rumah penduduk. Angin puting beliung yang memporak-porandakan kediaman penduduk. Banyaknya kecelakaan kenderaan yang merenggut nyawa dan luka-luka. Berbagai penyakit yang tumbuh atau diderita warga bangsa ini, atau berbagai kejadian yang mengganggu ke tenteraman hidup ini, semua itu tergolong musibah

Terakhir baru saja warga kita di Wasior Papua barat ditimpa musibah banjir bandang yang menghancurkankan perkampungan mereka, demikian pula warga kita di Kepulauan Mentawai digoyang gempa yang berdampak tsunami sehingga meluluh lantakkan pemukiman mereka, dan berikutnya pada tanggal 5 Nopember 2010 Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Magelang menyemburkan awan panas yang juga meluluhlantakkan pemukiman hingga mencapai sekitar radius 15 km ke tempat-tempat di sekitarnya. Tentu saja semua kejadian tersebut merupakan musibah yang banyak menimbulkan korban jiwa saudara-saudara kita, termasuk segala harta benda yang mereka miliki.

Sebagai saudara sebangsa, ketika terjadi berbagai musibah tersebut, kita juga selalu menyampaikan rasa belasungkawa yang dalam, serta berdoa untuk mereka yang kena musibah, yang meninggal baik yang ditemukan maupun yang hilang semoga Allah hapus dosa-dosanya dan diterima di sisi-Nya. Bagi yang mendapat kecelakaan ketika peristiwa tersebut sehingga masih di rawat di bergai rumah sakit kita doakan semoga cepat sembuh. Tentu saja kita juga terpanggil untuk memberikan bantuan berupa materi dan berbagai bentuk bantuan lainnya untuk meringankan beban warga kita tersebut. Sedangkan warga kita yang harus merelakan anggota keluarganya menghadap Khaliknya, semoga kehidupan ke depan lebih baik dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sahabat seiman,
Umat manusia umunya menyebut semua peristiwa kerusakan alam itu sebagai musibah, karena manakala kejadian tersebut berlangsung terjadi berbagai penderitaan mereka yang terkait dengan peristiwa tersebut, apalagi bila dalam peristiwa itu sampai ada yang merenggut jiwa.

Mengapa peristiwa itu terjadi, begitulah Allah menciptakan segala sesuatu di bumi dan bahkan di jagat raya ini tidak ada yang kekal, dan segala yang baharu, yang tidak kekal akan selalu berubah, dan bahkan akan hancur.


و لله غيب السموت والارض * وما امرالساعة الا كلمح البصر *
او هو اقرب * ان الله علئ كل شئ قدير *

“Dan kepunyaan Allah lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (An Nahal, 77).

Sahabat seiman,
Berbagai kejadian yang bersumber di bumi seperti pergerakan, pergeseran, pertubrukan lapisan bumi, persemburan lumpur atau lava panas dari bumi, dan berbagai kejadian lainnya dari unsur-unsur bumi, bisa menjadi musibah bagi manusia penghuninya karena dapat merugikan dan bahkan membinasakan mereka.

Tapi ketahuilah bahwa setiap peristiwa yang menakutkan yang berlangsung atas kehendak Allah tersebut, adalah merupakan ujian dan cobaan kepada manusia. Karena dengan adanya ujian dan sekaligus cobaan terhadap manusia tersebut, akan dibedakan ada orang-orang yang ingat kepada Allah dan langsung memohon pertolongan-Nya, dan ada pula orang-orang lupa kepada Allah dan bahkan meminta pertolongan kepada yang lain dari Allah.

Kejadian musibah bahkan sebagai tanda Allah masih sayang kepada mereka yang sudah mulai meninggalkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan pemilik alam semesta ini. Dan ketika musibah menimpa mereka lalu mereka istigfar dan sadar kalau kita adalah milik Allah. Mereka yang ketika mendapat musibah, kemudian mengucap Inna Lillahi wa Inna Ilaihi rajiun, mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan redha Allah.

Dan mereka yang mendapatkan redha Allah pada akhir hayatnya ganjarannya adalah surga. Tapi bagi mereka yang ketika mendapat musibah lupa kepada pertolongan Allah, maka ia termasuk orang-orang yang mendapat murka Allah.

ولنبلونكم بشئ من الخوف والجوع ونقص من الاموال والانفس والثمرات
وبشر الصبرين * الدين ادا اصابتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه رجيعون *
اولئك عليهم صلوت من ربهم ورحمة واولئك هم المهتد ون*

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sesuatu ketakutan, dan kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berilah khabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah,mereka berkata: Innaalillahi wainnaa ilaihi raajiuun (Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali. Merekalah yang mendapat karunia dari Tuhan mereka dan mendapat rahmat, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al Baqarah: 155-157).

Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, bersabda:

ان عظم الجزاء مع عظم البلاء * وان الله تعالى ادا احب قوما ابتلاهم *
فمن رضي فله الرض * ومن سخط فله السخط *

“Sesungguhnya besar kecilnya pahala seseorang tergantung dari besar kecilnya cobaan. Dan kalau Allah sayang pada salah satu kaum, ia senantiasa akan mengirim cobaan. Maka barang siapa rela menerima cobaan itu, berarti ia mendapatkan ridha Allah. Tetapi barang siapa yang marah karena mendapat cobaan, berarti ia akan mendapatkan murka Allah”.

Demikian musibah merupakan cobaan dan peringatan bagi suatu kaum, Dari adanya cobaan itu manusia terbagi atas dua kelompok, yakni kelompok yang beristiqfar kepada Allah, dan lainnya kelompok yang marah dan lupa kepada pertolongan Allah.

Sahabat seiman,
Musibah akan terjadi bisa karena olah perbuatan manusia yang serakah terhadap alam sehingga keseimbangan alam terganggu (penebangan hutan: penyebab banjir, penggalian: berakibat terjadi longsor, kecerobohan: berakibat kebakaran, terjadinya polusi: berakibat tanaman rusak, dlsbnya).

Musibah juga terjadi sebagai tanda bahwa bumi sebagai ciptaan Allah suatu yang senantiasa berubah dan bergerak kearah kehancurannya. Karena bumi ini dan semua ciptaan Allah lainnya akan hancur, sebagaimana yang digambarkan Allah dalam Surah: Al Zilzal: 1-6.

ادا زلزلت الارض زلزالها * واخرجت الارض اثقالها * وقال الانسان مالها * يومئد تحدث اخبارها * بان ربك اوحى لها *

“Apabila bumi sudah digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi mengeluarkan tanggungan-tanggungan beratnya, dan manusia bertanya ada apa dengan bumi, pada hari itu bumi menceritakan berita-beritanya, sebab sesungguhnya Tuhan-mu telah memerintahkannya kepadanya (bumi)”. (Surah Al Zilzal 1-6).

Sahabat seiman,
Kita hidup selalu berhadapan dengan musibah. Allah di samping akan menguji makhluknya ini, juga mengingatkan bahwa musibah bisa terjadi di manapun (di darat, di laut, di udara), dan setiap manusia sesuai dengan yang ditetapkan Allah akan bertemu dengan musibah yang tak bisa dihindari.

ولو يوء اخد الله النا س بظلمهم ما ترك عليها من دابة ولكن يوءخرهم الى
اجل مسمى * فاءدا جاء اجلهم لايستاءخرون ساعة ولا يستقد مون *

“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari sesuatu makhluk yang melata. Tetapi Allah menangguhkan mereka sampai pada waktu yang ditentukan, maka apabila telah tiba waktu tersebut, mereka tidak dapat mengundurkan barang sesaatpun, dan tidak pula dapat mendahulukannya”. (An Nahal: 61).

Sahabat seiman,
Manusia sangat sedikit mempunyai ilmu tentang musibah. Sebagian besar merupakan rahasia Allah. Manusia seyogianyalah selalu siap dengan bekal amal dan ikhlas menghadapi musibah. Di samping selalu berdoa kepada Allah di setiap selesai shalat 5 waktu, dengan banyak mengucap: Salamun kaulam mir Rabbir Rahim, kita mohon selalu adanya Ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat redha Allah SWT. Amiin. (HRN).

Sabtu, 13 November 2010

Keluarga

DRS. H. RAMLI NAWAWI – HJ. YOHANA

Wibsite: ramlinawawiutun.blogspot.com
E mail: ramli_n_utun@yahoo.com

Mengucapkan
MINAL AIDIN WAL FAIZIN

SELAMAT HARI RAYA
IDUL ADHA 1431 H

Mohon Maaf Lahir Batin
atas segala kesalahan dan kekhilafan

Kepada:

semua kawan seprofessi
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta

warga perumahan
Citra Ringin Mas Yogyakarta
khususnya warga Rt 10 Blok EF

Pengurus dan warga KAKABAYO
(Karukunan Kulawarga Banjar-Yogyakarta)

warga perumahan
Beruntung Jaya Banjarmasin
khususnya warga Jalan Hayam Wuruk

sahabat dan keluarga
ex. Bidang Sejarah dan Nilai Tradisional Dikbud Kalsel

semua anggota Kerukunan Pensiunan Keluarga
SMP Negeri 6 Banjarmasin

semua pengunjung blog:
http://www.ramlinawawi/utun.blogspot.com

Jumat, 29 Oktober 2010

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

Oleh: Ramli Nawawi

Saudaraku,
Kalau kita lagi mengikuti ceramah atau khotbah biasanya penyampai selalu mengajak kita untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Memang Allah SWT dalam Al Qur’anul Karim surah Ibrahim ayat 34 telah berfirman, bahwa Allah SWT akan memberi apa yang kita minta.
“Wa ataakum min kulli saaltumuuhu, wa inta’udduu ni’matallahi laa tuhshuha, innal insaana lazhaluumun kaffaru” (Dia (Allah) memberimu segala yang kamu minta, dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah sanggup kamu menghitungnya, sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari (tidak mengakui akan) nikmat Allah).

Saudaraku,
Benarkah bahwa manusia ini banyak yang ingkar terhadap nikmat Allah? Coba kalau kita tanya seseorang tentang nakmat Allah ini. Umumnya mereka ada yang menjawab:
“Aku selalu bersyukur dengan mengatakan Alhamdulillah”. Ada juga yang mengatakan :
“Aku selalu bersyukur kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah, dan juga dengan melakukan ibadah kepada Allah serta melakukan amaliah kepada sesama hamba-Nya”.
Tapi mungkin ada juga mereka yang sebelum menjawab pertanyaan kita di atas, sebelumnya mereka bertanya balik, apa saja ya nikmat Allah yang diberikan kepada kita?.

Saudaraku,
Mari kita lihat diri kita saja, di bagian kepala: ada rambut tumbuh, mata melihat, hidung bernafas, telinga mendengar, mulut bicara dan makan minum, otak berpikir dan merekam ingatan. Dari mana kita dapat, semua diberi. Ada mereka yang diberi tidak lengkap, tetap mereka bersyukur daripada tidak diberi sama sekali.
Mari kita lihat lagi, kita diberi tangan dan kaki, juga diberi ada yang namanya jantung, paru-paru, hati, ginjal,.dll, dll, lagi. Sanggup kita menghitung nilainya, atau harganya?. Bayangkan kalau ada salah satu yang diambil lagi oleh Pemberinya.

Saudaraku,
Apa yang sebagian disebut di atas baru nikmat yang ada pada diri kita langsung. Ada nikmat-nikmat lainnya yang sering banyak orang melupakannya. Allah menciptakan matahari dan pelanet-pelanet, tanaman, binatang, pohon (hutan), air, udara, serta benda-benda berharga yang dikandung bumi.
Kita diberi hidup berkeluarga (isteri, anak-anak), hidup berkecukupan, bertetangga, berbangsa dan bernegara yang merdeka. Bukankah semua itu nikmat yang diberikan Allah?. Dan biasanya kita baru sadar kalau ketika ada yang sudah diambil-Nya dari kita?.

Saudaraku,
Tapi Allah bersifat rahman dan rahim (kasih sayang). Dan selalu mengingatkan agar manusia tidak zalim dan tidak ingkar terhadap nikmat yang diberikan-Nya. Seperti dalam Surah Arrahman, yang jumlah ayatnya ada 41 ayat, sebanayk 31 ayat mengingatkan manusia tentang nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.
“Fabiayyi alaaai rabbuka tukazzibani” (Maka nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?).

Saudaraku,
Mungkin timbul pula pertanyaan, mengapa masih banyak orang hidup dalam kemiskinan. Allah berjanji “ Wa atakum min kulli saaltumuuhu” (Dia (Allah) akan memberimu apa-apa yang kamu minta). Karena itu jawabnya adalah mari meminta (berdoa’a) kepada Allah. “Iyya kana’budu wa iyya kanasta’in”. (Kepada-Mu aku menyembah dan kepada-Mu aku meminta). Allah menargetkan kita menyembah dan kemudian meminta kepada-Nya sekurang-kurangnya 5 kali dalam sehari semalam. Kalau hal itu kita sudah lakukan dan tidak lalai, Allah tentu akan memenuhi janji-Nya. Insya Allah. Terkecuali seperti diberitakan dalam Al Qur’an memang ada orang-orang shaleh yang mendapat ujian kesabaran dari Allah, mereka lulus dan mereka adalah ahli surga.

Saudaraku,
Kalau kita sejenak introspeksi diri, tentu kita sadar begitu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita umat-Nya. Karena itu wajar kalau kita senantiasa bersyukur dengan selalu melaksanakan perintahnya: aqimis shalah wa atuzzakah, kutiba alaikumus siam, qala la ilaha illa Allah, dan bagi yang telah diberi-NYA kemampuan bersegera memenuhi panggilan-NYA menunaikan ibadah haji berhadir di padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah.
Tapi bagi mereka yang zalim dan ingkar akan nikmat Allah, maka seperti firman-Nya dalam Al Qur’an surah Iberahim ayat 7: “Wa iz taazzana rabbukum: lain syakartum la azidannakum, wa lain kafartum inna ‘azaba lasyadiid”. (Dan Tuhan mu memberitahukan: jika kamu bersyukur akan Ku-tambah nikmatmu, tapi bila ingkar siksa-Ku amat pedih).

Saudaraku,
Memperhatikan keberadaan masyarakat di negeri kita saat ini, apakah ini gambaran dari masyarakat yang senantiasa bersyukur kepada Allah, atau gambaran dari masih banyak masyarakat yang zalim dan ingkar kepada Allah?. Bagaimana pengamatan anda?. (HRN)

(HRN: Maaf naskah ini jangan di copy ke blog lain).

Minggu, 24 Oktober 2010

penampilan "musik panting" mahasiswa kalsel di halal bil halal warga Banjar di Yogyakarta tgl. 3-10-2010



kalu ini penampilan "musik panting"nya orang di banua


CARA ORANG BANJAR "DOELOE" MENETAPKAN UKURAN BANGUNAN RUMAH

Oleh: Ramli Nawawi

Sudut pandang budaya orang Banjar "doeloe" tentang cara membangun rumah ini adalah hasil "bapapandiran" (bicara santai) ketika tahun 1980-an Penulis mengikuti Tim Survey Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru dalam kunjungan ke beberapa lokasi masyarakat penangkap ikan di Kabupaten Tanah Laut, ketika menginap di Desa Takisung sempat bertandang ke rumah seseorang "tetuha" masyarakat di daerah tersebut. Banyak ragam istiadat lama yang diceriterakan dalam suatu percakapan dengan anggota Tim Survey.

Di antara banyak aspek budaya orang Banjar "doeloe" yang hanya sedikit orang mengetahuinya adalah bagaimana orang Banjar "doeloe" menetapkan panjang dan lebar bangunan rumah yang dibangunnya. Sebaliknya orang lebih banyak tahu tentang berbagai "pamali" dari suatu bangunan rumah, seperti bangunan rumah yang bertingkat pada bagian belakang, dan sebagainya.

Orang Banjar "doeloe" dalam membangun rumah umumnya menggunakan ukuran '"depa" ada juga dengan meter. Namun untuk tepatnya diukur kembali dengan tapak kaki pemiliknya yang dilakukan secara bergantian dan bersambung, yakni tapak kaki kanan-kiri-kanan dan seterusnya.

Falsafah bahwa setiap bentuk, gerak, bunyi / aksara (seperti sebuah nama), rasa dan lain sebagainya mempunyai makna tertentu, tampaknya mempunyai kaitan erat dengan masalah ukuran bangunan bagi orang Banjar "doeloe". Dari pandangann tersebut di atas cara menetapkan ukuran sebuah rumah yang dimulai dengan kata: raja – cina – sahaya disesuaikan dengan tindakan mengukur dengan mulai kaki kanan – kiri – kanan dan seterusnya, dianggap mempunyai nilai magis (atau keinginan sama dengan perlambangnya) bagi pemiliknya. Siapa dan bagaimana kehidupan tokoh seorang raja, orang Cina, dan seorang hamba sahaya yang dikenal masyarakat orang Banjar "doeloe" di daerah ini, diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan yang mereka cita-citakan melalui pemikiran dan karsa sesuai dengan falsafah serba makna dan nilai tersebut di atas. Atas dasar itulah kiranya budaya tradisional dalam menetapkan ukuran bangunan rumah tersebut tumbuh di sebagian masyarakat Banjar "doeloe"
.
Sementara itu sebutan "raja" sebagai pengganti "datu" dan kata "sahaya" sebagai sahaya yang punya kewajiban berbakti, baru dikenal oleh masyarakat sesudah masuknya kebudayaan Hindu dari India, serta adanya ceritera tentang "orang-orang Cina" sebagai pelayar dan pedagang kaya yang dikenal jauh sebelum zaman Seriwijaya dapat dijadikan patokan dasar bahwa aspek budaya ini tumbuh di masyarakat Banjar khususnya sesudah masuknya budaya dari luar tersebut. Dari perjalanan kehidupan masyarakat yang mereka tangkap saat masuknya pola-pola kehidupan dari luar itulah timbulnya gagasan serta pemikiran yang mengandung keinginan dan harapan serta cita-cita, sehingga lahirlah simbol-simbol yang diwujudkan dalam perilaku dan tindakan yang kemudian berkembang di masyarakat. Karena itulah dengan mengukur panjang bangunan rumah yang diakhiri dengan tapak kaki yang menyebut "raja" (datu), diharapkan bahkan dipercayai pemilik rumah akan dituakan atau setidak-tidaknya menjadi sosok yang disegani di masyarakatnya. Lalu untuk melengkapi dalam kehidupannya di masyarakatnya tersebutnya, maka mereka mengukur pula lebar rumahnya berhenti ketika tapak kakinya menyebut kata "Cina", sebagai perlambang dari cita-cita dan keinginan pemiliknya masuk dalam golongan mereka yang berada. Karena itulah orang Banjar "doeloe" dalam menentukan panjang dan lebar bangunan rumah menghindari ukuran berhenti ketika tapak kakinya menyebutkan kata "sahaya" yang melambangkan kehidupan tidak banyak berarti dalam masyarakat.
Begitulah salah satu sudut pandang budaya orang Banjar "doeloe" yang tidak semua orang juga tahu, kata sumber Informan, karena aspek ini memang diwariskan juga tidak secara terbuka. Karena itulah wajar dalam perkembangan masyarakat yang semakin modern aspek budaya seperti ini tidak dikenal lagi dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan.

(HRN: Maaf naskah ini jangan di copy ke blog lain).

Senin, 27 September 2010

sawalan keluarga besar BPSNT tahun 1431 H

SYAWALAN 1431 H
KELUARGA BESAR
BALAI PELESTARIAN JARAHNITRA
YOGYAKARTA, 21-9-2010

DENGAN SYAWALAN ATAU HALAL BIL HALAL
KITA SEMPURNAKAN IBADAH RAMADHAN
SEMOGA ALLAH SWT MENGAMPUNI KITA
DAN TERHAPUS KESALAHHILAFAN ANTARA SESAMA
DALAM HIDUP DAN KEHIDUPAN

sambutan oleh Ibu Kepala BPSNT pada saat sawalan berlangsung


Warga BPSNT DIY bersawalan


Foto bersama saat sawalan


Bersama Kepala BPSNT Yogya (kanan)


Bersama Peneliti Senior BPSNT Yogya


Ceria bersama di hari sawalan


Asyiik, nyanyi untuk warga yang bersawalan


Mba nyanyi juga di sawalan


Mas ini nyanyi juga di sawalan


Mas ini juga tampil di sawalan


Para Peneliti BPSNT ketika wisata ke Bali thn 1997


MAMPIR DI MONUMEN YOGYA KEMBALI





Oleh:
Drs. H. Ramli Nawawi

Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini ada terdapat sekitar 20 buah monumen yang tersebar di 5 kabupaten/kodya. Pada umumnya monumen-monumen tersebut mengacu pada peristiwa sejarah perjuangan dan menegakkan kemerdekaan Indonesia. Dari berbagai monumen tersebut pada kesempatan ini kita akan mampir dan berbicara sepintas tentang Monumen Yogya Kembali yang terletak di Jalan Lingkar Utara, Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaklik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985. Nama tersebut diambil dari peristiwa sejarah ditarikmundurnya tentara Belanda dari Ibukota Negara RI Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan para pimpinan negara lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.

Seperti disebutkan dalam sejarah bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 situasi di Jakarta Ibukota Negara RI tidak aman. Para pimpinan negara tidak bisa bekerja dengan baik karena adanya rongrongan tentara Sekutu (Inggeris-Gurkha). Karena itu Pemerintah Pusat memutuskan memindahkan Ibukota Negara RI dari Jakarta ke Yogyakarta mulai tanggal 4 Januari 1946.

Namun usaha Belanda untuk berkuasa kembali terus berlangsung. Perjanjian Linggarjati tidak membawa hasil, tentara Belanda kemudian melakukan Agresi Militer I (2 Juli 1947), dan dilanjutkan dengan Agresi Militer II (19 Desember 1948). Kota Yogyakarta diduduki tentara Belanda dan mereka menawan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, serta para Menteri yang kemudian mengasingkan mereka ke luar Pulau Jawa.

Sejak itu pula bangsa Indonesia berjuang terus. Tentara Republik melakukan gerilya di bawah pimpinan Jenderal Sudirman, dan juga para pemimpin negara melakukan diplomasi lewat berbagai perundingan. Kota Yogyakarta secara seporadis selalu mendapat serangan dari Tentara Republik. Sebagai puncak Tentara Republik Indonesia melakukan Serangan Umum pada tanggal 1 Maret 1949 dan berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.

Peristiwa ini membuka mata dunia bahwa Tentara Republik Indonesia masih ada dan masih sanggup berjuang untuk melawan tentara penjajah Belanda. Sehubungan dengan itu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sidangnya pada tanggal 23 Maret 1949 mengambil keputusan agar penjajah Belanda mengosongkan wilayah Republik Indonesia dimulai dari Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Nerara RI.

Peristiwa tersebut kemudian dilanjutkan dengan berlangsungnya perundingan yang menghasilkan Persetujuan Roem-Royen yang salah satu isinya tentang dibebaskannya Yogyakarta dari pendudukan tentara Belanda. Sehubungan dengan itu mulai tanggal 24 Juni 1949 tentara Belanda ditarik keluar dari Kota Yogyakarta. Penarikan tentara Belanda ke luar Kota Yogyakarta tersebut berakhir pada tanggal 29 Juni 1949, sehingga tanggal tersebut dinyatakan sebagai kembalinya Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Negara RI. Peristiwa tersebut kemudian disusul dengan kembalinya para pemimpin Republik Indonesia ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut dengan ketinggian 31,80m didirikan di atas lahan seluas 49920m2. Lokasi ini dipilih oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, konon terletak di garis poros antara Gunung Merapi-Monumen Yogya Kembali-Tugu Pal Putih-Kraton-Panggung Krapyak-Laut Selatan. Poros yang dikenal sebagai “Sumbu Imajinir” yang sampai saat ini masih dihormati oleh masyarakat Yogyakarta. Monumen Yogya Kembali diresmikan pembukaannya oleh Presiden Suharto pada tanggal 6 Juli 1989.

Setiap pengunjung Monumen Yogya Kembali sebelum masuk ke ruang bangunan monumen, maka di plaza monumen dapat menyaksikan replika pesawat Curing dan pesawat Guntai serta beberapa meriam yang dulu pernah digunakan oleh Angkatan Perang RI. Hal yang perlu diketahui juga adalah pada dinding yang menghadap ke utara terdapat nama-nama 422 orang pahlawan dari daerah perjuangan Wehrkreis III (Yogyakarta) yakni mereka yang gugur antara tgl. 19 Desember 1948 hingga 28 Juni 1949.

Monumen Yogya Kembali merupakan sebuah monumen museum. Bangunan yang berlantai 3 ini memiliki benda koleksi yang lengkap menggambarkan berbagai peristiwa sejak Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945 hingga peristiwa-peristiwa sekitar pengakuan kedaulatan oleh Belanda atas Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.

Di Lantai I, ada terdapat 4 ruang museum berisi koleksi yang berkaitan dengan perstiwa perang kemerdekaan. Bahkan sebelum kita masuk ke ruang-ruang museum tersebut, kita dihadapkan pada beberapa patung pejuang dan sarana-sarana perang lainnya. Termasuk juga ada beberapa patung pahlawan nasional yang pernah melakukan perlawanan terhadap Belanda, seperti patung Imam Bonjol, Nyi Ageng Serang, Tengku Umar, Tyut Nya Dien, serta beberapa jenis meriam (senjata) yang pernah dipakai pada masa perang kemerdekaan.

Ruang Museum 1, merupakan ruang pamer dengan thema “Sekitar Proklamasi Kemerdekaan”, dengan benda-benda koleksi mulai sekitar Proklamasi sampai dengan Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948. Di ruangan ini terdapat 28 buah panel dan vitrin dari berbagai peristiwa kegiatan perjuangan bangsa Indonesia, seperti pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17-8-1945 yang berlangsung di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, suasana Rapat Umum menyambut kemerdekaan di Lapangan Ikada Jakarta, tentang bambu runcing serta tokoh kharismatik K.H. Subchi dari Parakan, situasi Yogya sewaktu menyambut berita Proklamasi serta peristiwa-peristiwa sekitar dan sesudah proklamasi, berbagai senjata yang dipergunakan pada masa revolusi, berbagai pasukan kekuatan pendukung revolusi (PETA,TP,dll), berbagai panji divisi APRI, foto-foto perjuangan di bidang politik diplomasi, berbagai senjata api dalam perang kemerdekaan. Terakhir tentang peristiwa pemberontakan PKI Madiun (18 September-30 September 1948), foto-foto para korban serta usaha-usaha penumpasannya.

Ruang Museum 2, merupakan ruang pamer dengan thema “Ruang Gerilya dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta”. Di ruang ini terdapat barang-barang koleksi tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam membela, menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan pada waktu Agresi Militer II tanggal 19-12-1948.

Dalam ruangan ini ada 17 panel dan 8 vitrin berisi antara lain foto-foto dan benda yang berkaitan dengan peristiwa setelah Agresi Militer II, seperti tentang ditawannya Presiden dan Wakil Presiden serta para pejabat lainnya (Presiden ke Prapat kemudian ke Bangka, Wakil Presiden ke Bangka), tentang peranan Tentara Pelajar (TP), peranan Media massa dan sarana komunikasi, perlengkapan/peralatan yang dipakai Jenderal Sudirman, peranan Sultan Hamengku Buwono IX, foto-foto tentang KMB dan kembalinya kekuasaan atas Ibukota Yogyakarta, pelantikan Presiden RIS tanggal 17-12-1949, serta tentang berbagai kegiatan Prresiden Soekarno.

Ruang Museum 3, merupakan ruang pamer dengan thema “Seputar Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949”, yakni berupa foto-foto, benda-benda bersejarah dan replika, seperti tentang pendudukan lapangan terbang Maguwo dan Ibukora RI Yogyakarta oleh Militer Belanda, situasi Perang Rakyat Semesta/gerilya, tentang peran Letnan Kolonel Suharto sebagai Komandan Wilayah Wehrkreis III, tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, dan berbagai barang yang dipakai pada masa perjuangan.

Ruang Museum 4, merupakan ruang pamer dengan thema “Yogya Sebagai Ibukota Negara RI”, antara lain terdapat patung Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan beberapa tokoh lainnya, teks Proklamasi, foto-foto kegiatan Presiden dan Wakil Presiden selama di Yogyakarta, serta beberapa barang yang pernah digunakan selama revolusi.

Di Lantai II, terdapat koleksi-koleksi dalam bentuk relief dan diorama. Ada terdapat 40 buah relief yang menggambarkan peristiwa dari Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan Presiden Soekarno kembali dari Yogyakarta ke Jakarta tanggal 28 Desember 1949.

Sementara diorama ada 10 buah yang menggambarkan peristiwa dari penyerbuan Tentara Belanda terhadap lapangan terbang Maguwu pada Agresi Militer II tanggal 19 Desember 1948 hingga penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta tanggal 29 Juni 1949 dan peristiwa Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta tanggal 17 agustus 1949.

Di Lantai III, yang disebut Garbha Graha atau Ruang Hening yang luasnya 1.121m2 terdapat di bagian puncak bangunan monumen. Ruang ini berfungsi untuk kontemplasi pengunjung setelah menyaksikan berbagai penyajian dan visualisasi data sejarah perjuangan bangsa di Lantai I dan Lantai II. Diharapkan para pengunjung dapat mensyukuri karunia Tuhan dan mohon agar para syuhada yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini diterima oleh Tuhan YME. Di ruang ini terdapat juga berupa unit bendera pusaka, relief simbolik tentang perjuangan fisik dan diplomatik, serta pesan pejuang untuk kita dan anda-anda semua sebagai generasi penerus. (Catatan: Naskah ini dibuat setelah menyaksikan, mendapat penjelasan dan booklet tentang Monumen Yogya Kembali dari petugas museum).

Kamis, 09 September 2010

MINAL AIDIN WAL FAIZIN

MINAL AIDIN WAL FAIZIN

ramli nawawi & keluarga

di hari raya idul fitri 1431 h

menyampaikan ucapan maaf lahir bathin
atas segala kesalahan dan kekhilafan

kepada:

semua kawan seprofessi
balai pelestarian sejarah dan nilai tradisional yogyakarta

warga perum citra ringin mas yogyakarta
khususnya warga rt 10 blok ef

warga perum beruntung jaya banjarmasin
khususnya warga jalan hayam wuruk

semua anggota kerukunan pensiunan keluarga
smp negeri 6 banjarmasin

semua pengunjung blog:
http://www.ramlinawawiutun.blogspot.com

Rabu, 08 September 2010

KEINDAHAN SORGA

Disusun oleh: Ramli Nawawi
Sahabatku,
Salah satu dari kalimah doa kita ketika selesai melaksanakan shalat tarwih dan witir pada bulan Ramadhan adalah berbunyi : as alukal jannata wa a’uzubika minan naar, atau: Allahumma tiqni minan naar, wa ad hilnal jannata ya rabbal alamiin. Doa kita tersebut pa intinya memohon kepada Allah SWT agar terhindar dari siksa api naraka dan memohon kepada Allah Tuhan pemilik alam ini untuk bisa masuk ke sorgaNya.

Sahababatku,
Kalau kita mau menyimak isi Al Qur’an, maka Allah SWT telah banyak menggambarkan tentang keindahan surga, tentang kenikmatan yang didapatkan di surga, juga kesenangan yang didapatkan di surga.
Bagaimana keindahan surga telah dilukiskan Allah SWT dalam Surah Ad-Dahr (masa):

“Apabila engkau lihat di sana, sehingga engkau lihat nikmat (kesenangan yang tidak terhingga) dan kerajaan yang besar”.
Sedangkan nikmat bagi orang-orang yang berada di dalamnya, digambarkan Allah SWT pada ayat 51 dan 52 Surah Ad-Duchan:

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah, berada dalam tempat yang sentosa (aman). Yakni dalam surga yang bermata air”.
Demikian pula tentang kesenangan dalam surga digambarkan sebagaimana firman-Nya pada Surah Assaffat: ayat 41,42,43:

“Maka bagi mereka itu rezeki yang terang, yakni beberapa buah-buahan, sedangkan mereka dimuliakan, dalam surga kesenangan”.

Sahabatku,

Kalau demikian gambaran keindahan, nikmat dan kesenangan yang diberikan Allah SWT bagi orang-orang yang berhasil memasuki surganya Allah tersebut, maka tidak heran kalau orang-orang kemudian berusaha untuk mendapatkan kuncinya agar bisa juga masuk ke surganya Allah tersebut.

Kunci surga tentu saja bukan seperti kunci bangunan seperti yang kita bayangkan. Menurut banyak ulama, yang dimaksud dengan kunci surga adalah pernyataan dua kalimah syahadat dari seseorang. Maka dengan dua kalimah syahadat itu seseorang akan berhak memasuki surga.

Jadi kunci surga itu adalah berupa ikrar dan keyakinan hati seseorang: bahwa:” tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan utusan Allah”. Tapi belum cukup bahwa seseorang itu bertuhan, atau mengaku percaya pada tuhan. Atau sekedar mengakui bahwa: “alam semesta ini ada penciptanya”.
Tidak cukup seseorang hanya bertuhan kepada Allah SWT, sementara dia masih menuhankan benda-benda lain seperti kuburan, keramat, orang sakti, keris, arwah nenek moyang, dll.

Inti dari kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah adalah bahwa seseorang tidak mengakui adanya segala macam tuhan dan kekuatan , kecuali hanya Allah saja.

Yang kedua dari konsep sahadat adalah bahwa seseorang tidak cukup hanya kagum dan memuji seorang Muhammad SAW. Tetapi harus mengakui bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang manusia yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Dan isi wahyu itu adalah sebuah aturan hidup yang harus dijadikan sebagai pandangan hidup.

Tanpa keyakinan atas hakekat atau inti dari syahadatain, maka surga tidak bisa dimasuki oleh siapapun, karna kunci surga adalah syahadatain.

Sahabatku,

Untuk memasuki surga, Allah SWT menyediakan beberapa pintu, sebagaimana firman-Nya, dalam Surah Az-zumar ayat 73:
…….
“ Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah dibawa ke dalam surga berombong-rombongan, sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka, dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan atasmu. Berbahagialah kamu. Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”.

Sahabatku,

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa jumlah pintu surga itu ada 8 buah.
Hadist yang diriwayatkan Bukhari, dari Sahal bin Saad r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Di surga ada 8 pintu, salah satunya pintu yang disebut Ar-Rayyan yang tidak bisa dimasuki kecuali hanya orang-orang berpuasa

Masing-masing pintu dikhususkan buat orang-orang yang mengamalkan jenis ibadah dan ketaatan tertentu dengan kualitas yang baik. Tentunya orang itu juga sudah punya kunci surga dan pahala ibadahnya tidak berkurang dengan banyaknya dosa yang harus ditebusnya.

Oleh para ulama, dikumpulkan keterangan itu dan berhasil disusun daftar nama-nama pintuitu:
Pintu Muhammad SAW atau pintu taubah
Pintu shalat
Pintu puasa (Ar-Rayyan)
Pintu zakat
Pintu haji dan umrah
Pintu Jihad
Pintu sadekah
Pintu silaturrahmi

Demikian pula surga punya derajatnya masing-masing. Surga yang paling tinggi derajatnya adalah Surga Firdaus Al A’la. Posisinya ada di bawah Arsy Ar Rahman. Dari surga Firdaus itu keluar mengalir sungai-sungai surga besar yang empat, yaitu sungai susu, sungai madu, sungai khamar, dan sungai air.

Al Firdaus ini adalah tempat untuk nabi Muhammad SAW nanti, serta orang-orang yang mendapat syafaat dari beliau.
Derajat yang berada di bawah Firdauas adalah surga Illiyyin, yaitu untuk para nabi dan para syuhada. Termasuk juga orang-orang yang sabar dari bala dan penyakit, serta orang-orang yang mencintai di jalan Allah.

Sandaraku,

Semoga setelah kita menunaikan ibadah puasa Ramadhan tahun 1431 H ini dan kemudian menjadi orang yang senantiasa berada di jalan Allah, maka kita mohon pintu Ar Rayyan terbuka untuk kita untuk masuk ke sorganya Allah tersebut. Amin.

Sabtu, 14 Agustus 2010

SIFAT ORANG TAQWA

Sifat Orang Taqwa

Disusun oleh: Ramli Nawawi

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (s. Al Baqarah: 183).

Salah satu ayat Al Qur'an yang menggambarkan tentang orang-orang yang taqwa terdapat dalam surah Ali Imran ayat 16 dan 17:

الد ين يقولون ربنا اننا امنا * فاغفرلنا د نوبنا وقنا عداب النار* الصابرين والصدقين والقنتينا والمنفقين والمستغفرين بالاسحار*

“Yaitu mereka yang berkata: Hai Tuhan kami bahwa kami telah beriman, maka ampunilah dosa kami, dan pelihara kami dari azab neraka. Mereka itulah orang-orang yang sabar, benar, patuh, memberi nafkah (sedekah) dan meminta ampun di waktu akhir malam”.

Sabar adalah dapat mengendalikan nafsu marah, suka memaafkan, menghilangkan dendam.

Benar adalah bisa dipercaya, menjauhi berbuat bohong.

Patuh terhadap perintah Allah adalah tidak menunda-nunda segala yang diperintahkan.

Memberi nafkah adalah bersedekah sesuai kemampuannya.

Meminta ampun di waktu akhir malam adalah melakukan shalat di akhir malam.


تقوى

تTawaddu: yakni rendah hati,
*bisa menghargai orang lain,
*tidak memandang orang lain lebih rendah,
*tidak merasa lebih mengetahui,
*bukan kritiknya yang banyak tapi bisa menunjukkan jalan keluar.

ق Qanaah: yakni rela terhadap yang ada,
* Bersyukur, dermawan, mempunyai kepekaan sosial,
*tidak mengeluh (sabar),
*dalam hal kehidupan dunia selalu melihat ke bawah,
* dalam hal beragama (ketaatan) melihat ke atas.

و Wara' pantangan: yakni hati-hati,
*Berusaha menutup (memelihara) diri dari hal-hal yang tidak benar menurut agama *menghindari hal-hal yang subhat,
*tidak menyakiti perasaan orang (dalam berbicara, berprilaku, bertindak),
*tidak merugikan orang lain.

ى Yakin: yakni: percaya sepenuh hati,
*bahwa Tuhan itu ada,
*bahwa hidup ini sementara,
*bahwa ada kehidupan di akhirat,
*bahwa agama Islam benar. (contoh: keyakinan Bilal walau disiksa, keyakinan Masitah yang bersama keluarganya menerima siksa dari Fira'un).

Saudaraku, mudah-mudahan kita diberikan bimbingan oleh Allah SWT sehingga selalu berupaya untuk dapat memiliki sifat-sifat yang diredhai-Nya. Amin. (HRN).

Selasa, 27 Juli 2010

MENYAMBUT RAMADHAN 1431 H

Oleh: Ramli Nawawi
Sahabatku,
Umat Islam Indonesia umumnya telah melaksanakan ibadah "nisfu sa'ban" pada malam 14 ke 15 bulan Sya'ban 1431 H atau bertepatan pada Senin malam tanggal 26 ke 27 Juli 2010. Sehubungan dengan itu pula maka dalam 15 hari mendatang kita kaum Muslimin akan memasuki bulan Ramadhan, bulan semua umat Islam akan melaksakan ibadah wajib "puasa" Ramadhan.

Sahabatku,
Insya Allah, Ramadhan mubarak akan menjelang kita pada tanggal 11 atau 12 Agustus 2010 yang akan datang. Banyak hikmah yang terkandung di dalam bulan yang suci ini. Nabi Muhammad s.a.w. kepada kita umatnya, mengabarkan tentang Ramadhan, sebagaimana sabdanya:
“Telah datang bulan Ramadhan mengunjungi kamu, bulan yang amat utama, sambut dan elu-elukanlah kedatangannya itu. Dia datang membawa bermacam-macam berkah, muliakanlah dia laksana menghormati tamu. Seandainya umatku mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam bulan Ramadhan itu, pastilah mereka menginginkan supaya seluruh bulan dalam setahun terdiri dari bulan Ramadhan. Karena dalam bulan Ramadhan itu berkumpul bermacam-macam kebaikan yang memberi pahala, taat yang diterima, do’a diperkenankan, dosa diampuni, dan timbul kerinduan akan sorga”.

Sahabatku,
Kalau kita perhatikan isi hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas tersebut, maka hikmah yang terkandung dalam bulan Ramadhan selain mengandung nilai-nilai Ubudiah (penghambaan diri kpd Allah), juga mengandung nilai-nilai Etika yang memberi tuntunan dalam hidup kita bermasyarakat.
Nilai-nilai ubudiah yang terkandung dalam bulan Ramadhan tersebut seperti:

1. Ramadahan sebagai sumber kebaikan:
Kita mengetahui bahwa puasa dalam bulan Ramadhan selain sebagai salah satu rukun Islam, juga merupakan lahan yang mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Karena itu pada malam hari selama bulan Ramadhan kita dianjurkan melaksanakan :
-shalat tarawih, i’tikaf di mesjid, tilawatul Qur’an, meningkatkan do’a memohon ampun kepada Allah, mengeluarkan sedekah, serta perbuatan-perbuatan baik lainnya. Karena itulah Ramadhan dikatakan sebagai sumber kebaikan.

2. Pada bulan Ramadhan ketaatan kita diterima oleh Allah, Attaata Makbulatun (segala amal ibadah akan diterima oleh Allah).

3. Pada bulan Ramadhan segala doa diperkenankan. Setiap doa yang baik yang dimohonkan dalam bulan Ramadhan akan diperkenankan oleh Allah s.w.t. Karena itu dalam bulan Ramadhan memberikan kesempatan kepada kaum muslimin untuk meningkatkan doa untuk kemaslahatan kehidupan di dunia dan di akhirat.

4. Pada bulan Ramadhan dosa-dosa diampuni.

Yang dimaksudkan disini bahwa pada bulan Ramadhan terdapat peluang yang memberi kesempatan kepada kaum muslimin utk meningkatkan amaliah, sehingga kumpulan kebaikan yang dilakukan seorang hamba tersebut dapat menghapus dosa-dosanya. Allah menegaskan dalam surah Al Hud (114):
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan kebaikan itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk”.

5. Bulan Ramadhan menimbulkan kerinduan untuk nanti bisa memasuki sorga. Bulan Ramadhan dengan segala kesempatan untuk melakukan amaliah itu menumbuhkan upaya untuk nantinya menjadi penghuni sorga, yakni tempat di akhirat yang memberikan penuh kebahagian dan kenikmatan seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang taat beribadat menjalankan kewajiban yang diperintahkanNya.

Sahabatku,
Nilai-nilai lain yang dilahirkan dari ibadah puasa adalah ketahanan rohaniah. Karena puasa melatih jiwa mengendalikan dan menguasai hawa nafsu. Sementara ketahanan rohaniah seseorang akan mampu menghadapi setiap tantangan dan godaan yang hendak menyesatkan atau menjatuhkan kita. Ketahanan rohaniah sangat diperlukan bagi keluarga muslim dalam kehidupan dunia modern saat ini (agar kita terhindar dari pengaruh negatif sarana komunikasi, narkoba, dls).
Nilai lainnya, dengan berpuasa orang semakin menyadari akan nikmat yang diberikan Allah. Semua nikmat itu disadari ketika nikmat itu hilang atau lenyap dari seseorang. Dengan berpuasa, maka dengan kemauan sendiri orang menahan dirinya tidak makan dan tidak minum sehari penuh. Dengan demikian dia dapat merasakan bagaimana nikmat yang diberikan Allah, sesuatu yang pernah dimilikinya manakala hal itu tidak dimilikinya lagi.
Ibadah puasa juga melatih seseorang utk berserah diri kpd Allah s.w.t. (Allah yang mengatur kemampuan kita), puasa juga menguatkan kemauan (ada tantangan dan godaan menyuruh mundur) , jujur (walau dalam keadaan sendiri tanpa diawasi pun tidak minum dan makan, dll),

Sahabatku,
Demikianlah dari semua uraian di atas, maka ibadah puasa yang kita lakukan dalam bulan Ramadhan tersebut, banyak mengandung nilai-nilai ubudiah (untuk bekal kehidupan kita yang kekal kelak), dan juga mengandung nilai-nilai luhur yang berguna dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Semoga bermanfaat. (HRN).

Minggu, 20 Juni 2010

Memaknai Suatu Musibah

Oleh: Ramli Nawawi

Sahabat seiman.
Kita bangsa Indonesia umumnya, akhir-akhir ini tak henti-hentinya mendengar terjadinya berbagai musibah yang menimpa sebagian dari saudara-saudara kita sebangsa. Peristiwa terjadinya gempa bumi di negeri ini seperti sambung menyambung menimpa berbagai daerah dari barat ke timur di berbgai pulau di negeri ini. Demikian pula banjir terjadi di mana-mana, tanah longsor yang menimbun dan meruntuhkan rumah-rumah penduduk juga terjadi di berbagai daerah . Kebakaran yang menghanguskan bangunan-bangunan dan rumah-rumah penduduk. Angin puting beliung yang memporak-porandakan kediaman penduduk. Banyaknya kecelakaan kenderaan yang merenggut nyawa dan luka-luka. Berbagai penyakit yang yang tumbuh atau diderita warga bangsa ini, atau berbagai kejadian yang mengganggu ke tenteraman hidup ini, semua itu tergolong musibah

Sebagai saudara sebangsa, ketika terjadi suatu musibah, kita juga selalu menyampaikan rasa belasungkawa yang dalam, serta berdoa untuk mereka yang kena musibah, yang meninggal baik yang ditemukan maupun yang hilang semoga Allah hapus dosa-dosanya dan diterima di sisi-Nya. Sedangkan yang ditinggalkan semoga kehidupan ke depan lebih baik, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sahabat seiman,
Umat manusia umunya menyebut semua peristiwa kerusakan alam itu sebagai musibah, karena manakala kejadian tersebut berlangsung terjadi berbagai penderitaan mereka yang terkait dengan peristiwa tersebut, apalagi bila dalam peristiwa itu sampai ada yang merenggut jiwa.

Mengapa peristiwa itu terjadi, begitulah Allah menciptakan segala sesuatu di bumi dan bahkan di jagat raya ini tidak ada yang kekal, dan segala yang baharu, yang tidak kekal akan selalu berubah, dan bahkan akan hancur.


و لله غيب السموت والارض * وما امرالساعة الا كلمح البصر *
او هو اقرب * ان الله علئ كل شئ قدير *

“Dan kepunyaan Allah lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (An Nahal, 77).

Sahabat seiman,
Berbagai kejadian yang bersumber di bumi seperti pergerakan, pergeseran, pertubrukan lapisan bumi, persemburan lumpur atau lava panas dari bumi, dan berbagai kejadian lainnya dari unsur-unsur bumi, bisa menjadi musibah bagi manusia penghuninya karena dapat merugikan dan bahkan membinasakan mereka.

Tapi ketahuilah bahwa setiap peristiwa yang menakutkan yang berlangsung atas kehendak Allah tersebut, adalah merupakan ujian dan cobaan kepada manusia. Karena dengan adanya ujian dan sekaligus cobaan terhadap manusia tersebut, akan dibedakan ada orang-orang yang ingat kepada Allah dan langsung memohon pertolongan-Nya, dan ada pula orang-orang lupa kepada Allah dan bahkan meminta pertolongan kepada yang lain dari Allah.

Kejadian musibah bahkan sebagai tanda Allah masih sayang kepada mereka yang sudah mulai meninggalkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan pemilik alam semesta ini. Dan ketika musibah menimpa mereka lalu mereka istigfar dan sadar kalau kita adalah milik Allah. Mereka yang ketika mendapat musibah, kemudian mengucap Inna Lillahi wa Inna Ilaihi rajiun, mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan redha Allah.

Dan mereka yang mendapatkan redha Allah pada akhir hayatnya ganjarannya adalah surga. Tapi bagi mereka yang ketika mendapat musibah lupa kepada pertolongan Allah, maka ia termasuk orang-orang yang mendapat murka Allah.

ولنبلونكم بشئ من الخوف والجوع ونقص من الاموال والانفس والثمرات
وبشر الصبرين * الدين ادا اصابتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه رجيعون *
اولئك عليهم صلوت من ربهم ورحمة واولئك هم المهتد ون*

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sesuatu ketakutan, dan kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berilah khabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah,mereka berkata: Innaalillahi wainnaa ilaihi raajiuun (Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali. Merekalah yang mendapat karunia dari Tuhan mereka dan mendapat rahmat, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al Baqarah: 155-157).

Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, bersabda:

ان عظم الجزاء مع عظم البلاء * وان الله تعالى ادا احب قوما ابتلاهم *
فمن رضي فله الرض * ومن سخط فله السخط *

“Sesungguhnya besar kecilnya pahala seseorang tergantung dari besar kecilnya cobaan. Dan kalau Allah sayang pada salah satu kaum, ia senantiasa akan mengirim cobaan. Maka barang siapa rela menerima cobaan itu, berarti ia mendapatkan ridha Allah. Tetapi barang siapa yang marah karena mendapat cobaan, berarti ia akan mendapatkan murka Allah”.

Demikian musibah merupakan cobaan dan peringatan bagi suatu kaum, Dari adanya cobaan itu manusia terbagi atas dua kelompok, yakni kelompok yang beristiqfar kepada Allah, dan lainnya kelompok yang marah dan lupa kepada pertolongan Allah.

Sahabat seiman,
Musibah akan terjadi bisa karena olah perbuatan manusia yang serakah terhadap alam sehingga keseimbangan alam terganggu (penebangan hutan: penyebab banjir, penggalian: berakibat terjadi longsor, kecerobohan: berakibat kebakaran, terjadinya polusi: berakibat tanaman rusak, dlsbnya).

Musibah juga terjadi sebagai tanda bahwa bumi sebagai ciptaan Allah suatu yang senantiasa berubah dan bergerak kearah kehancurannya. Karena bumi ini dan semua ciptaan Allah lainnya akan hancur, sebagaimana yang digambarkan Allah dalam Surah: Al Zilzal: 1-6.

ادا زلزلت الارض زلزالها * واخرجت الارض اثقالها * وقال الانسان مالها * يومئد تحدث اخبارها * بان ربك اوحى لها *

“Apabila bumi sudah digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi mengeluarkan tanggungan-tanggungan beratnya, dan manusia bertanya ada apa dengan bumi, pada hari itu bumi menceritakan berita-beritanya, sebab sesungguhnya Tuhan-mu telah memerintahkannya kepadanya (bumi)”. (Surah Al Zilzal 1-6).

Sahabat seiman,
Kita hidup selalu berhadapan dengan musibah. Allah di samping akan menguji makhluknya ini, juga mengingatkan bahwa musibah bisa terjadi di manapun (di darat, di laut, di udara), dan setiap manusia sesuai dengan yang ditetapkan Allah akan bertemu dengan musibah yang tak bisa dihindari.

ولو يوء اخد الله النا س بظلمهم ما ترك عليها من دابة ولكن يوءخرهم الى
اجل مسمى * فاءدا جاء اجلهم لايستاءخرون ساعة ولا يستقد مون *

“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari sesuatu makhluk yang melata. Tetapi Allah menangguhkan mereka sampai pada waktu yang ditentukan, maka apabila telah tiba waktu tersebut, mereka tidak dapat mengundurkan barang sesaatpun, dan tidak pula dapat mendahulukannya”. (An Nahal: 61).

Sahabat seiman,
Manusia sangat sedikit mempunyai ilmu tentang musibah. Sebagian besar merupakan rahasia Allah. Manusia seyogianyalah selalu siap dengan bekal amal dan ikhlas menghadapi musibah. Di samping selalu berdoa kepada Allah di setiap selesai shalat 5 waktu, dengan banyak mengucap: Salamun kaulam mir Rabbir Rahim, kita mohon selalu adanya Ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat redha Allah SWT. Amiin. (HRN).

(HRN: Maaf naskah ini jangan di copy ke blog lain).

Wisma Bandar Lampung


Selasa, 25 Mei 2010

PERISTIWA 20 MEI 1908 KEBANGKITAN YANG BELUM SEPENUHNYA TERWARISI

Oleh: Drs. H. Ramli Nawawi
(Peneliti Bidang Sejarah dan Nilai Tradisional)

Menurut pandangan sejarah peristiwa 20 Mei 1908 merupakan titik pangkal dari kegiatan perjuangan nasional bangsa Indonesia. Peristiwa yang ditandai oleh berdirinya sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo itu kemudian dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia. Karena arti penting dari kejadian itu dinyatakan sebagai awal lahirnya cita-cita kemerdekaan nusa dan bangsa secara menyeluruh, di samping timbulnya tekad untuk bersatu dalam menghadapi segala kesukaran bersama.
Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 telah didahului oleh suatu peristiwa yang bersifat internasional. Peristiwa yang membuka mata dan memutuskan belenggu mental “minderwaardeg” bangsa-bangsa Asia, suatu anggapan bahwa bangsa Timur tidak akan dapat sejajar apalagi melebihi bangsa Barat. Sesuatu yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya telah terjadi. Jepang waktu itu sebagai sebuah negara kecil yang baru bangun di Asia, diluar dugaan telah berhasil mengalahkan Rusia sebuah negara besar di Eropah Timur dalam perang tahun 1904-1905. Kejadian inilah yang menggerakkan palu canang genderang di seluruh Asia, yang menimbulkan kesadaran bahwa bangsa Asia pun dapat mencapai tingkat kemajuan yang sebelumnya dikira hanya dapat dicapai oleh bangsa Barat saja.
Peristiwa kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia tersebut merupakan suatu ledakan di Asia sebagai “Costerse Renaissance”. Bangsa-bangsa Timur yang waktu itu dijuluki bangsa kulit berwarna telah bangkit dari tidurnya., mereka telah sadar akan harga diri bangsanya sendiri. Sejak itulah bangsa-bangsa Timur sadar akan tujuan utama hendak mencapai persamaan hak dan martabat dengan bangsa Barat.
Di Indonesia ide mengangkat derajat bangsa ini diwujudkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo melalui sebuah lembaga “Studie Fonds” yang berusaha mengumpulkan dana untuk membiayai pemuda-pemuda yang cakap tapi tidak mampu membiayai sekolahnya.

Himbauan yang dikumandangkan oleh Dr. wahidin Sudirohusodo dalam usaha mengumpulkan dana tersebut ternyata mendapat respon positif dari beberapa mahasiswa sekolah dokter di Jakarta.
Di antara mereka itu kemudian dikenal dengan nama Dr. Sutomo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo. Dalam rangka mewujudkan ide mengangkat derajat bangsa itu kedua mahasiswa tersebut telah membuat suatu program yang lebih luas di dalam suatu wadah yang disebut “Budi Utomo”.

Demikian Budi Utomo lahir dan bergerak dalam pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan teknik-industri, kebudayaan, ilmu, cita-cita kemanusiaan, dan segala yang perlu untuk menjamin kehidupan bangsa yang terhormat. Tidak dimungkiri apabila Budi Utomo dalam masa permulaannya masih berada dalam “Fase Locaal patriotisme” fase kedaerahan. Namun dalam kongresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo telah menunjukkan peranannya sebagai suatu organisasi yang berhasil mempersatukan segenap unsur yang mewakili lapisan masyarakat. Dalam kongres itu hadir dari kaum tua dan muda, golongan Islam, Kristen, Katholik, golongan rakyat dari yang tak bergelar sampai kepada para Pangeran. Suatu peristiwa sejarah yang patrut ditekuni, bahwa bangasa Indonesia sejak saat itu telah dapat dipersatukan apabila ada kepentingan bersama yang sungguh-sungguh “dirasai” dan “diinsafi” bersama. Sementara adanya fase local patriotisme pada masa-masa permulaan dari Budi Utomo lebih ditekankan karena masalah komunikasi dan transportasi.
Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 telah menimbulkan akibat sosial di kawasan Nusantara ini. Organisasi ini kemudian diikuti oleh munculnya organisasi-organisasi lain yang berbagai macam azas dan programnya. Ada yang bersikap kooperasi ada pula yang bersifat non kooperasi terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Cara yang ditempuh berbeda-beda, tetapi tujuan yang hendak diwujudkan pada hakekatnya sama “Indonesia Merdeka”.
Organisasi-organisasi rakyat yang lahir di Jawa yang dimulai dan dirintis oleh Budi Utomo tersebut, banyak kemudian yang mempunyai cabang-cabangnya di beberapa daerah di Indonesia. Dan adanya organisasi-organisasi ini, merupakan pola baru bagi sistem perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Peralawanan yang bersifat “gerakan” yang lebih ditentukan oleh siapa pemimpinnya telah ditinggalkan. Perlawanan pola baru terhadap penjajah telah menggunakan sifat “pergerakan”, yang lebih menekankan pada “organisasi yang teratur”. Sehingga dengan cara yang baru ini, perlawanan terhadap penjajah tidak lagi akan berhenti atau bubar apabila sang pemimpin tewas atau menyerah, karena dengan sifat organiosasi seseorang pemimpin atau ketua selalu mungkin untuk diganti dengan orang lain apabila yang bersangkutan ternyata tidak mampu mengemban atau menjalankan tugasnya lagi.
Organisasi-organisasi yang lahir sejak Budi Utomo tersebut merupakan potensi baru dalam perjuangan melawan penjajah Belanda . Timbulnya rasa persatuan yang dilandasi “antithese” yakni masa pertentangan antara penjajah dengan yang dijajah , antara faham kolonial dengan faham nasional, antara kekuasaan asing dengan masyarakat kebangsaan.
Demikianlah lahirnya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908 merupakan tonggak awal timbulnya keinsafan dan keyakinan bahwa hanya kesatuan tekad yang revolusioner dan nasional untuk mencapai Indonesia Merdeka. Kebangkitan 20 Mei 1908 akhirnya membuahkan Proklamasi 17 agustus 1945, membuahkan kemerdekaan Indonesia.
Pada saat ini bangsa Indonesia sudah berada pada fase Repormasi, sesuai dengan cita-cita Budi Utomo yang menghendaki berubahnya segala yang merintangi kemajuan bangsa, supaya bangsa ini dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain serta supaya semua lapisan masyarakat Indonesia dapat mengecap kesejahteraan yang layak sebagai manusia, maka dengan semangatnya Hari Kebangkitan Nasional ini, seyogianyalah bangsa ini bangkit dari “moral” yang menjadikan rakyat ini tidak beranjak dari keterbelakangan martabat dan keterbelakangan kehidupan.
Peristwa 20 Mei 1908 adalah bukti adanya kesadaran orang-orang Asia, termasuk pendahulu-pendahulu bangsa ini (Indonesia) untuk membawa bangsa dan negara ini ketingkat sama dan sederajat dengan bangsa Barat yang dianggap lebih maju, lebih kuat dan lebih jaya. Para pemimpin bangsa-bangsa di Asia ketika itu sadar bahwa kita juga bisa unggul seperti Barat, setelah melihat ternyata ada negara di Asia (Jepang) yang dapat menunjukkan bahwa bangsa mereka dapat lebih unggul dari bangsa Barat (Rusia).
Apakah kesadaran itu sudah terwarisi oleh bangsa Indonesia, oleh para tokoh, oleh para pemuka, oleh para pemimpin. Bumi negeri ini kaya, padahal ada beberapa negeri di Asia yang kerdil, tapi mereka maju berjaya. Bisakah bangsa Indonesia sama dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain?. Mengapa tidak, kalau kita mau bangkit dari ketidak sadaran saat ini.
Apa yang dilupakan bangsa ini untuk bisa maju dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Sadarkah kita bahwa bangsa yang maju identik dengan bangsa yang ber “disiplin”. Bangsa yang makmur identik dengan bangsa yang “jujur”. Bangsa yang dikagumi identik dengan bangsa yang “menjaga harga diri”, malu melakukan yang salah. Mampukah kita bangsa ini berdisiplin dalam berbagai hal, maukah kita bangsa ini berlaku “jujur” dalam berbagai hal, sediakah kita bangsa ini “menjaga harga diri” atau adakah “rasa malu” dalam melakukan yang salah. Walahu a’lam. Tapi menurut saya itulah sekurang-kurangnya indikator dari kebangkitan bangsa yang harus dipenuhi pada saat ini. (HRN).

(HRN: Maaf naskah ini jangan dicopy ke blog lain).

Selasa, 11 Mei 2010

Makalah pada Seminar Sejarah
Nasional III di Jakarta tahun 1981

PERKEMBANGAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN
SAMPAI AKHIR ABAD KE 18

Oleh: Drs. H. Ramli Nawawi

PENGANTAR

Hikayat Banjar sebagai salah satu sumber yang banyak dipakai dalam mempelajari sejarah Banjar, memerlukan seleksi hati-hati karena selain terdapat unsur-unsur legindaris juga ia merupakan dokumen kerajaan yang ditulis atas perintah raja yang tidak bisa dilepaskan dengan politik raja yang berkuasa. Tidak ada disebutkannya tahun-tahun peritiwa atau masa pemerintahan raja-raja di Kerajaan Banjar dalam Hikayat tersebut, menyebabkan penulis-penulis sejarah tentang Banjar masih terdapat perbedaan tentang masa-masa pemerintahan raja-raja tersebut.

Sehubungan dengan hal itulah kesempatan untuk menyampaikan prasaran saat ini dimaksudkan juga untuk mendapatkan data-data baru tentang daerah ini yang mungkin dimiliki daerah-daerah lain, terutama daerah yang ada disebut-sebut dalam Hikayat Banjar pada masa-masa yang lalu.

Selanjutnya dalam makalah ini saya akan mengemukakan proses lahirnya Kerajaan Banjarmasin, yang dapat dkatakan sebagai langkah pertama dimulainya penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Di samping itu akan dikemukakan pula perihal masuknya Islam dan perkembangannya di masyarakat, serta usaha-usaha penyebaran yang lakukan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sehingga Islam berakar sampai ke pelosok-pelosok di daerah Kalimantan Selatan.

LAHIRNYA KERAJAAN BANJARMASIN

Kerajaan Banjarmasin pada hakekatnya adalah lanjutan dari Kerajaan Negara Daha. Maharaja Sukarama yang menggantikan Sekar Sungsang raja pertama di Negara Daha telah mewasiatkan kepada Patih Aria Tarenggana bahwa apabila ia meninggal maka yang berhak menggantikannya adalah cucunya yang bernama Raden Samudera.1)

Sepeninggalnya Maharaja Sukarama di Negara Daha terjadi kekacauan. Pangeran Mangkubumi salah seorang putranya berusaha untuk naik tahta. Maka untk keselamatan Raden Samudera, Patih Aria Terenggana menyuruhnya agar meninggalkan istana. Karena itu Raden Samudera kemudian harus hidup menyamar sebagai anak nelayan di daerah orang Serapat, orang Balandian, orang Banjarmasin atau orang Kuwin. 2)

Pangeran Mangkubumi yang naik tahta menggantikan Maharaja Sukarama, karena suatu fitnah kemudian dibunuh oleh Pangeran Tumenggung, adiknya sendiri.3)
Sementara itu Patih Masih penguasa bandar di Banjarmasih (Banjarmasin) yang mengetahui perihal nasib Raden Samudera kemudian mencarinya untuk dirajakan. Selanjutnya terdapat kesepakatan lima orang Patih, yakni Patih Masih, Patih Muhur, Patih Balit, Patih Kuwin dan Patih Balitung untuk merajakan Raden Samudera di daerah Banjar.

Kesepakatan itu didasari pertimbangan-pertimbangan:
a). Raden Samudera mempunyai hak atas kerajaan, karena wasiat Maharaja Sukarama agar cucunya (Raden Samudera) yang menggantikannya.4).
b). Patih Masih dan patih-patih lainnya di daerah Banjar, hendak melepaskan diri terhadap kewajiban senantiasa mengantar upeti ke Negara Daha.5).
c). Sehubungan dengan kepentingan perekonomean daerah, Patih Masih hendak memindahkan kegiatan perdagangan dari bandar muara Bahan ke daerah Banjar.6).

Tindakan para Patih yang bersepakat merajakan Raden Samudera tersebut, menyebabkan timbulnya pertentangan antara Negara Daha dengan Banjarmasih. Dalam usaha menyelesaikan pertentangan tersebut, Raden Samudera atas anjuran Patih Masih meminta bantuan kepada Kerajaan Islam Demak. Sultan Demak mau membantu Raden Samudera dengan syarat apabila menang Raden Samudera bersedia masuk Islam.

Berikut ini kutipan dari Hikayat Banjar sehubungan dengan hal tersebut di atas:
“….maka kata Pangeran Samudera baiklah kita minta bantu pada raja Demak itu, maka disuruh Patih Balit serta aturan……. membawa surat salam Pangeran Samudera pada Sultan Demak itu…….”.

Surat yang ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Arab tersebut berbunyi:
“Salam sembah putra andika di Banjarmasin sampai kapada Sultan Demak, putra andika manjatu nugraha tatolong bantu tandingan sampian, karana putra andika barabut karajaan lawan papaku itu nama Pangeran Tumenggung, tiada dosa-dosa putra andika menjatu nugraha tatolong bantu tandingan sampian. Adapun lamun manang putra andika mangaula kapada andika, maka sasambah putra andika intan sapuluh, paikat saribu galong, tatudung saribu buah, damar saribu kindai, jaranang sapuluh pikul, lilin sapuluh pikul”.

“Maka kata Sultan Demak mau aku mambantu lamun anakku raja Banjarmasin masuk agama Islam itu lamun tiada mau Islam tiada aku mau bertolong”

“Sudah itu maka Patih Balit kambali, tiada tersebut di tangah jalan maka ia datang ke Banjar, maka manghadap lawan Patih Masih kepada Pangeran Samudera itu, maka dituturnyalah sakalian pemblas itu, dan seperti kata Sultan Demak banyak parkara itu, maka Pangeran Samudera itu mau Islam, dan Patih Balit, Patih Mohor, Patih Kuin, Patih Balitung sama handak masuk Islam itu mufakat” 7).

Dalam Hjkayat Banjar disebutkan bahwa kelompok-kelompok yang membantu Raden Samudera dalam perang melawan Pangeran Tumenggung adalah:
1.Seribu orang Demak;
2.Rakyat daerah-daerah yang dahulu menjadi taklukan Maharaja Sukarama, daerah-daerah itu adalah: Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pambuang, Sampit, Mandawai, Sabangau, Biaju Besar, Biaju Kecil, Karasikan, Kutai, Berau, Pasir, Pamukan, Pulau Laut, Satui, Hasam-hasam, Kintap, Sawarangan, Tambangan Laut, dan Tabanio;
3.Kelompok pedagang, yakni orang Melayu, orang Cina, orang Bugis, orang Makasar, orang Jawa yang ada di Banjarmasih.8).

Disebutkan bahwa akhir dari pertentangan antara Raden Samudera dengan Pangeran Tumenggung tersebut terjadi dalam suatu insiden di atas perahu telangkasan, di mana Pangeran Tumenggung menyerahkan tahtanya kepada Raden Samudera, karena tergetar hatinya menyaksikan kemanakannya merelakan dirinya dan menyatakan dirinya tidak mau melawannya. Peristiwa tersebut dikuti dengan penyerahan peralatan kerajaan untuk dibawa ke Banjarmasin. Selanjutnya Raden Samudera menyerahkan daerah Batang Amandit dan Batang Alai untuk tetap diatur oleh pamannya Pangeran Tumenggung.

Raden Samudera menetapkan pusat kerajaan itu di Banjarmasin. Ia kemudian diislamkan oleh seorang Penghulu dari Demak. Dan oleh seorang Arab ia diberi nama Sultan Suriansyah.9).

Dari peristiwa di atas tampak bahwa penggantian raja-raja yang memerintah di Kerajaan Negara Daha sampai berdirinya Kerajaan Banjarmasin, tidak merupakan pergantian yang teratur dari ayah kepada anak. Raja-raja yang memegang tahta di Negara Daha sampai berdirinya Kerajaan Banjarmasin adalah:
Raden Sekar Sungsang
Maharaja Sukarama
Pangeran Mangkubumi
Pangeran Tumenggung
Raden Samudera (Sultan Suriansyah).

Menurut Hikayat Banjar bahwa sesudah Majapahit terdapat Kerajaan Demak yang diperintah oleh Sultan Surya Alam.10). Hageman menyebutkan bahwa Surya Alam sama dengan Raden Trenggono.11). Tetapi Surya Alam dapat pula diidentikkan dengan nama Alam Akbar gelar Raden Fatah raja Demak pertama.12). Sementara itu Hikayat Banjar tidak menyebutkan nama Sultan Demak yang telah mengirimkan bantuan ke Banjarmasin tersebut.

J.C. Noorlander berpendapat bahwa umur kuburan Sultan Suriansyah dapat dihitung sejak kurang lebih tahun 1550 13). Ini berarti Sultan Suriansyah meninggal pada sekitar tahun 1550.

Raja-raja Demak yang masyhur sesudah Raden Fatah, adalah Pati Unus (1518-1521) dan Sultan Trenggono (1521-1546).14). Sesudah itu di Demak terjadi pertentangan-pertentangan dalam memperebutkan mahkota. Kalau Sultan Suriansyah meninggal pada kurang lebih tahun 1550, maka raja Demak yang pemerintahannya dekat dengan tahun itu adalah Sultan Trenggono.

Sehubungan dengan uraian di atas maka permulaan pemerintahan Sultan Suriansyah dapat dicari pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, dalam tahun 1521-1546. Dr. J. Eisenberger menulis masa pemerintahan Sultan Suriansyah kurang lebih 25 tahun.15). Berdasarkan sumber-sumber tersebut di atas masa pemerintahan Sultan Suriansyah dapat diperkirakan berlangsung sekitar tahun 1525/1526-1550.

Kerajaan yang dibangun Sultan Suriansyah dan berpusat di Banjarmasin (Kuin) tersebut oleh Sultan Banjar ke empat (Sultan Mustainullah) ibu kota kerajaan dipindahkan ke Martapura. Schrieke menulis bahwa perpindahan ibu kota ke Martapura itu sejak tahun 1612.16). Perpindahan tersebut didasari pertimbangan-pertimbangan bahwa di tempat itu selain tanahnya bertuah, maka karena tempatnya jauh di pedalaman akan sukar didatangi oleh orang-orang yang tidak beragama Islam,17).

Selanjutnya pada masa pemerintahan Tahmidullah bin Sultan Tamjidillah (1761-1801) penyebaran Islam mengalami kemajuan pesat. Pada waktu itu di ibu kota Kerajaan Banjar hidup seorang ulama besar bernama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Salah seorang Sultan Banjar yang dalam masa pemerintahannya berusaha menanamkan ajaran Islam kepada rakyatnya adalah Sultan Adam (1825-1857). Melalui Undang-Undang kerajaan yang terkenal dengan nama Undang-Undang Sultan Adam, ia menyuruh sekalian rakyatnya baik laki-laki maupun perempuan agar ber-i’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah dan melarang ber-i’tiqad ahlal bidaat.18).

Kerajaan ini akhirnya diproklamirkan dihapus oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860 setelah Sultan Hidayatullah yang sebelumnya bersama Pangeran Antasari mencetuskan Perang Banjar. Sultan Hidayatullah kemudian diasingkan oleh Belanda ke Cianjur (Jawa Barat), sedangkan Pangeran Antasari meninggal pada masa perang karena sakit.19).

MASUKNYA ISLAM KE KALIMANTAN SELATAN

Di muka telah disebutkan bahwa Sultan Suriansyah diislamkan oeh seorang Penghulu dari Demak. Peritiwa ini terjadi pada awal abad ke 16, yakni pada masa awal pemerintahannya. Pengislaman Sultan ini diikuti pula oleh para Patih dan rakyatnya.

Dalam hikayat Banjar tidak disebutkan siapa nama Penghulu dari Demak yang mengislamkan/melaksanakan pengtahbisan Raden Samudera sebagai raja Islam pertama di Kerajaan Banjar. Drs. Hasan Muarif Ambary dalam prasarannya yang berjudul: Catatan Tentang Masuk dan Berkembangnya Islam di Kalimantan Selatan, pada Seminar Sejarah Kalimantan Selatan di Banjarmasin tahun 1976, mengemukakan ada lima Imam (Penghulu) Demak selama Kerajaan Demak berdiri, yaitu:


1. Sunan Bonang atau Pangeran Bonang, dari 1490 sampai 1506/12.
2. Makdum Pembayun dari 1506/12 hingga 1515.
3. Kiayi Pembayun dari 1515 sampai 1521.
4. Penghulu Rahmatullah dari 1521 hingga 1524.
5. Sunan Kudus 1524---

Menurut beliau jika dilihat masa pemerintahan Raden Samudera atau berdirinya Kerajaan Banjar, maka ketika Imam terakhir itulah salah satu di antara mereka mungkin merupakan tokoh yang hadir untuk mentahbiskan Raden Samudera.20).

Sementara itu dalam sejarah Banjar terkenal seoang Penghulu bernama Khatib Dayyan. Bagi masyarakat Banjar Khatib Dayyan dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Kalimantan Selatan. Ia juga dikatakan sebagai seorang yang berjasa dalam mengislamkan Raden Samudera dan rakyatnya. Makamnya terdapat di dalam Kompleks Makam Sultan Suriansyah.

Dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa Mantri Demak dan Penghulu Demak tersebut setelah mengislamkan Sultan Suriannyah mereka kembali ke Demak.21). Oleh karena itu bukan tidak mungkin bahwa Khatib Dayyan adalah orang Banjar sendiri yang lebih banyak peranannya dalam menyebarkan Islam di Kerajaan Banjar sesudah Mantri dan Penghulu Demak kembali ke negeri mereka.

Di samping itu ada data-data yang menunjukkan bahwa Islam telah masuk dan dikenal orang Banjar jauh sebelum peristiwa datangnya Penghulu dari Demak tersebut:

a. Pada abad ke 15 ketika permintaan cengkih bertambah besar, maka tanaman ini yang dahulunya hanya merupakan hasil hutan kemudian ditanam di perkebunan-perkebunan. Usaha perkebunan cengkih yang mula-mula terdapat di Ternate, kemudian Seram dan Ambon. Para pedagang Gujarat yang beragama Islam, kemudian juga dengan para pedagang Cina yang menurut berita Jing Yai Sheng Lan tahun 1416 sudah banyak yang beragama Islam, dalam perjalanan itu mereka singgah di bandar-bandar Kalimantan Selatan dan Makasar. 22)

b. H. Abdul Muis dalam prasarannya yang berjudul: Masuk dan Tersebarnya Islam di Kalimantan Selatan, pada Pra Seminar Sejarah Kalimantan Selatan tahun 1973 mengemukakan bahwa Raden Paku (Sunan Giri) putra Sayid Ishak pada waktu berumur 23 tahun berlayar ke Pulau Kalimantan di pelabuhan Banjar, membawa barang dagangan dengan 3 buah kapal bersama dengan juragan Kamboja yang terkenal dengan nama Abu Hurairah (Raden Burereh). Sesampainya di pelabuhan Banjar datanglah penduduk berduyun-duyun membeli barang dagangannya, kepada pendudk fakir miskin barang-barang itu diberikannya dengan cuma-cuma. 23).

c. Seperti telah disebutkkan di muka dalam rangka menghadapi pangeran Tumenggung, Patih Masih telah menasihatkan kepada Raden Samudera untuk meminta bantuan kepada Kerajaan Islam Demak. Tindakan Patih Masih tersebut menunjukkan adanya simpati terhadap orang-orang Islam yang sedikit banyaknya sebagai seorang penguasa bandar telah mengetahui perihal kehidupan pedagang-pedagang Islam yang pernah datang ke Bandar Masih sebelumnya.

Data-data tentang adanya pedagang Gujarat dan pedagang Cina yang sudah beragama Islam, yang pada sekitar awal abad ke 15 dalam perjalanan mereka singgah di pelabuhan-pelabuhan Kalimantan Selatan, demikian juga adanya berita tentang pedagang Islam dari Jawa (Raden Paku) yang pernah singgah dan berdagang di pelabuhan Banjarmasin, juga adanya anjuran Patih Masih agar Raden Samudera meminta bantuan kepada Sultan Demak, serta adanya kelompok pedagang dari luar seperti orang Melayu, orang Cina, orang Bugis, orang Makasar, orang Jawa, yang menyatakan membantu Raden Samudera ketika timbul perlawanan terhadap Pangeran Tumenggng, semua itu menunjukkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Kalimantan Selatan melalui para pedagang jauh sebelum adanya bantuan dan Penghulu yang dikirimkan Sultan Demak sampai di Banjarmasin.

PERKEMBANGAN ISLAM DI KALIMANTAN SELATAN

Penduduk asli Pulau Kalimantan disebut orang Dayak. Orang Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan tersebut terdiri atas beberapa suku. Masing-masing suku mempunyai kepercayaan masing-masing. Tetapi pada dasarnya kepercayaan mereka itu mempunyai persamaan-persamaan yang banyak. Istilah yang populer menyebut kepercayaan mereka adalah kepercayaan Kaharingan.24).

Penduduk asli tersebut kemudian terdesak ke arah pedalaman. Di pesisir barat terdesak oleh orang-orang Melayu dan Cina, di selatan terdesak oleh orang-orang Melayu dan orang-orang Jawa, dan di bagian tenggara terdesak oleh orang-orang Bugis, Makasar dan Sulu.25).

Orang Dayak yang mendiami daerah-daerah pedalaman Kalimantan tersebut dapat dibagi atas 7 macam suku, yakni:
1. Suku Dayak Kenya dan Bahau yang mendiami pedalaman Mahakam.
2. Suku Dayak Punan, yang mendiami pedalaman daerah Berau.
3. Suku Dayak Siang, yang mendiami pedalaman Barito Hulu.
4. Suku Dayak Kayan, yang mendiami perbatasan Serawak.
5. Suku Dayak Iban dan Kalemantan, yang mendiami pedalaman Kalbar dan utara.
6. Suku Dayak Ngaju, yang mendiami pedalaman Kapuas, dengan suku-suku kecilnya, yakni: a. Dayak Lawangan, yang mendiami pedalaman Barito Timur.
b. Dayak Manyan, yang mendiami pedalaman Balangan dan Barito Selatan.
7. Suku Dayak Ot Danum, yang mendiami pedalaman Tumbang Siang, Tumbang Miri, Tumbang Lahang dan sekitarnya.26).

Selanjutnya sehubungan dengan telah terdesaknya penduduk asli tersebut ke daerah pedalaman oleh suku-suku pendatang, maka ada beberapa pendapat mengatakan suku yang kemudian mendiami di daerah-daerah pesisir tersebut adalah perpaduan dari orang-orang dari suku pendatang. Seorang sejarawan Banjar Drs. M. Idwar Saleh berpendapat bahwa timbulnya suku Banjar kemudian yang mendiami daerah Kalimantan Selatan adalah keturunan yang lahir dari percampuran orang-orang Melayu dan Jawa serta Olo (orang) Ngaju yang telah bercampur dan kawin-mawin selama beberapa generasi di daerah tersebut. Percampuran itu ditambah lagi dengan pendatang-pendatang lain seperti orang-orang Bugis, Cina, India dan Arab.27).

Unsur-unsur animisme, dynamisme dan spiritisme atau daemonisme yakni serba semangat yang terdapat dalam kepercayaan Kaharingan 28), merupakan unsur-unsur yang ternyata masih berpengaruh dalam tradisi dalam kehidupan masyarakat orang Banjar kemudian.

Sementara itu ada juga data yang menunjukkan adanya hubungan Kerajaan Majapahit dengan daerah Banjar, yakni terdapatnya nama beberapa tempat di daerah Kalimantan Selatan dalam daftar daerah-daerah yang menjadi bagian dari kerajaan Majapahit tersebut. Dalam daftar itu terdapat nama-nama daerah; seperti: Pasir, Baritu (Barito), Tabalung (Tabalong), dan lain-lain.29).

Di samping itu dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa Pangeran Suryanata yang menjadi suami Putri Junjung Buih, adalah putra raja Majapahit.30).

Adanya hubungan antara Majapahit dengan daerah ini, merupakan petunjuk bahwa agama Syiwa-Budha sampai pula ke daerah Kalimantan Selatan. Hal ini dikuatkan dengan adanya situs candi-candi di daerah ini, seperti Candi Agung di Negara Dipa (Amuntai) dan Candi Laras di Negara Daha (Margasari-Rantau). Ditemukannya lingga dan arca-arca berupa Nandi dan Batar Guru di situs Candi Laras, menunjukkan adanya unsur-unsur Syiwa yang pernah berkembang di daerah ini.

Dengan demikian agama Islam yang masuk ke Kalimantan Selatan ini, berkembang pada masa permulaannya di kalangan masyarakat yang sebelumnya telah dipengaruhi oleh unsur-unsur Kaharingan dan Syiwa-Budha. Agama Islam yang masuk itu kemudian dianut oleh sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan, yang sebelumnya telah menganut kepercayaan Kaharingan, agama Syiwa-Budha atau syncritisme dari agama-agama tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa ajaran-ajaran Islam yang mula-mula berkembang di daerah Kalimantan Selatan ini, menghadapi pengaruh dari unsur-unsur kepercayaan tersebut.

Untuk itu dapat diikuti kutipan berikut, yakni kebiasaan lama yang dikenal oleh masyarakat di daerah Banjar:
“Orang meminta selamat ketika mendirikan rumah, sembuh dari sakit, berlindung dari bahaya yang ditakuti atau ada hajat yang ingin dikabulkan dan sebagainya, lalu dibuatlah nasi ketan yang ditempa-tempa seperti bentuk stupa dengan inti di puncaknya, bentuk stupa seperti yang pertama kali dibangun oleh Asoka, atau bentuk gunung mythologis perlambang pusat dunia dan keindahan, suatu yang dianggap keramat oleh pemeluk Hindu-Budha.
Upacara sajenan seperti itu tidak diberantas oleh penyiar Islam di waktu itu, hanya mantera-mantera yang semula ditujukan kepada roh gaib dan dewa-dewa diganti dengan do’a dan zikir kepada Allah. Upacara seperti ini di Kalimantan Selatan dikenal dengan sebutan “halarat”, demikian juga “batumbang”, “baanjur-anjur dengan 40 macam juadah”, adalah sesajen zaman pra Islam. Acara “badudus”, “mandi-mandi”, dan “baayun anak” adalah adat di zaman Hindu yang kemudian dituang dalam tuangan Islam dengan bacaan shalawat kepada Nabi.” 31)

Kehidupan Islam yang berkembang di masyarakat Banjar seperti yang digambarkan di atas menjalani masa yang cukup lama. Orang Banjar pada umumnya menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam, tetapi dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ibadah dan amaliah masih banyak yang belum dapat melepaskan diri dari tradisi-tradisi kepercayaan dan agama yang berkembang sebelumnya.

Memasuki abad ke 17 Banjarmasin telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Hal ini terjadi sehubungan dengan tindakan Kerajaan Mataram yang telah menyerang dan menghancurkan kota-kota pantai di utara Jawa, sehingga pedagang-pedagang pindah secara besar-besaran ke Makasar dan Banjarmasin.32). Dan pada waktu itu pula terjadi perubahan jalan dagang ke Maluku melalui Makasar, Kalimantan Selatan, Patani dan Cina, atau dari Makasar dan Banten ke India.33)

Pada waktu itu orang Banjar sudah banyak yang melakukan pelayaran berdagang ke luar daerah. Tradisi berlayar ini memberikan kemungkinan kepada orang Banjar untuk melakukan ibadah haji ke Mekah dengan menggunakan kapal-kapal sendiri.

Mereka yang pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah tersebut, biasanya tinggal beberapa tahun di sana sambil belajar pengetahuan agama. Mereka itu kemudian pulang dengan membawa pengetahuan dan kitab-kitab dari Mekah. Semakin banyak orang Banjar yang datang dari Mekah semakin banyak pandangan-pandangan baru yang masuk ke daerah ini.

Di antara pandangan-pandangan baru yang masuk tersebut terdapat ajaran Sofi Al Hallaj, yang pernah diajarkan oleh Abdul Hamid di daerah ini. 34). Selain itu telah masuk pula faham Syiah bersama para pedagang Arab dari suku Baalwi ke daerah ini. Sisa-sisa dari faham tersebut masih terdapat tradisi orang Islam di daerah ini, seperti pemakaian gelar Sayyid, penghormatan yang khusus terhadap turunan Ali dngan melakukan acara-acara tertentu, dan lain sebagainya. Di samping hal-hal tersebut di atas, maka pada waktu orang-orang Banjar telah banyak yang pergi haji tersebut, masuk juga nilai-nilai baru dalam aliran Ahlussunnah wal Jama’ah aliran Islam yang telah berkembang sebelumnya.35).

Tetapi sampai pada awal abad ke 18 nilai-nilai baru yang masuk bersama orang-orang yang datang dari Mekah tersebut tidak banyak tampak dalam masyarakat. Usaha pembaharuan dan penyebaran agama Islam yang bersumber langsung dari Mekah tersebut baru dimulai pada pertengahan abad ke 18, yakni oleh seorang ulama kelahiran Martapura yang lebih 30 tahun memperdalam ilmu agama di Mekah dan Madinah, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

PENYEBARAN ISLAM OLEH SYEKH MUHAMMAD ARSYAD

Muhammad Arsyad dilahirkan pada tahun1122H atau 1710M di Desa Lok Gabang, Martapura. Pada waktu berumur kurang lebih 8 tahun ia dipungut oleh Sultan Banjar untuk diasuh dan dididik di istana. Kemudian ia dikawinkan dan menjelang umur 30 tahun diberangkan belajar memperdalam ilmu agama Islam di Mekah.

Muhammad Arsyad tiba kembali di Martapura ibu kota Kerajaan Banjar, pada bulan Ramadhan tahun 1186 H (1772 M). Ia kembali setelah memperoleh keahlian khusus dalam ilmu Tauhid, ilmu Fiqh, ilmu Falak dan ilmu Tasauf. 36).

Usahanya dalam menyebarkan Islam di daerah Kerajaan Banjar pada waktu itu dimulai dengan melakukan pengajian, kemudian menyebarkan anak cucunya (muridnya) yang telah memperoleh kealiman ke daerah-daerah pedalaman, di samping itu menulis kitab-kitab agama dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab.

Sistem pengajian yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad mula-mula mengajari 2 orang cucunya yang bernama Muhammad As’ad dan Fatimah, sehingga dalam waktu yang tidak lama keduanya telah mewarisi kealimannya. Keduanya kemudian membantu usaha kakeknya. Dalam Syajaratul Arsyadiah disebutkan bahwa Muhammad As’ad kemudian menjadi guru sekalian murid laki-laki, dan Fatimah menjadi guru sekalian murid perempuan.

Dalam tulisan yang berjudul Riwayat Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, Zafry Zamzam (almarhum) mengemukakan bahwa dalam pengajian yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad bukanlah semata-mata belajar ilmu pengetahuan agama, tetapi disertai bekerja bersama dan memasuki kehidupan masyarakat melalui kegiatan bertani.

Sistem pengajian yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad itu merupakan perwujudan dari ajarannya yang menyeimbangkan antara “hakekat” dan “syari’at”. Sehingga dengan demikian segala peristiwa dalam kehidupan ini tetap terjadi menurut hukum sebab akibat.

Bukti besarnya perhatian Syek Muhammad Arsyad dalam usaha pertanian tersebut adalah telah diwariskannya sebuah saluran air sepanjang kurang lebih 8 km yang digali atas gagasan dan pimpinan beliau, untuk mengalirkan air yang menggenangi tanah luas, sehingga kemudian dapat dijadikan tanah persawahan yang subur. Saluran air itu sekarang dikenal dengan nama “Sungai Tuan”, artinya sungai yang penggaliannya digariskan oleh Tuan Guru Haji Besar, yakni gelar dari Syekh Muhammad Arsyad. 37).

Kegiatan Syekh Muhammad Arsyad membimbing dan melatih anak didiknya dalam lapangan pertanian tersebut merupakan tindakan untk memberi bekal anak didiknya agar bisa menyusun penghidupan kelak. Dipihnya lapangan tersebut dapat dikaitkan karena murid-muridnya tersebut umumnya berasal dari keluarga tani, dan kemanapun nantinya mereka hidup dan berkeluarga mereka akan menemui jenis usaha ini, terutama dalam daerah Kalimantan Selatan sebagai daerah agraris.

Selanjutnya Syekh Muhammad Arsyad menempuh suatu cara untuk menyebarluaskan sistem pengajian tersebut, dengan mengharuskan setiap anak cucu dan muridnya yang sudah mencapai kealiman untuk hidup berkeluarga dan tinggal menyebar ke daerah-daerah pedalaman Kalimantan. Di mana mereka tinggal maka di tempat itupun kemudian berlangsung pula pengajian. Demikianlah kemudian pengajian-pengajian yang diselenggarakan anak cucu Syekh Muhammad Arsyad tidak hanya terdapat dalam wilayah Kalimantan Selatan, tetapi juga terdapat di Pontianak Kalimantan Barat, bahkan ada cucu beliau yang bernama Syekh Haji Abdurrahman Siddiq yang menyelenggarakan pengajian sambil melakukan pembukaan tanah tanah pertanian/perkebunan di Sapat-Tambilahan.38).

Cara penyebaran Islam dengan menganjurkan anak cucu dan murid-muridnya yang telah mencapai kealiman untuk tinggal dan kawin-mawin di daerah-daerah yang jauh dari ibu kota Kerajaan Banjar waktu itu dapat dilihat dari:

a. Cucu beliau yang bernama Haji Mouhammad As’ad, yang kemudian juga diangkat sebagai Mufti pertama di Kerajaan Banjar, kawin dengan seorang penduduk Desa Balimau di Kandangan.
b. Alimul Alamah Haji Abu Talhah bin Haji Muhammad As’ad beristeri dan mengajar di Pagatan.
c. Alimul Alamah Haji Abu Hamid bin Haji Muhammad As’ad beristeri dan mengajar di Pontianak.
d. Alimul Alamah Haji Ahmad beristeri dan mengajar di Amuntai, kemudian juga di Desa Balimau-Kandangan.
e. Alimul Alamah Haji Muhammad Arsyad bin Haji Muhammad As’ad beristeri dan mengajar di Desa Muara Sungai Pamintangan-Amuntai.
f. Alimul Alamah haji Muhammad Thaib (Haji Sa’duddin) beristeri dan mengajar di Desa Hamawang’Kandangan. 39).

Dengan sistem pengajian dan cara penyebarannya seperti tersebut di atas, maka di mana bermukim anak cucu turunan Syekh Muhammad Arsyad, di tempat itu berkembang Ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah menurut Mazhab Imam Syafi’i. Usaha-usaha yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad bersama anak cucunya tersebut telah berhasil menanamkan pandangan-pandangan baru dalam Islam, baik masalah hubungan dengan kepercayaan “lama” maupun dalam persoalan mazhab.

Selanjutnya seperti disebutkan di muka bahwa di samping menyelenggarakan pengajian Syekh Muhammad Arsyad dalam usahanya menyebarkan Islam di daerahnya, ia juga telah menulis beberapa buah kitab agama dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab. Kitab-kitab karyanya tersebut dapat dibedakan atas 3 kelompok:

Kitab-kitab Tauhid , yakni yang bertujuan memantapkan keyakinan iman dan aqidah yang benar. Kitab-kitab itu adalah: a. Usuluddin, b. Tuhfatur Raghibin.
Kitab-kitab Fiqh, yang membicarakan masalah-masalah ibadah dan amaliah, yakni tentang segala tindakan manusia baik yang mempunyai hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia. Kitab-kitab ini adalah: a. Sabilal Muhtadin lit tafaqquh fi amriddin, b. Kitabun Nikah, c. Kitabul Faraid, d. Nuqtatul Ajlan, e. Hasyiah Fathil Jawab.
Kitab-kitab Tasauf, untuk mendapatkan kedamaian bathin dalam berhubungan dengan Tuhan. Kitab-kitab ini adalah: a. Kanzul Ma’rifah, b. Al Qauulul Mukhtashar. 40).

Di antara kitab-kitab tersebut ada beberapa yang besar fungsinya dalam rangka pengembangan dan penyebaran Islam, kitab-kitab tersebut antara lain:

a. Kitab Tuhfatur Raghibin. Ktab ini ditulis pada tahun 1188 H (1774M) 41). Terdiri atas 28 halaman, menggunakan huruf Arab dan berbahasa Melayu. Dengan demikian dapat dipelajari oleh banyak orang di daerah ini yang pada umumnya dapat membaca huruf Arab. Isinya menerangkan hal-hal yang merusak Iman, yang menyebabkan orang menjadi syirik atau murtad.42).

Dengan demikian melalui kitab ini Syekh Muhammad Arsyad berusaha menghindarkan/memperbaiki kekeliruan yang mungkin terjadi pada setiap pemeluk Islam di Kalimantan Selatan waktu itu.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa sampai datangnya Syekh Muhammad Arsyad di daerah ini agama Islam baru saja menerima unsur-unsur baru yang yang dibawa orang-orang yang kembali dari Mekah. Praktik-praktik ibadah dan muamalah masih banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur kepercayaan yang pernah berkembang sebelumnya. Ini merupakan bagian dari usaha Syekh Muhammad Arsyad dalam melakukan pembaharuan dan pemurnian agama Islam di daerah ini.

b. Kitab Sabilal Muhtadin. Lengkapnya adalah Sabilal Muhtadin lit tafaqquh fi amriddin. Kitab ini ditulis berdasarkan permintaan Sultan Tahmidullah bin Sultan Tamjidullah pada tahun 1193 H (1779 M). 43). Seperti disebutkan di atas bahwa kitab Sabilal Muhtadin ini adalah sebuah kitab Fiqh, yaitu yang membicarakan segala hukum agama, baik yang berhubungan dengan kepercayaan ataupun yang berhubungan dengan muamalat.

Kitab-kitab agama yang digunakan dalam pengajian-pengajian pada waktu itu umumnya menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab yang tadinya dibawa sendiri oleh Syekh Muhammad Arsyad dari Mekah. Kitab-kitab dalam bahasa Arab tersebut dikenal dengan istilah Kitab Kuning. Penggunaan kitab-kitab tersebut dalam pengajian menemui kesulitan karena untuk dapat mengerti isinya orang lebih dahulu mengerti bahasa Arab.

Di samping itu alam Kalimantan Selatan khususnya dan juga Indonesia pada umumnya mempunai kehidupan fauna dan flora yang berbeda sekali dengan negeri Arab. Sehingga dengan kitab-kitab Fiqh dari negeri Arab tersebut, mungkin akan menimbulkan beda pendapat dalam menetapkan hukum terhadap sesuatu yang hanya ada ditemukan di daerah atau alam Indonesia ini.

Sebenarnya pada waktu itu sudah ada sebuah Kitab Fiqh Melayu di daerah ini, yakni Kitab Siratul Mustaqim karangan Nuruddin Ar Raniry, seorang ulama besar dari Aceh. Kitab tersebut ditulis dalam tahun 1044-1054 H (1634-1644 M).44) Sehubungan dengan hal itu Syekh Muhammad Arsyad menulis dalam Mukaddimah kitabnya, bahwa:
“Lebih dahulu dari kitabnya itu telah ada sebuah kitab Fiqh atas mazhab Imam Syafi’i bernama Siratul Mustaqim yang ditulis oleh seorang alim yang lebih, bernama Nuruddin ar Raniry;
Akan tetapi karena sebagian ibaratnya mengandung bahasa Aceh maka sulit bagi orang yang bukan ahlinya untuk mengambil pengertiannya;
Lagi pula ada bagian dari ibaratnya yang diubah dari pada asalnya dan digantikan dengan yang lainnya atau gugur atau kurang disebabkan kelalaian penyalin-penyalinnya yang tidak berpengatahuan, sehingga menjadi rusak dan berselisih anatara naskah-naskah dan ibaratnya, sehingga hampir tidak diperoleh lagi naskah-naskah yang saheh dari penulisnya. “ 45).

Kitab Sabilal Muhtadin terdiri atas 2 juz. Yang pertama tebalnya 252 halaman, dan juz kedua 272 halaman. Kedua juz ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

Penyebaran Kitab sabilal Muhtadin ini dimulai dari ruang pengajian Desa Dalam Pagar sendiri, yakni dengan mengadakan salin menyalin dari naskah aslinya oleh murid-muridnya. Kemudian dibawa orang ke Mekah, di sana dilakukan salin menyalin pula, bahkan kemudian dijadikan kitab pelajaran Fiqh bagi orang-orang berbahasa Melayu, sehingga kitab ini dikenal luas oleh penuntut-penuntut ilmu di Mekah yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan Asia Tenggara. Mereka itulah yang akan mengajarkannya pula di daerah atau di negeri mereka kemudian. 46)

Penulisan Kitab sabilal Muhtadin ini selesai pada tahun 1195 H (1780 M). Pertama kali dicetak pada tahun 1300 H atau 1882 M serentak di tiga tempat, yakni Mekah, Istambul dan Mesir, dengan pentasheh Syekh Ahmad bin Muhmmad Zain al Fathany, ulama berasal dari Fatani (Muang Thay) yang mengajar di Mekah pada waktu itu.

Dengan adanya cetakan ini maka Sabilal Muhtadin lebih tersiar dan terkenal luas di Asia Tenggara. Bahkan penuntut-penuntut ilmu di Mekah umumnya lebih dahulu mempelajari Sabilal Muhtadin sebelum dapat membaca kitab berbahasa Arab. 47)

c. Perukunan Besar. Buku ini hasil dari dekti yang diberikan Syekh Muhammad Arsyad kepada cucunya yang bernama Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis.

Dalam buku ini yang tebalnya kurang lebih 100 halaman tercakup pengetahuan pokok yang harus dimiliki oleh seorang Muslim dan Muslimat. Di dalamnya terdapat pengetahuan dan cara-cara praktik segala yang menyangkut Rukun Islam dan Rukun Iman.

Buku ini juga disebut Perukunan Besar, karena Syekh Muhammad Arsyad disebut juga dengan gelar Haji Besar. Serta karena adanya tindakan salin menyalin sehingga buku ini tidak hanya tersebar di Kalimantan, Jawa, Sumatera, tetapi bahkan sampai ke Malaya. 48)

Kitab Perukunan Besar ini pertama kali dicetak di Singapura pada tahun 1325 H atau tahun 1907 M, atas usaha dari seorang pedagang dari Negara (Kandangan), atas nama Haji Abdurrasyid Banjar. 49)

Karena seperti disebutkan di atas terhadap kitab Perukunan ini terjadi tindakan salin menyalin, bahkan dilakukan pula penterjemahan ke dalam bahasa daerah lainnya, maka timbullah kemudian nama-nama Perukunan Sunda, Perukunan Jawa, Perukunan Melayu, dengan nama pengarang yang berbeda-beda.50)

Demikianlah dari sejumlah karya-karya Syekh Muhammad Arsyad yang tersebar luas itu, kita dapat mengukur sampai di mana andil ulama besar ini dalam mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam tersebut.

Ulama besar ini meninggal pada tahun 1227 H (1812 M) dan dimakamkan di Desa Kelampayan (Martapura), dengan meninggalkan barisan ulama sebagai suatu kelompok sosial yang mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat Banjar yang mempunyai perasaan keagamaan yang kuat.

KESIMPULAN

1. Masuknya agama Islam ke Kalimantan Selatan tidak identik dengan berdirinya Kerajaan Banjar (Banjarmasin):
a. Islam masuk ke Kalimantan Selatan setidak-tidaknya pada awal abad ke 15, bersama datangnya pedagang-pedagang Gujarat dan Cina yang singgah berdagang di bandar-bandar Kalimantan Selatan;
b. Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam pertama di Kalimantan selatan. Rajanya berna Raden Samudera, yang setelah beragama Islam bernama Sultan Suriansyah. Memerintah sekitar tahun 1526-1550;
c. Sejak berdirinya Kerajaan Banjar penyebaran Islam dilakukan lebih giat dan meluas. Pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah terkenal seorang yang berjasa dalam penyebaran Islam di Kalimantan Selatan bernama Khatib Dayyan.

2. Masyarakat Kalimantan selatan yang mula-mula menerima ajaran Islam tersebut, masih tidak dapat melepaskan diri dari unsur-unsur kepercayaan lama (Kaharingan, Syiwa-Budha). Kegiatan-kegiatan mereka yang berhubungan dengan ibadah dan amaliah dalam keagamaan masih dipengaruhi oleh tradisi-tradisi kepercayaan yang pernah berkembang sebelumnya.

3. Pembaharuan-pembaharuan dan penyebaran ajaran Islam yang langsung bersumber dari Mekah baru dimulai pada awal abad ke 18, yakni oleh Syekh Muhammad Arsyad al Banjari. Dalam usaha penyebaran ajaran Islam tersebut beliau melakukan pengajian dan penyebaran anak cucu /murid-muridnya ke daerah-daerah pedalaman Kalimantan Selatan, di samping juga menulis buku-buku agama yang kemudian tersebar di beberapa daerah di Nusantara bahkan sampai dan digunakan di beberapa negara Asia tenggara.-

E-mail: ramli_n_utun@yahoo.com

(HRN: Maaf  naskah ini jangan dicopy ke blog lain).