ALLAH MENJAMIN REZEKI DENGAN SEMPURNA
Disusun: H. Ramli Nawawi
Sahabatku,
Allah SWT menciptakan semua makhluk dengan pembagian rezeki yang sempurna. Tidak ada satupun yang diterlantarkan-Nya, termasuk kita. Allah telah menjamin rezeki setiap hambanya. Yang diperlukan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Dan yang lebih penting lagi adalah benar atau tidak cara kita mendapatkannya.
Sahabatku,
Rezeki dalam hal ini, tentu saja bukan hanya uang atau makanan, tetapi semua yang diberikan dan datang dari Allah. Rezeki termasuk juga ilmu yang dapat diraih oleh seseorang, juga kesehatan, ketenteraman jiwa, nama baik di masyarakat, pasangan hidup, keturunan (anak), persaudaraan, ketaatan kepada Tuhan yang bahkan nilainya lebih tinggi dibanding uang atau kekayaan.
Tetapi mengapa banyak orang yang dipusingkan dalam masalah pembagian rezeki ini. Terutama rezeki uang atau kekayaan. Ada orang yang mengeluh rezekinya seret banget, padahal menurutnya ia sudah mati-matian mencarinya. Banyak pula orang yang merasa hidupnya tidak mendapatkan ketenangan, berbagai keperluan tak pernah terpenuhi, bahkan mendapat kerugian dan musibah.
Hal yang demikian tentu ada sebab-sebabnya. Mungkin cara mencari atau mendapatkannya kurang profesional (kurang memenuhi syarat), atau kurang serius (ulet) mengusahakannya, atau ada kondisi (keadaan) yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla menahan rezeki yang bersangkutan. Point terakhir inilah yang penting kita perhatikan, mengapa rezeki kita tersumbat, atau mengapa ketenangan jiwa raga kita tidak kita dapatkan. Apa penyebabnya?.
Sahabatku,
Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedure yang salah yang kita lakukan. Sehubungan dengan itu mari kita introspeksi diri kita sambil menyimak setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan yang meenjadi penghalang aliran rezeki kepada kita.
Pertama, karena ketawakalan kita tidak dari hati. Dengan kata lain kita berharap dan menggantungkan diri tidak kepada Allah. Kita berusaha, namun usaha yang dilakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukanlah yang ia terima. Padahal barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Demikian janji Allah dlm Qur’an Srh Ath Thalaaq ayat 3,
“Dan Dia (Allah) memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal (berserah diri) kepada Allah, maka Dia (Allah) akan mencukupkannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Kedua, karena dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah bersabda, sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki, disebabkan oleh perbuatan dosanya (HR Ahmad).
Sehingga bila dosa menghambat aliran rezeki, maka hanya tobat dari dosa-dosa yang akan membukanya. Andai kita simak doanya orang-orang yang minta hujan maka isinya adalah tobat. Demikian juga kalau kita simak doanya Nabi Yunus ketika ia mendapat musibah berada dalam perut ikan, maka doanya adalah permintaan tobat kepada Allah. Demikian pula doa memohon anugerah Lailatul Qadar adalah tobat kepada Allah. Karena itu bila rezeki terasa seret, mari kita perbanyak tobat, dengan hati, dengan ucapan, dengan perbuatan kita.
Ketiga, karena maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama?. Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya?. Tanyakan selalu hal ini pada diri kita. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (korupsi uang atau korupsi waktu), mengurangi timbangan, praktik meninggikan harga ketika mendapat kepercayaan membeli barang (mark up) dan sebagainya, akan membuat rezeki kita tidak berkah, bahkan hasilnya tergolong haram.
Mungkin uang kita dapatkan, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Lalu apa ciri rezeki yang tidak berkah?. Tanda-tandanya adalah uang yang kita miliki mudah menguap untuk hal yang sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah, serta membawa penyakit bagi diri kita atau keluarga kita. Karena itu bila kita terlanjur melakukannya, mari kita segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, karena pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, kpd diri kita, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh?. Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau setidak-tidaknya sering terlambat shalat), lupa membaca Al Qur’an, lupa mendidik anak atau tidak sempat memberi tahu mana prilaku yang disukai Allah dan mana prilaku yang dosa kepada Allah, semua itu adalah sinyal-sinyal atau tanda-tanda pekerjaan kita tidak berkah.
Jika sudah demikian jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Memang idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. Sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Apa yang banyak dialami saudara-saudara kita saat ini berupa bencana, bagi orang yang beriman adalah penghapusan dosa, karena setiap manusia tidak ada yang bersih dari dosa, sementara mereka yang meninggal dalam keadaan taqwa mereka syahid di sisi Allah. Sedangkan yang perlu kita sadari bahwa bencana dan musibah yang sebenarnya adalah manakala kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, karena enggan bersedekah, siapa pun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya sedekah yang ikhlas jauh dari ria, adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih yang menumbuhkan satu pohon dengan tujuh dahan, yang tiap-tiap dahan itu terjurai seratus biji buah. Artinya Allah Yang Maha Kaya akan membalasnya setiap sedekah hingga tujuh ratus kali lipat. Firman Allah, Baqarah ayat 3:
“Misalnya orang yang menafkahkan hartanya kepada jalan kebajikan (fi sabilillah) seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi tujuh dahan, pada tiap-tiap dahan itu berbuah seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan mempunyai kurnia yang luas lagi mengetahui”
Sahabatku,
Tidakkah kita sadar dan tertarik dengan janji Allah yang menjamin rezeki setiap hamba-Nya tersebut?. Maka pastikanlah, tiada hari tanpa kita meminta hanya kepada Allah, tiada hari tanpa bertobat atas dosa-dosa kita, dan selalu hanya mencari rezeki yang halal, selalu menegakkan shalat dan perbuatan baik lainnya, serta berusha tiada hari tanpa bersedekah. Insya Allah, sesuai janji-Nya, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezerki-Nya untuk kita. Amiin (HRN)
Disusun: H. Ramli Nawawi
Sahabatku,
Allah SWT menciptakan semua makhluk dengan pembagian rezeki yang sempurna. Tidak ada satupun yang diterlantarkan-Nya, termasuk kita. Allah telah menjamin rezeki setiap hambanya. Yang diperlukan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Dan yang lebih penting lagi adalah benar atau tidak cara kita mendapatkannya.
Sahabatku,
Rezeki dalam hal ini, tentu saja bukan hanya uang atau makanan, tetapi semua yang diberikan dan datang dari Allah. Rezeki termasuk juga ilmu yang dapat diraih oleh seseorang, juga kesehatan, ketenteraman jiwa, nama baik di masyarakat, pasangan hidup, keturunan (anak), persaudaraan, ketaatan kepada Tuhan yang bahkan nilainya lebih tinggi dibanding uang atau kekayaan.
Tetapi mengapa banyak orang yang dipusingkan dalam masalah pembagian rezeki ini. Terutama rezeki uang atau kekayaan. Ada orang yang mengeluh rezekinya seret banget, padahal menurutnya ia sudah mati-matian mencarinya. Banyak pula orang yang merasa hidupnya tidak mendapatkan ketenangan, berbagai keperluan tak pernah terpenuhi, bahkan mendapat kerugian dan musibah.
Hal yang demikian tentu ada sebab-sebabnya. Mungkin cara mencari atau mendapatkannya kurang profesional (kurang memenuhi syarat), atau kurang serius (ulet) mengusahakannya, atau ada kondisi (keadaan) yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla menahan rezeki yang bersangkutan. Point terakhir inilah yang penting kita perhatikan, mengapa rezeki kita tersumbat, atau mengapa ketenangan jiwa raga kita tidak kita dapatkan. Apa penyebabnya?.
Sahabatku,
Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedure yang salah yang kita lakukan. Sehubungan dengan itu mari kita introspeksi diri kita sambil menyimak setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan yang meenjadi penghalang aliran rezeki kepada kita.
Pertama, karena ketawakalan kita tidak dari hati. Dengan kata lain kita berharap dan menggantungkan diri tidak kepada Allah. Kita berusaha, namun usaha yang dilakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukanlah yang ia terima. Padahal barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Demikian janji Allah dlm Qur’an Srh Ath Thalaaq ayat 3,
“Dan Dia (Allah) memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal (berserah diri) kepada Allah, maka Dia (Allah) akan mencukupkannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Kedua, karena dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah bersabda, sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki, disebabkan oleh perbuatan dosanya (HR Ahmad).
Sehingga bila dosa menghambat aliran rezeki, maka hanya tobat dari dosa-dosa yang akan membukanya. Andai kita simak doanya orang-orang yang minta hujan maka isinya adalah tobat. Demikian juga kalau kita simak doanya Nabi Yunus ketika ia mendapat musibah berada dalam perut ikan, maka doanya adalah permintaan tobat kepada Allah. Demikian pula doa memohon anugerah Lailatul Qadar adalah tobat kepada Allah. Karena itu bila rezeki terasa seret, mari kita perbanyak tobat, dengan hati, dengan ucapan, dengan perbuatan kita.
Ketiga, karena maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama?. Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya?. Tanyakan selalu hal ini pada diri kita. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (korupsi uang atau korupsi waktu), mengurangi timbangan, praktik meninggikan harga ketika mendapat kepercayaan membeli barang (mark up) dan sebagainya, akan membuat rezeki kita tidak berkah, bahkan hasilnya tergolong haram.
Mungkin uang kita dapatkan, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Lalu apa ciri rezeki yang tidak berkah?. Tanda-tandanya adalah uang yang kita miliki mudah menguap untuk hal yang sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah, serta membawa penyakit bagi diri kita atau keluarga kita. Karena itu bila kita terlanjur melakukannya, mari kita segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, karena pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, kpd diri kita, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh?. Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau setidak-tidaknya sering terlambat shalat), lupa membaca Al Qur’an, lupa mendidik anak atau tidak sempat memberi tahu mana prilaku yang disukai Allah dan mana prilaku yang dosa kepada Allah, semua itu adalah sinyal-sinyal atau tanda-tanda pekerjaan kita tidak berkah.
Jika sudah demikian jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Memang idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. Sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Apa yang banyak dialami saudara-saudara kita saat ini berupa bencana, bagi orang yang beriman adalah penghapusan dosa, karena setiap manusia tidak ada yang bersih dari dosa, sementara mereka yang meninggal dalam keadaan taqwa mereka syahid di sisi Allah. Sedangkan yang perlu kita sadari bahwa bencana dan musibah yang sebenarnya adalah manakala kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, karena enggan bersedekah, siapa pun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya sedekah yang ikhlas jauh dari ria, adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih yang menumbuhkan satu pohon dengan tujuh dahan, yang tiap-tiap dahan itu terjurai seratus biji buah. Artinya Allah Yang Maha Kaya akan membalasnya setiap sedekah hingga tujuh ratus kali lipat. Firman Allah, Baqarah ayat 3:
“Misalnya orang yang menafkahkan hartanya kepada jalan kebajikan (fi sabilillah) seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi tujuh dahan, pada tiap-tiap dahan itu berbuah seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan mempunyai kurnia yang luas lagi mengetahui”
Sahabatku,
Tidakkah kita sadar dan tertarik dengan janji Allah yang menjamin rezeki setiap hamba-Nya tersebut?. Maka pastikanlah, tiada hari tanpa kita meminta hanya kepada Allah, tiada hari tanpa bertobat atas dosa-dosa kita, dan selalu hanya mencari rezeki yang halal, selalu menegakkan shalat dan perbuatan baik lainnya, serta berusha tiada hari tanpa bersedekah. Insya Allah, sesuai janji-Nya, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezerki-Nya untuk kita. Amiin (HRN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar