Minggu, 15 Mei 2011

PERISTIWA 20 MEI 1908



PERISTIWA 20 MEI 1908 KEBANGKITAN YANG BELUM SEPENUHNYA TERWARISI


Oleh: Drs. H. Ramli Nawawi


Menurut pandangan sejarah peristiwa 20 Mei 1908 merupakan titik pangkal dari kegiatan perjuangan nasional bangsa Indonesia. Peristiwa yang ditandai oleh berdirinya sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo itu kemudian dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia. Karena arti penting dari kejadian itu dinyatakan sebagai awal lahirnya cita-cita kemerdekaan nusa dan bangsa secara menyeluruh, di samping timbulnya tekad untuk bersatu dalam menghadapi segala kesukaran bersama.

Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 telah didahului oleh suatu peristiwa yang bersifat internasional. Peristiwa yang membuka mata dan memutuskan belenggu mental “minderwaardeg” bangsa-bangsa Asia, suatu anggapan bahwa bangsa Timur tidak akan dapat sejajar apalagi melebihi bangsa Barat.

Sesuatu yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya telah terjadi. Jepang waktu itu sebagai sebuah negara kecil yang baru bangun di Asia, diluar dugaan telah berhasil mengalahkan Rusia sebuah negara besar di Eropah Timur dalam perang tahun 1904-1905. Kejadian inilah yang menggerakkan palu canang genderang di seluruh Asia, yang menimbulkan kesadaran bahwa bangsa Asia pun dapat mencapai tingkat kemajuan yang sebelumnya dikira hanya dapat dicapai oleh bangsa Barat saja.

Peristiwa kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia tersebut merupakan suatu ledakan di Asia sebagai “Costerse Renaissance”. Bangsa-bangsa Timur yang waktu itu dijuluki bangsa kulit berwarna telah bangkit dari tidurnya., mereka telah sadar akan harga diri bangsanya sendiri. Sejak itulah bangsa-bangsa Timur sadar akan tujuan utama hendak mencapai persamaan hak dan martabat dengan bangsa Barat.

Di Indonesia ide mengangkat derajat bangsa ini diwujudkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo melalui sebuah lembaga “Studie Fonds” yang berusaha mengumpulkan dana untuk membiayai pemuda-pemuda yang cakap tapi tidak mampu membiayai sekolahnya.
Himbauan yang dikumandangkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam usaha mengumpulkan dana tersebut ternyata mendapat respon positif dari beberapa mahasiswa sekolah dokter di Jakarta.

Di antara mereka itu kemudian dikenal dengan nama Dr. Sutomo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo. Dalam rangka mewujudkan ide mengangkat derajat bangsa itu kedua mahasiswa tersebut telah membuat suatu program yang lebih luas di dalam suatu wadah yang disebut “Budi Utomo”.

Demikian Budi Utomo lahir dan bergerak dalam pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan teknik-industri, kebudayaan, ilmu, cita-cita kemanusiaan, dan segala yang perlu untuk menjamin kehidupan bangsa yang terhormat. Tidak dimungkiri apabila Budi Utomo dalam masa permulaannya masih berada dalam “Fase Locaal patriotisme” fase kedaerahan. Namun dalam kongresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo telah menunjukkan peranannya sebagai suatu organisasi yang berhasil mempersatukan segenap unsur yang mewakili lapisan masyarakat.

Dalam kongres itu hadir dari kaum tua dan muda, golongan Islam, Kristen, Katholik, golongan rakyat dari yang tak bergelar sampai kepada para Pangeran. Suatu peristiwa sejarah yang patrut ditekuni, bahwa bangasa Indonesia sejak saat itu telah dapat dipersatukan apabila ada kepentingan bersama yang sungguh-sungguh “dirasai” dan “diinsafi” bersama. Sementara adanya fase local patriotisme pada masa-masa permulaan dari Budi Utomo lebih ditekankan karena masalah komunikasi dan transportasi.

Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 telah menimbulkan akibat sosial di kawasan Nusantara ini. Organisasi ini kemudian diikuti oleh munculnya organisasi-organisasi lain dengan berbagai macam azas dan programnya. Ada yang bersikap kooperasi ada pula yang bersifat non kooperasi terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Cara yang ditempuh berbeda-beda, tetapi tujuan yang hendak diwujudkan pada hakekatnya sama “Indonesia Merdeka”.

Organisasi-organisasi rakyat yang lahir di Jawa yang dimulai dan dirintis oleh Budi Utomo tersebut, banyak kemudian yang mempunyai cabang-cabangnya di beberapa daerah di Indonesia. Dan adanya organisasi-organisasi ini, merupakan pola baru bagi sistem perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Peralawanan yang bersifat “gerakan” yang lebih ditentukan oleh siapa pemimpinnya telah ditinggalkan. Perlawanan pola baru terhadap penjajah telah menggunakan sifat “pergerakan”, yang lebih menekankan pada “organisasi yang teratur”. Sehingga dengan cara yang baru ini, perlawanan terhadap penjajah tidak lagi akan berhenti atau bubar apabila sang pemimpin tewas atau menyerah, karena dengan sifat organiosasi seseorang pemimpin atau ketua selalu mungkin untuk diganti dengan orang lain apabila yang bersangkutan ternyata tidak mampu mengemban atau menjalankan tugasnya lagi.

Organisasi-organisasi yang lahir sejak Budi Utomo tersebut merupakan potensi baru dalam perjuangan melawan penjajah Belanda . Timbulnya rasa persatuan yang dilandasi “antithese” yakni masa pertentangan antara penjajah dengan yang dijajah , antara faham kolonial dengan faham nasional, antara kekuasaan asing dengan masyarakat kebangsaan.

Demikianlah lahirnya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908 merupakan tonggak awal timbulnya keinsafan dan keyakinan bahwa hanya kesatuan tekad yang revolusioner dan nasional untuk mencapai Indonesia Merdeka. Kebangkitan 20 Mei 1908 akhirnya membuahkan Proklamasi 17 Agustus 1945, membuahkan kemerdekaan Indonesia.

Pada saat ini bangsa Indonesia sudah berada pada fase Repormasi, sesuai dengan cita-cita Budi Utomo yang menghendaki berubahnya segala yang merintangi kemajuan bangsa, supaya bangsa ini dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain serta supaya semua lapisan masyarakat Indonesia dapat mengecap kesejahteraan yang layak sebagai manusia, maka dengan semangatnya Hari Kebangkitan Nasional ini, seyogianyalah bangsa ini bangkit dari “moral” yang menjadikan rakyat ini tidak beranjak dari keterbelakangan martabat dan keterbelakangan kehidupan.

Peristwa 20 Mei 1908 adalah bukti adanya kesadaran orang-orang Asia, termasuk pendahulu-pendahulu bangsa ini (Indonesia) untuk membawa bangsa dan negara ini ketingkat sama dan sederajat dengan bangsa Barat yang dianggap lebih maju, lebih kuat dan lebih jaya. Para pemimpin bangsa-bangsa di Asia ketika itu sadar bahwa kita juga bisa unggul seperti Barat, setelah melihat ternyata ada negara di Asia (Jepang) yang dapat menunjukkan bahwa bangsa mereka dapat lebih unggul dari bangsa Barat (Rusia).

Apakah kesadaran itu sudah terwarisi oleh bangsa Indonesia, oleh para tokoh, oleh para pemuka, oleh para pemimpin. Bumi negeri ini kaya, padahal ada beberapa negeri di Asia yang kerdil, tapi mereka maju berjaya. Bisakah bangsa Indonesia sama dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain?. Mengapa tidak, kalau kita mau bangkit dari ketidak sadaran saat ini.

Apa yang dilupakan bangsa ini untuk bisa maju dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Sadarkah kita bahwa bangsa yang maju identik dengan bangsa yang ber “disiplin”. Bangsa yang makmur identik dengan bangsa yang “jujur”. Bangsa yang dikagumi identik dengan bangsa yang “menjaga harga diri”, malu melakukan yang salah.


Mampukah kita bangsa ini "berdisiplin" dalam berbagai hal, maukah kita bangsa ini berlaku “jujur” dalam berbagai hal, sediakah kita bangsa ini “menjaga harga diri” atau adakah “rasa malu” dalam melakukan yang salah. Walahu a’lam. Tapi menurut saya itulah sekurang-kurangnya indikator dari kebangkitan bangsa yang harus dipenuhi pada saat ini. (HRN: Peneliti Bidang Sejarah dan Nilai Tradisional).

Tidak ada komentar: