Sahabatku,
Allah SWT menciptakan semua
makhluk dengan pembagian rezeki yang sempurna. Tidak ada satupun yang diterlantarkan-Nya, termasuk kita. Allah telah
menjamin rezeki setiap hambanya. Yang diperlukan adalah mau atau tidak kita
mencarinya. Dan yang lebih penting lagi adalah benar atau tidak cara kita mendapatkannya.
Sahabatku,
Rezeki dalam hal ini, tentu saja
bukan hanya uang atau makanan, tetapi semua yang diberikan dan datang dari
Allah. Rezeki termasuk juga ilmu yang dapat diraih oleh seseorang, juga
kesehatan, ketenteraman jiwa, nama baik di masyarakat, pasangan hidup,
keturunan (anak), persaudaraan, ketaatan kepada Tuhan yang bahkan nilainya
lebih tinggi dibanding uang atau kekayaan.
Tetapi mengapa banyak orang yang
dipusingkan dalam masalah pembagian rezeki ini. Terutama rezeki uang atau
kekayaan. Ada
orang yang mengeluh rezekinya seret banget, padahal menurutnya ia sudah
mati-matian mencarinya. Banyak pula orang yang merasa hidupnya tidak
mendapatkan ketenangan, berbagai keperluan tak pernah terpenuhi, bahkan
mendapat kerugian dan musibah.
Hal yang demikian tentu ada sebab-sebabnya. Mungkin cara mencari
atau mendapatkannya kurang profesional (kurang memenuhi syarat), atau kurang
serius (ulet) mengusahakannya, atau ada kondisi (keadaan) yang menyebabkan
Allah Azza wa Jalla menahan rezeki yang bersangkutan. Point terakhir inilah
yang penting kita perhatikan, mengapa rezeki kita tersumbat, atau mengapa
ketenangan jiwa raga kita tidak kita dapatkan. Apa penyebabnya?.
Sahabatku,
Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki.
Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya.
Karena itu jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedure yang
salah yang kita lakukan. Sehubungan dengan itu mari kita introspeksi diri kita
sambil menyimak setidaknya ada lima
hal yang perlu diperhatikan yang meenjadi penghalang aliran rezeki kepada kita.
Pertama, karena ketawakalan kita
tidak dari hati. Dengan kata lain kita berharap dan menggantungkan diri tidak kepada
Allah. Kita berusaha, namun usaha yang dilakukan tidak dikaitkan dengan-Nya.
Padahal Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukanlah
yang ia terima. Padahal barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Demikian janji Allah dlm Qur’an Srh
Ath Thalaaq ayat 3,
“Dan Dia (Allah) memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal (berserah diri)
kepada Allah, maka Dia (Allah) akan mencukupkannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang dikehendaki-Nya. Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu”.
Kedua, karena dosa dan maksiat
yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah
bersabda, sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki, disebabkan oleh perbuatan
dosanya (HR Ahmad). Sehingga bila dosa menghambat aliran rezeki, maka hanya
tobat dari dosa-dosa yang akan membukanya.
Andai kita simak doanya orang-orang yang minta hujan maka isinya adalah
tobat. Demikian juga kalau kita simak doanya
Nabi Yunus ketika ia mendapat musibah berada dalam perut ikan, maka
doanya adalah permintaan tobat kepada Allah. Demikian pula doa memohon anugerah
Lailatul Qadar adalah tobat kepada Allah. Karena itu bila rezeki terasa seret, mari
kita perbanyak tobat, dengan hati, dengan ucapan, dengan perbuatan kita.
Ketiga, karena maksiat saat
mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama?. Jika memang halal,
apakah benar dalam mencari dan menjalaninya?. Tanyakan selalu hal ini pada diri
kita. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (korupsi uang atau
korupsi waktu), mengurangi timbangan, praktik meninggikan harga ketika mendapat
kepercayaan membeli barang (mark up) dan sebagainya, akan membuat rezeki kita
tidak berkah, bahkan hasilnya tergolong haram.
Mungkin uang kita dapatkan, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Lalu
apa ciri rezeki yang tidak berkah?. Tanda-tandanya adalah uang yang kita miliki
mudah menguap untuk hal yang sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai
untuk taat kepada Allah, serta membawa penyakit bagi diri kita atau keluarga
kita. Karena itu bila kita terlanjur melakukannya, mari kita segera bertobat
dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, karena pekerjaan yang
melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, kpd diri kita, apakah
aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh?.
Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau setidak-tidaknya sering
terlambat shalat), lupa membaca Al Qur’an, lupa mendidik anak atau tidak sempat
memberi tahu mana prilaku yang disukai Allah dan mana prilaku yang dosa kepada
Allah, semua itu adalah sinyal-sinyal atau tanda-tanda pekerjaan kita tidak
berkah.
Jika sudah demikian jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Memang idealnya,
semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. Sibuk boleh,
namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Apa yang banyak dialami
saudara-saudara kita saat ini berupa bencana, bagi orang yang beriman adalah
penghapusan dosa, karena setiap manusia tidak ada yang bersih dari dosa, sementara
mereka yang meninggal dalam keadaan taqwa mereka syahid di sisi Allah.
Sedangkan yang perlu kita sadari bahwa bencana dan musibah yang sebenarnya adalah
manakala kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, karena enggan
bersedekah, siapa pun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya
mampet. Sebaliknya sedekah yang ikhlas jauh dari ria, adalah penolak bala,
penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, yang tiap-tiap butir itu terjurai seratus biji.
Artinya Allah Yang Maha Kaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat.Firman
Allah, Bqrah 3:
“Misalnya orang yang
menafkahkan hartanya kepada jalan kebajikan (fi sabilillah) seperti sebuah biji
yang tumbuh menjadi tujuh dahan, pada tiap-tiap dahan itu berbuah seratus biji.
Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan mempunyai kurnia yang
luas lagi mengetahui”
Sahabatku,
Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini?. Maka pastikan, tiada
hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan
membukakan pintu-pintu rezerkinya untuk kita. Semoga uraian ini akan menjadi
bahan kajian dalam rangka perjalanan menuju redha Allah S.W.T., Amin.
(HRN: Naskah dari bebagai
sumber).
P= 6 (sd 26-11-12)
P= 6 (sd 26-11-12)
1 komentar:
tulisan sahabat ini , begitu menggugah hati saya
atrikel yang sangat baagus ubtuk di baca, saya sendiri setelah membacanya jaadi begitu terharu
Posting Komentar