Minggu, 28 Februari 2016

HARI KIAMAT

Hari kiamat, apakah hari kiamat itu?
Tahukah kamu, apakah hari kiamat itu?
Yaitu hari , dimana seluruh manusia seperti kupu-kupu yang bertebaran,
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya,
maka ia berada dalam kehidupan yang memuaskan .
Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya,
maka tempat kembalinya adalah neraka  Hawiyah.
Dan tahukah kamu, apakah Hawiyah itu,
(Yaitu) api yang sangat panas
(Al Qur’an, surah Al-Qari’ah)    

Minggu, 31 Januari 2016

Dibalik peristiwa sekitar 17 Agustus 1945



Berita Proklamasi Tersebar Secara
Bisik-bisik di Kandangan

Oleh
Drs. H. Ramli Nawawi

Masa 70 tahun adalah masa alih suatu generasi, karena itu masyarakat Indonesia saat ini sudah sebagian besar adalah orang-orang yang lahir sesudah kemerdekaan.Semakin jauh jarak waktu suatu peristiwa terjadi apalagi bagi mereka yang lahir jauh sesudah peristiwa terjadi, akan semakin rentan terjadinya keliru persepsi tentang peristiwa tersebut
Ketika itulah perlu peran sejarah untuk menjembatani seseorang dengan masa terjadinya suatu peristiwa. Manakala orang tidak mengenal sejarah maka akan terjadi miskonsepsi yang akan membuat seseorang kurang memahami makna sustu peristiwa yang pernah terjadi.
Proklamasi 17 Agustus 1945 yang diperingati dan dirayakan kembali setiap tahun, adalah suatu kejadian besar yang kemudian menentukan jalannya sejarah bangsa Indonesia Proklamasi kemerdikaan 



(bersambung)






                               

Sabtu, 30 Januari 2016

Takdir Cinta

Ceritera ini fiksi, kalau ada kesamaan nama, tempat dan lainnya dibuat hanya
kebetulan, entri ini sambungan dari entri 20
Oleh: Ramli Nawawi

21. MENAPAK PERJALANAN CINTA
Selesai mandi dan shalat Asar Ana duduk santai di kursi tamu rumahnya. Ana baru membuka Majalah Wanita yang baru dibelinya di jalan waktu pulang mengajar di sekolahnya.  Baru sempat membaca judul naskah yang akan dibacanya, Ana ada mendengar salam dari teras rumahnya. Alaikum salaam, sahut Ana sambil bangkit dari kursinya dan menuju pintu rumahnya.
”Alhamdulillah, kejutan banget niih”, pukau Ana melihat Ali yang sudah berdiri di depannya.
”Tapi tamunya diterima enggak nih”, sapa Ali.
“Ya, kalau enggak you, aku tanya dulu cari siapa”, sahut Ana.
“Udah, masuk dulu”, sambung Ana sambil membimbing tangan Ali menuju kursi panjang yang biasa mereka duduk berdua.
“Enggak marah ya Na tidak bisa datang sesuai janji”, pancing Ali.
“Kan you sudah beri kabar, marahnya tu kalau you lengket dengan siswi yang you pilih untuk mengisi acara pertemuan malam seni itu Li”, tegas Ana.
“Enggak laaah, Ana sayang”, goda Ali sambil merapatkan duduknya ke Ana.
’Percaya seratus persen”, cetus Ana.
”Nah gitu dong”, sahut Ali.
”Sebentar Li, aku beri tahu mama kalau tamu yang datang sore-sore ini tunangannya Ana, nanti dikira mama orang lain”, sentil Ana.

Selang beberapa menit Ana sudah kembali sambil membawa baki yang berisi dua gelas teh dan toples kue seperi biasa.
”Masih suka minum teh manis kan Li”, goda Ana sambil meletakkan cangkir teh di meja depan Ali.
”Tehnya tetap manis, dan sore ni Ana nya juga lebih manis, dan sejak tadi aku lihat you tampak segar bugar Na”, balas goda Ali.
”O betul ya Li, kan Ana mulai Minggu istirahat di rumah, hari ini Senin juga santai di rumah, kan sudah libur, Kamis sudah mulai puasa kan Li”, jelas Ana.
”Gimana enggak bahagia nih kalau punya tunangan seperti you Na”, sanjung Ali.
”Sudah lah pujiannya, ayu minum Li”, ajak Ana  sambil membukakan toples kue untuk Ali.
”Mama ada Na”, tanya Ali.
“Ada, tadi sudah aku bilang dengan mama, kalau yang datang tu Ali. Mama hanya bilang, sekolahnya sudah libur juga ya”, gitu aja terang Ana.
”Lalu apa you bilang”, tanya Ali.
”Aku bilang ”ya ma”, gitu aja sambil aku siapin teh nih”, jelas Ana lagi.
”Naah sekarang ceritera Li”, sambung Ana, ”gimana  nih you bisa datang  agak sore, tak bawa kendaraan juga”, pinta Ana.
”Sejak tadi aku mau jelasin, mengapa menemui you diwaktu sudah sore gini, tapi you seperti sudah maklum”, bilang Ali.
Ana hanya senyum menanggapi ucapan Ali.
”Iyakan Na”, cetus Ali.
“Baru turun dari bus rombongan wisata yang menuju ke Barabai kan Li”, sungka Ana.
”Nah benar kan Na, intuisi you tu banyak tepatnya”, ujar Ali.
”Intuisi pilih siswi pengisi pertemuan malam seni....”, cetus Ana.
”Kalau yang itu salaaaahh”, tukas Ali.
”Alhamdulillah”, tukas Ana.

Sudah tak terasa  Ali menamu di rumah Ana sudah sejam lebih. Bunyi guntur tanda-tanda akan turun hujan sejak kurang lebih setengah jam yang lalu sudah mulai kedengaran gerimis.
”Tadi aku rencana pinjam kenderaan you untuk ke rumah di kampung. Besok pagi aku kembalikan sekalian mau pergi ke Barabai”, jelas Ali.
”Kan sudah libur Li, ngapain ke Barabai lagi”, tukas Ana.
”Kendaraan aku kan masih di Barabai sayang, juga Raport semesteran baru dibagi Rabu lusa, manisku”, goda Ali.
”Boleh enggak besok aku ikut ke Barabai bersama you”, balas goda Ana.
”Boleh enggak oleh mama”, desak Ali.    
Belum sempat Ana bicara, ibunya Ana masuk kamar tamu menyapa Ali.
”Nak Ali baru pulang dari Barabai ya?”, tanya ibunya Ana.
”Bukan ma, pulang dari Banjarmasin kemaren ikut rombongan sekolah, tadi turun dari bus tidak ikut langsung ke Barabai”, jelas Ali.
”Oh gitu..., sudah hujan nih, kalu mau ke belakang silakan Li”, tawar ibu Ana.
”Enggih ma”, jawab Ali, bersamaan dengan kembalinya ibunya Ana ke ruang tengah.  
”Kayanya mama menawarkan kalu you mau shalat Ashar Li”, duga Ana.
”Oh bilang Na sama mama, tadi shalat Asarnya waktu mampir di Masjid kota Rantau Na”, jelas Ali.
”Kalau gitu aku ke dalam dulu Li”, cetus Ana.
”Anu ma ”, bilang Ana kepada ibunya:” Ali tu tadi ikut rombongan sekolahnya pulang dari Banjarmasin, tapi sampai sini tidak ikut langsung ke Barabai, mau pinjam kendaraan Ana nginap di rumahnya dan besok baru ke Barabai naik bus”, jelas Ana.
”Oo gitu, mama hanya nawarkan jangan-jangan nak Ali mau ke belakang tapi sungkan”,  bilang ibunya.
”Mungkin nanti kalau dia perlu pasti bilang sama Ana, katanya tadi shalat Asarnya  juga sudah waktu mampir di masjid kota Rantau”, jelas Ana lagi.
”Kalau masih hujan gini jangan biarkaan Ali pergi dulu”, pesan ibunya.kepada Ana.
”Baik ma”, bilang Ana pendek sambil kembali ke ruang tamu menemani Ali.

Kini Ana duduk kembali di kursi mengambil posisi berhadapan dengan Ali. Sementara di luar hujan masih cukup deras.
”Bicara apa Na sama mama”, tanya Ali.
“Aku bilang you tu mau pulang ke rumah you, besok baru ke Barabai, Ashar tadi sudah di masjid Rantau”, jelas Ana.
“Bilang juga mau pinjam kendaraan you kan?, bilang Ali.
”Sudah, tapi mama bilang kalau masih hujan jangan pergi”, ujar Ana.
”Kalau hujannya enggak reda-reda”, tukas Ali.
”Pokoknya pesan mama jangan pergi”, tegas Ana.

Jam di dinding ruang dalam rumah Ana terdengar berdentang enam kali. Waktu Magrib di kota Kandangan bertepatan dengan pukul 18.30, berari kurang lebih setengah jam lagi waktu shalat Magrib tiba.
”Li, you dari Banjarmasin, nginap di sana dua malam, kok enggak bawa tas pakaian?”, tiba-tiba tanya Ana.
”Bawa Na, tuh aku tingal di teras”, jawab Ali.
“Lo aku enggak lihat tadi”, tukas Ana.
”Itu karena sebelum aku ucap salam sudah kutaruh di sana”, jelas Ali.
”Kalu gitu aku ambil nih”, bilang Ana sambil bangkit langsung ke teras, dan masuk menjinjing tas punya Ali.
”Apa nih isinya”, sambung Ana sambil meletakkannya di kursi samping Ali.
”Enggak apa-apa hanya sarung dan pakaian lainnya”, ujar Ali.
”Kalu gitu nih sesuai tawaran mama tadi, you silakan ke kamar mandi, ganti pakaian, kalau mau shalat jamaah dengan aku boleh”, tawar Ana.
”Tawaran mandi dan ganti pakaian boleh, shalat Magribnya silakan duluan”, kata Ali.
”Shalat jamaahnya kalau sudah nikah nanti ya Li”, bilang Ana sambil ketawa.

Dengan membawa sarung dan pakaian penggati Ali mengikuti Ana menunjukkan kamar mandi. Sementara itu Ana yang mengambil wudhu dan langsung melaksanakan shalat Magrib. Selesai mandi dan ganti pakaian serta berwudhu Ali kembali ke kamar tamu. Ana yang sudah selesai shalat, mengamparkan sajadah di ruang tengah. Kemudian menunjukkan kepada Ali sajadah tempat melaksanakan shalat. Selesai shalat dan berdoa Ali kembali ke kamar tamu, di sana Ana sudah duduk  dan di meja sudah ada dua gelas teh panas manis untuk mereka berdua.
”Kapan buatnya Na”, bilang Ali melihat ada dua gelas teh panas.
”Aku hanya ngangkatnya yang buat mama”, bilang Ana.
”Nanti bilang sama mama Na, mama sangat baik, sangat perhatian sama Ali, karena itu tak mungkin Ali akan mengecewakan Ana anaknya”, bilang Ali spontan.
”Itu yang Ana inginkan Li, setiap akhir shalat Ana selalu berdoa agar perjalanan cinta kita sampai nanti telah nikah dan shalat kita berdua seterusnya juga akan berjamaah”,.kata Ana penuh harap.
”Alhamdulillah Na, hujannya kayanya mulai mereda”, ucap Ali.
“Tapi you enggak boleh pergi sebelum hujannya reda”, cegah Ana.
“Kalau enggak reda-reda gimana”, desak Ali.
”Nginap Li, ada kamar untuk you”, cetus Ana minta kesediaan Ali sambil bangkit dan duduk di kursi panjang di si samping Ali.
”Untuk Ana yang kucintai pasti Ali tak akan menolaK”, cetus Ali meyakinkan.

(bersambung)   
      

     

Kamis, 31 Desember 2015

sistem kekerabatan bubuhan




Sistem Kekerabatan Bubuhan
(disusun : Ramli Nawawi)
Pada masyarakat Kalimantan Selatan sistem kekerabatan yang berlaku adalah sistem bilateral, yakni kedudukan seorang suami dan isteri pada suatu keluarga adalah sama. Berbeda dengan sistem kekerabatan baik yang menurut garis ayah maupun garis ibu. Dalam masyarakat Banjar suatu keluarga yang baru membangun rumah tangga tidak harus terikat tinggal bersama pihak keluarga perempuan atau keluarga laki-laki. Tetapi diakui dalam bidang-bidang tertentu sistem kekerabatan di daerah ini menurut garis ayah, misalnya dalam hal wali untuk perkawinan seorang anak perempuan atau pembagian harta waris yang mengacu pada ajaran Islam.

Dalam masyarakat suku bangsa Banjar mengenal adanya kelompok yang sangat kuat kesatuannya. Hal ini masih dapat dirasakan atau ditemui hingga sekarang. Kesatuan itu biasa disebut dengan perkataan ”bubuhan”, rasa kesatuan dan sifat gotong royongnya kuat sekali.

Pengertian bubuhan kalau dalam ilmu antropologi sama dengan keluarga luas, yaitu suatu keluarga yang terdiri dari lebih dari keluarga inti yang seluruhnya merupakan sistem kesatuan sosial yang sangat erat yang biasanya tinggal dalam satu rumah atau satu pekarangan. Tetapi sejak zaman penjajahan  bubuhan-bubuhan tidak lagi tinggal dalam satu rumah atau pekarangan melainkan telah menyebar ke pemukiman yang saling berjauhan.

Biasanya seseorang yang terpandang, mungkin karena memiliki kekayaan atau kedudukan yang tinggi dalam kehidupan sosial masyarakat kemudian dipakai menjadi nama bubuhan, misalnya bubuhan Muhammad Arsyad Al Banjari, seorang ulama besar Kalimantan Selatan.

Diantara kelompok bubuhan ini ada yang percaya bahwa mereka dapat   menarik garis keturunan bilateral sampai pada tokoh zaman dahulu yang sulit ditelusuri silsilahnya dengan urut. Tokoh tersebut dipercaya menurunkan Sultan-Sultan Banjar atau seorang pejabat kesultanan.

Ada juga kelompok bubuhan yang mempunyai benda-benda pusaka yang menjadi lambang keunggulan, atau sumber air keramat yang berfungsi menghubungkan bubuhan mereka dengan tokoh tertentu melalui ceritera atau legenda. Misalnya legenda sumur datu, dipercaya sebagai tempat Datu Taruna menyimpan harta pusaka.

 Sekarang konsep bubuhan ini berkembang lebih luas lagi menjadi ikatan bubuhan daerah asal. Misalnya bubuhan Kandangan, bubuhan Rantau,  bubuhan Barabai. bubuhan Amuntai, Bubuhan Tanjung, dan lainnya berdasarkan daerah tempat mereka lahir dan dibesarkan. Bahkan bagi mereka yang tinggal atau bermukim di perantauan tetap mengaku sebagai ”bubuhan orang Banjar”, yang terhimpun dalam suatu organisani kerukunan keluarga Banjar di daerah mereka bermukim. (HRN).  

Rabu, 30 Desember 2015

amalan yang dapat memasukkan seseorang ke syorga




AMALAN YANG DAPAT MEMASUKKAN SESEORANG KE SYORGA
(Hadits Bukhari-Muslim)
Dari Abu Hurairah ra,: Bahwa seorang Arab desa (Badui) telah mendatangi Nabi saw, lalu bertanya: Ya Rasulullah, tunjukkanlah aku akan amalan (perbuatan atau ibadah yang jika aku mengerjakannya (dengan baik) dapat memasukkan aku ke syorga. Nabi saw, menjawab: Hendaklah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya akan sesuatu, engkau hendaklah bershalat, memnunaikan zakat yang diwajibkan serta berpuasa Ramadhan. Orang itu lalu mengatakan: Demi diriku yang di tangan (kekuasaan Allah) sungguh aku tidak akan menambah selain ini saja. Dan ketika orang itu telah pergi. Maka bersabdalah Nabi saw,: Barang siapa yang berkeinginan untuk melihat laki-laki dari penduduk syorga itu maka lihatlah orang itu. (HR. Bukhari-Muslim).

Senin, 30 November 2015

UPACARA ARUH GANAL



UPACARA ARUH GANAL

(dokumentasi retual suku Bukit Desa Pipitak Jaya)

Oleh: Ramli Nawawi

Upacara ini disebut Aruh Ganal. Aruh ada kaitannya dengan kata ruh, dan ganal artinya besar. Maksudnya adalah upacara selamatan besar untuk  memuja para ruh, menghormati para ruh nenek moyang, ruh leluhur, ruh kayu-kayuan, ruh tumbuh-tumbuhan, ruh binatang ternak, ruh segala hantu, dan ruh segala macam pengganggu manusia dan kehidupan manusia.
Upacara Aruh Ganal ini diadakan sehubungan dengan telah berhasilnya panen yang baik dengan hasi yang lumayan, serta keselamatan seluruh warga desa sekitarnya. Meskipun upacara ini berhubungan dengan para ruh, tetapi tidak ada hubungannya dengan kematian, karena upacara ini bukan upacara kematian. Upacara lebih mendekati pada upacara kesyukuran  dengan cara mengundang para ruh leluhur dan ruh-ruh  pengganggu untuk diberi sesajin..
Jadi upacara ini merupakan rasa kesyukuran karena para ruh leluhur penjaga desa telah menjaga mereka dari segala macam mara bahaya, dan upacara ini juga merupakan harapan agar para ruh jahat pengganggu jangan mengganggu kehidupan mereka.
Warga Pipitak Jaya yang mendiami desa yang terletak di dataran tinggi Pegunungan Meratus dalam wilayah Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan ini umumnya masih menganut kepercayaan lama yakni kepercayaan Kaharingan. Sementara ada yang memeluk agama Isalam dan Protestan umumnya dari warga pendatang.
Kehidupan bermasyarakat diatur oleh lembaga adat yang dikepalai oleh seorang Ketua Adat dan dibantu oleh Penghulu Adat. Ketua Adat berperan menjaga kelestarian adat secara umum, sedangkan Penghulu Adat yang juga sebagai seorang Balian berperan dalam kegiatan upacara tradisional seperti Aruh Adat tersebut.
Tugas seorang Balian juga berperan mengurusi perkawinkan warga desa. Sementara apabila terjadi pelanggaran adat akan diputuskan oleh rapat adat yang diketuai Kepala Adat yang juga akan memutuskan hukuman pelanggaran adat tersebut.

(bersambung).       









     

TAKDIR CINTA (20)



TAKDIR CINTA
Ceritera ini fiksi, kalau ada kesamaan nama, tempat dan lainnya dibuat hanya kebetulan, entri ini sambungan dari entri 19 
Oleh: Ramli Nawawi

20. CITRA CINTA
Seminggu sudah berlalu Ali disibukkan menempuh ujian ulangan umum semua  mata pelajaran yang telah diterima  selama enam bulan semestran pertama. Ulangan umum selama seminggu dengan setiap hari menghadapi materi soal-soal dua mata pelajaran yang dijadwalkan, telah membuat Ali terkonsentrasi untuk segera ingin tahu hasilnya. Kalau dari hasil jawab ulang yang dilakukan Ali dari soal-soal ulangan yang diceknya dengan catatan yang pernah diterimanya, hasilnya menurut Ali semuanya umumnya baik, kecuali untuk mata pelajaran bahasa Inggris, Ali merasakan ada kekurangannya.

Di minggu ketiga ini Ali dan juga kawan sekolahnya sama–sama santai di rumah kost masing-masing menunggu penyerahan  buku raport hasil ulangan umum yang telah mereka lakukan.

Baru dua hari Ali santai di rumah kostnya, pagi hari ketiga ada  tamu kawan sekelas Ali datang menemuinya. Ali diajak ke sekolah untuk menghadiri rapat Pegurus OSIS. Dalam rapat yang berlangsung hari itu, Ali  dimintai pendapat oleh Ketua OSIS menanggapi ada usulan  beberapa  anggota pengurus OSIS lainnya tentang keinginan melakukan kunjungan persahabatan ke Sekolah Guru di Banjarmasin.

“Aku mendukung saja”, bilang Ali pendek.
Dukungan Ali ini ternyata diikuti oleh semua anggota pengurus OSIS lainya Karena itu Ketua Pengurus OSIS di sekolahannya memutuskan  akan berangkat melakukan kunjungan persahabatan tersebut pada hari Ahad minggu depan, persis di awal bulan depan ini. Ali sadar kalau hari Minggu depan ini ia ada janji dengan Ana akan memenuhi permintaan Ana untuk menemuinya.

Sehabis rapat masing-masing anggota pengurus OSIS mendapat bagian tugas yang harus diurus dan dipersiapkan untuk kelancaran kunjungan persahabatan tersebut. Sebenarnya Ali sehabis rapat nanti berencara menemui Ketua OSIS untuk minta izin tidak akan ikut dalam perjalanana wisata ini. Tetapi keinginnannya itu terpaksa dibatalkannya karena Ali mendapat tugas untuk menyiapkan beberapa siswa yang bisa mengisi acara kesenian pada malam pertemuan dengan siswa-siswi sekolah yang dikunjungi nanti.

Rapat yang dilaksanakan hari Selasa itu kemudian membuat Ali pada malamnya bergegas membuat surat untuk Ana bahwa ia terpaksa tidak bisa datang menemuinya.
”Ana sayangku, aku harap you tidak marah ya kalau aku terpaksa banget tidak bisa memenuhi janjiku sesuai permintaan you bulan lalu”, bunyi kalimat pertama surat Ali.
Surat yang diposkan Ali pada pagi Rabu itu sudah ada  di meja belajar Ana yang ada di kamarnya, ketika Ana pulang mengajar pada hari Jumat siang.
”Nanti hari Sabtu ini sekolah mengadakan kunjungan persahabatan ke Sekolah Guru di Banjaramasin, sebenarnya aku sudah berencana minta izin untuk tidak ikut, tapi Ketua OSIS minta aku menyiapkan siswa-siswi yang akan mengisi acara malam kesenian yang akan diadakan malam Minggu itu”, jelas bunyi surat Ali.
”Resiko ya Li jadi Ketua Seksi Kesenian”, gumam Ana menanggapi bunyi surat Ali.
”Na, rombongan pulang rencana pada pagi Senin karena pada hari Minggunya ada pertandingan Persahabatan basket dan voly”, sambung surat Ali.
”Ngga apa-apa Li, tapi nggak lingkit dengan siswi yang kau pilih untuk nyanyi atau deklamasi itu kan”, gumam Ana menghawatirkan.
”Ana sayang cukup yaaa, aku pasti segera datang  sehabis kembali di Barabai nanti, kan Senin nanti  you sudah libur mengajar juga kan?,  ”Dari yang mencintai you ”. Tanda tangan – Ali”, tulis Ali menutup suratnya..
”Aku ngerti Li, dan you sudah memberi tahu, aku sudah bangga, dan tetap selalu mencintai you Li”, gumam Ana sambil melipat surat Ali dan memasukkan ke amplopnya.         
Ketika Ana keluar kamar berjalan menuju tempat wudhu untuk melaksanakan shalat Zuhur, ia berpapasan dengan ibunya yang keluar dari ruang bagian dapur.
”Ada tadi Na surat kuletakkan di meja di kamarmu”, sapa ibunya Ana.
”Sudah saya baca ma”, sahut Ana pendek.
Ibunya Ana tidak tanya lagi tentang surat itu, dan Ana juga langsung menuju tempat wudhu. Selesai shalat Ana  keluar kamarnya maksud menemui ibunya. Ketika Ana  melihat ibunya sudah duduk menghadapi meja makan, tanpa mendengar ada ajakan ibunya untuk makan Ana langsung saja duduk berhadapan dengan ibunya. Sementara ibunya Ana sudah mulai menyenduk nasi ke piringnya.
”Ana sudah agak lapar ni ma”, cetus Ana sambil mulai menyenduk nasi ke piringnya.
“Ya makan nya jangan lupa Bismillah”, diingatkan ibunya.
“Ya ma”, jawab Ana pendek.

Walau ibunya Ana tahu kalau surat yang datang itu dari Ali, tapi sudah biasa  ibunya Ana tidak ingin tahu apa isi surat dari Ali tersebut. Kecuali Ana yang bilang biasanya kepada ibunya, bahwa Ali bilang dalam suratnya kalu ia baik-baik saja.

Dalam kesempatan makan bersama ibunya ini, Ana bilang kalau hari Sabtu nanti hari belajar terakhir, mulai Ahad dan seterusnya akan libur panjang bersamaan dengan libur bulan puasa Ramadhan.

“Kalau gitu nanti kamu yang banyak kerja bersama ibu siapin macam-macam
selama bulan puasa”, ujar ibunya.
“Siap ma, dan nih habis makan mama istirahat aja, Ana beresan ma”, tanggap Ana. 
(bersambung)