Senin, 31 Agustus 2015

TAKDIR CINTA



TAKDIR CINTA

Oleh: Ramli Nawawi

(Ceritera ini fiksi, kalau ada kesamaan nama, tempat dan lainnya dibuat hanya kebetulan, entri ini sambungan dari enteri 18

19. JANJI KESETIAAN CINTA

“Li, you mau dengar ceritera, nggak”, bunyi  kalimat pertama surat Ana, begitu Ali membacanya setelah mengeluarkan dari amplopnya. Surat yang dialamatkan ke rumah kostnya Ali itu, tadi setelah diterima ibu kostnya kemudian diletakkannya di atas meja belajar di kamar Ali. Begitu Ali masuk kamar sepulangnya dari sekolah, ia melihat surat Ana dan langung membukanya dan membacanya.

”Kalau aku nembak langsung dengan pertanyaan, tanpa salam cinta dan sayang segala, ayoo terka mengapa?. Kalau you kan juga pernah datang menemui aku tanpa berita lebih dulu, sengaja sekali-sekali buat kejutan, you bilang”, bunyi surat Ana.

Ali senyum setelah membaca kalimat kedua dari surat Ana tersebut. ”Maksud Ana dalam suratnya ini yang langsung nembak tanya tanpa didahului salam cinta dan sayang ini, sepertinya sama dengan kedatangan aku menemui dia tanpa kabar lebih dulu”, gumam Ali.
    
”Ceriteranya...?, nanti dulu. Sibuk ya Li,  tapi nggak lupa kan janjinya akan datang pada hari Minggu di awal bulan depan ini”, tanya Ana dalam suratnya.
”Pasti nggak lupa lah.....Ana sayang”, gumam Ali.

”Aku selalu berdo’a Li untuk you dan untuk kita, semoga selalu diberi kesehatan, mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan tugas kita, dan yang juga penting semoga selalu dilindungi dan sanggup menghindar dari godaan-godaan”, harap Ana..

Surat Ana yang saat itu dibaca Ali hanya satu lembar, tidak seperti biasanya sekurangnya ada dua lembar. Dalam surat Ana kali ini ia menulis tentang kecurigaannya kalau surat Ali yang diterimanya terakhir tampaknya sudah dibuka dan dibaca seseorang sebelum disamapaikan ke alamat rumahnya.
”Bagian tutup amplopnya tampak agak kotor dan sudah tidak rapi”, tulis Ana.”Dulu juga aku pernah terima surat dari you yang keadaannya serupa. Nggak apa-apa Li kalau memang ada orang iri sama kita dan bisa melakukannya, kan dalam surat kita tak ada yang sangat rahasia dan merugikan orang lain”, jelas Ana dalam suratnya.

Selebihnya dalam surat Ana yang ditulisnya di selembar kertas buku tulis tanpa timbal balik itu,.Ana hanya menulis bahwa ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh perwakilan kedua pihak keluarga mereka.
”You mau kan tahu sampai dimana hasilnya?, ya datanglah dulu baru nanti aku ceritera”, tulis Ana lagi dalam suratnya.
”Tahu nih, kangen mau ketemu kan, sama saja Na memang sebulan saja tak bersama dengan you sudah terasa sangat lama”, gumam Ali.
”Yang pasti surat ini tak perlu dibalas, you kutunggu hari Minggu depan ini seperti biasa di rumah”, tulis Ana menutup suratnya, dan mencantumkan tanda tangan di bawah tulisan: Cium mesra dari kekasih you, Ana.

Selesai membaca surat Ana tersebut, Ali memasukkan surat Ana kembali ke amplopnya dan menyimpannya di map khusus surat-surat dari Ana.
”Aku akan datang hari Minggu ini menemui you Ana sayangku”, janjinya Ali.

Ali kemudian melepas pakaian sekolahnya, dan menggantinya dengan pakaian kebiasaan pakaian rumah. Kemudian keluar kamar menuju tempat wudhu. Di atas meja makan Ali melihat hidangan makan siang untuknya sudah disiapkan ibu kosnya. Ibu yang ada di ruang dapur melihat Ali berjalan menuju tempat wudhu, mengingatkan Ali:
”Li makan siang kamu sudah siap tuh”, ujar ibu kost.
”Ya bu sebentar mau shalat dulu”, jawab Ali.

Selesai shalat Zuhur dan berdoa, Ali keluar kamar untuk makan siang. Waktu Ali sedang makan tersebut, ibu kost menyapanya.

”Li, tadi tukang post mengantar surat, alamatnya untuk kamu jadi ibu letakkan saja di atas meja di kamarmu”, ujar ibu kost memberitahukan.
”Ya bu, sudah saya baca bu”, sahut Ali.
“Dari Ana kan Li, tetap berlanjut saja ya Li”, komentar ibu kost.
”Kok ibu tahu”, sahut Ali.
“Kan ibu sering terimakan surat untuk kamu yang diantar tukang post, pengirimnya kan selalu Ana”, jelas ibu kost.
”Teman lama bu sejak di sekolah yang dulu di Kandangan”, jelas Ali juga.
”Nah Li kalau kamu sudah punya pilihan, apalagi sudah saling janji, pesan ibu nih hati-hati, banyak gadis cantik lu disini, jangan kau hianati Ana yang juga mencintai kamu itu”, pesan ibu kostnya Ali.
”Ya bu, Insyaalah, semua teman-teman perempuan di sekolah bagi saya tidak lebih dari teman biasa”, janji Ali.
”Ya ibu hanya mengingatkan”, ujar ibu kost mengakhiri pembicaraannya.

Setelah selesai makan siang tersebut Ali masuk kamar. Sebentar membaca  daftar pelajaran untuk hari Senin lusa, kemudian ia menyiapkan buku-buku sesuai jadwal mata pelajaran untuk hari Senin tersebut. Selesai menumpuknya di atas meja belajarnya, Ali merebahkan diri di divan tempat tidurnya. Sudah kebiasaan Ali menyiapkan buku-buku untuk pelajaran hari berikutnya, termasuk pada malam harinya membaca mengulangi materi-materi pelajaran yang telah diajarkan gurunya.

”Surat Ana tadi mengingatkan aku, memang bulan lalu ketika aku bertamu ke rumahnya ada kesepakatan aku akan datang pada hari Minggu pertama di bulan depan ini.menamu ke rumahnya. Katanya ia akan ceritera perkembangan kesepakatan antara kedua pihak orang tua kami. Memang Ana bilang akan selalu mengikuti perkembangan lika-liku menuju kesepakatan pertunangan kami, dan ia janji akan ceritera  kepadaku. Ada juga tercetus  keinginan Ana yang maunya bisa selalu bersama dalam waktu cukup lama, maka aku janji akan datang pada hari minggu bulan depan ini. Walau pun sebenarnya Minggu pertama bulan depan nanti akan ada libur sementeran dan juga bertepatan dengan libur bulan suci Ramadhan. Yang ingin selalu lama kita bersama tersebut bukan you saja, sama Na aku juga”, renung Ali sambil tiduran di divan tempat tidurnya. Renungan Ali mengingat berbagai peristiwa manis yang dialaminya bersama Ana, berakhir dengan datangnya kantuk yang membawanya terlelap di sore hari Sabtu awal bulan tersebut

Pada pagi hari Minggu sesuai dengan janjinya juga sesuai bunyi suratnya Ana, Ali sengaja bangun lebih awal dari hari biasa. Maklum hari ini ia akan menyempatkan ikut naik bus keberangkatan pertama jurusan Barabai-Banjarmasin. Kemaren Ali sudah bilang kepada ibu kostnya kalau pada hari Minggu ini ia akan pulang kampung menemui orang tuanya dan akan kembali sore itu juga. Karena itu sebelum jam tujuh pagi ibu kost sudah menyiapkan sarapan pagi untuk Ali. Sehingga tanpa tergesa-gesa semua kegiatan rutinitas pada waktu pagi termasuk kewajiban agamanya ia selesaikan dengan nyaman.tanpa merasa terbebani. Belum jam tujuh pagi Ali sudah berada di stasiun bus, sehingga Ali bisa segera naik bus yang jadwal keberangkatan pukul 07.00 pagi.

Demikian juga dengan Ana yang yakin bahwa Ali akan datang pada hari Minggu ini, pagi itu dilaluinya dengan kegiatan pagi yang menyenangkan. Pagi itu memang pagi ceria bagi Ana, karena selain seseorang yang selama ini mencintai dan dicintainya akan datang dan bersamanya, juga kegembiraan dengan berita resminya pertunangna mereka yang akan disampaikannya sendiri kepada Ali.

Kurang beberapa menit jam 09.00, ketika bus sampai di perempatan Jalan Pos, Ali minta bus berhenti, dan ia turun di tepi jalan tersebut. Hanya dengan berjalan sekitar 40 meter memasuki Jalan Durian ke utara, Ali sudah memasuki pekarangan luas rumah Ana.

Ana  satu jam yang lalu sudah siap menanti Ali. Ada perasaan  rindu yang sempat dirasakan Ana, sehingga ia menulis surat yang diterima Ali mengingatkan kalau Ali janji akan datang pada awal bulan ini Sudah biasa juga Ana selalu ingin tampak cantik dalam penampilannya, sehingga untuk bersama dengan Ali ia sengaja ingin terlihat lebih cantik khusus untuk orang yang dicintainya. Ana masih berada di kamarnya. Ada lemari kaca baru di kamar Ana sejak seminggu yang lalu. Lemari ini khusus berisi beberapa macam barang yang terdiri dari pakaian, selendang, hingga sendal dan asesores-asesores lainnya lengkap yang umum biasa disebut sebagai barang ”patalian” bagi mereka yang resmi bertunangan. Ana sekali-sekali melerek barang-barang tersebut. Sementara di jari kelengkengnya tangan kirinya melingkar cincin emas yang di bagian dalamnya ada tulisan nama Ali.

Sementara Ana masih terlena dengan ingatan bagaimana keluarga Ali sepuluh hari yang lalu, datang ke rumahnya membawa beberapa bungkusan berhias berisi barang-barang patalian, yang disambut oleh beberapa orang dari pihak keluarganya, ketika pandangannya tertuju ke jam dinding di atas meja belajarnya yang menunjukkan hampir jam sembilan, ia bergegas ke ruang tamu. Kebetulan bersamaan itu Ana melihat dari jendela depan, ada seseorang masuk pekarangan rumahnya. Memang ketika ia membuka pintunya rumahnya Ali sudah berada di depan teras rumahnya.

Begitu kedua mata mata mereka bertemu, tak satu dari kedua mereka saling menyapa. Ana yang biasa begitu ramah menyapa kedatangan Ali, atau Ali dengan sapaan goyonnya bertanya apa ia boleh masuk, tapi pertemuan keduanya kali ini diawali dengan saling senyum penuh cinta. Ketika Ali telah berada di teras dan masih sama membisu, Ana langsung membimbing tangan Ali kemudian duduk berdampingan di kursi tamu panjang yang juga sering mereka tempati berdua.      
”Lagi puasa ya Na”, tanya Ali melihat cara Ana menyambut kedatangannya saat ini.
Ali memperhatikan Ana hari itu memang tampak dandanannya lebih cantik dari biasa..Juga matanya tampak biasa ceria. Karena Ana memandangnya tidak lebih dari senyum manis karena itu tertlontar pertanyaan Ali kalau Ana sedang puasa.
”Nggak Li, hari ini sengaja aku ingin you yang lebih dulu bertanya sesuatu”, jawab Ana.
“Oh ya, ingat nih, mengapa nembak langsung tanpa salam cinta dan salam sayang,  surat yang datang”, kata Ali mengulang bunyi awal surat Ana.
”Nah itu Li sayang pertanyaan yang kutunggu, mengapa aku tak bicara dulu”, cetus Ana.
”Ya maaf ya Ana sayang, you sangat cantik pagi ini, ceritera dong manis’, goda Ali sambil merapatkan duduknya ke samping Ana.
”Betul nih ingin tahu”, sahut Ana sambil menatap mata Ali.
Begitu selesai pertanyaan Ana, sebelum menjawab Ali mencium pipi kanan Ana yang licin kemerahan. Ana hanya diam.
”Sudah sampai mana kesepakatannya ya Na”, bilang Ali ingin mengetahui ceriteranya Ana.
”Lihat apa ini Li”, cetus Ana sambil memperlihatkan cincin emas yang melingkar di jari manis tangan kirinya.
Ali yang sejak tadi belum sempat memperhatikan ada cincin di jari manis Ana, langsung terpikir apa ia itu cincin pertunangan mereka.
”Jadi sudah resmi?”, ucap Ali setengah ragu.
“Nih jawabnya Li, mau cium pipi aku yang sebelahnya kan”,  bilang Ana sambil menatap mata Ali dan memiringkan pipi kanannya kepada Ali.
Ali tidak langsung mencium pipi Ana, ia langsung merangkul Ana, dan baru kemudian  mencum pipi kanan Ana.
”Jadi begini ceriteranya Li, semuanya baru tuntas hari Minggu yang lalu. Sementara  pertemuan dan kesepakatan-kesepakatan antara mama dengan tante you Ramlah semua itu berlangsung sewaktu aku sedang tidak ada di rumah lagi masih mengajar. Selama ini mama juga paling bilang tadi tantenya Ali datang, kita sudah beresin pesan cincin. Hari lain bilang sudah beresin kesepakatan antaran patalian”, jelas Ana.
”Syukur Na, itu artinya orang tua kita sepenuhnya merestui kita”, tanggap Ali
”Tapi nih di rumah you ada lu cincin seperti ini. Kalu ini di bagian dalamnya ada nama you, yang itu nama aku. Ya ngerti aja Li untuk you tak perlulah selalu dipakai di jari, nggak usah di pakai ke sekolah, hanya untuk momen-momen lainlah”, pinta Ana.
Kalau you ke sekolah mengajar pakai nggak Na”, sungka Ali.
”Kalu aku setiap pergi  ke manapun pasti pakai cincin ini Li”, tegas Ana.
”Mantap you Na”, puji Ali.
”Pasti Li”, jawab Ana dan kini Ana yang mencium pipi kanan Ali,  .

”Li, sebentar ya aku ambil minuman”, bilang Ana sambil bangkit dan masuk ke ruang dalam.
Sebentar juga Ana sudah kembali membawa minuman seperti biasa, dua gelas teh dan satu stoples kue.
”Mama nggak ada di rumah,  biasa kalau lagi tak ada kegiatan main ketempat kakak, disana rami Li ada keponakan-keponakan, tadi jam delapanan lebih setelah nyiapin untuk makan siang seadanya lalu pergi. Dekat jadi jalan kaki aja”, jelas Ana..
”You bilang kalau aku akan datang menamu”, tanya Ali.
”Kalau nggak sangat perlu, walau you sudah janji akan datang, aku nggak bilang sama mama takut you nggak datang, kalu suda ada baru aku bilang”, jelas Ana lagi.
”Ternyata untuk berbuat you selalu pakai pertimbangan, salut aja nih”, puji Ali.
”Sudah lah Li, muji terus nih hari ini”, sahut Ana
”Ayo minum dulu sama-sama, kuenya juga, sudah itu kita pergi...., maunya kemana Li”, sambung Ana.
”Jalan ke luar..., tapi nanti mama datang rumah dikunci, tanpa minta izin lagi, gimana?”, Ali kasih pertimbangan
”Kunci rumah?, setiap pergi mama selalu bawa kunci double. Tentang izin?, kalau pergi dengan you nggak pernah kan mama melarang”,jelas Ana.
”Okey, kalau gitu”, setujunya Ali.

”Sebentar Li, tunggu ya.....”, bilang Ana sambil berdiri untuk masuk kamar.
Hanya sebentar Ana kembali ke kamar tamu dengan dandanan lebih cantik.
”Tampak cantik ni nanti di mana-mana ditaksir orang lho”, komentar Ali.
“Nggak lah Li, kan sudah you yang punya. Ayo Li, pergi yu”, ajak Ana
Ali menuruti ajakan Ana. Setelah mereka di teras, Ana mengunci pintu depan rumahnya.  Ali mengambil kenderaan Ana yang sudah sejak tadi diparkir di samping rumah depan papilyon rumah.

Ketika keduanya sudah berada di atas kedaraan, belum ada bicara soal tujuan.
”Kelilingnya area mana Na”, tanya Ali.
“Terserah you Li”, jawab Ana pendek.
”Sekarang aku ajak cari makan aja deh”, tukas Ali.
”Masa Li, di rumah aja nanti, pasti mama selalu siap dengan makan siang”, sahut Ana.
”Sekali-sekali bolehkan makan berdua bukan di rumah”, pinta Ali.
”Tapi bukan nggak pernah kan Li”, Ana mengingarkan.
”Kalau dulu status kita berdua beda dengan sekarang, hari ini kita berdua sudah resmi bertunangan’, jelas Ali.
”Oky, dimana Li”, sahut Ana singkat.

Ali menghentikan jalan kendaraannya, tidak jauh dari kerumunan orang yang mau menonton pemutataran film hiburan hari Minggu di salah satu bioskop di kota Kandangan.
”Pilih Na, selesai makan nonoton film, atau selesai makan menemani aku ke kampung sebentar nemui orang tua”, Ali menawarkan pilihan kepada Ana.
”Pilih yang kedua, untuk you demi orang tua”, Ana memutuskan pilihan tanpa ragu.
”Makasih Na, sekarang pilih lagi: masakan ikan, soto Banjar,  ketupat Kandangan, atau ada usul yang lain”, tanya Ali lagi.
”Yang enak ringan aja”, sahut Ana.
”Apa itu Na”, tanya Ali.
“Soto Banjar”, kata Ana singkat.
”Setuju Na, soto Banjar dan sate ayamnya kan”, jelas Ali.
”Okey bangat”, cetus Ana singkat.
”Kalau begitu kita berangkat ke Rumah Makan di Jalan Panglima Batur”,
”Pegang Na nanti you kececer di jalan, takut nanti you dikira belum ada yang punya, langsung diambil orang”, seloroh Ali.
Ana tidak menjawab, hanya bersamaan dengan berjalannya kendaraan, Ana berpengang ke pinggan Ali mulai dengan mencobitnya.
”Aduuh Na”, bilang Ali agak nyaring spontan tak sadar.

Sepuluh menitan kendaraan Ali sudah memasuki Rumah Makan yang menyediakan Soto Banjar dan sate ayamnya.
Karena hari itu baru hampir jam sebelasan pengunjung rumah makan hanya berisi tiga meja saja. Ali mengajak Ana menuju meja dekat dinding agak masuk ke dalam. Ali memesan dua porse besera sate ayamnya dan dua teh panas manis, yang diiyakan Ana, kepada pelayan yang mencatat menu pesanan mereka.

Selang lima menitan pesanan sudah siap dan diletakkan di meja mereka.
”Silakan..”, kata pelayan setelah selesai meletakan pesanan Ali.
”Makasih”, kata Ali singkat.

”Wah satu porse banyak ni Li”, komentar Ana sambil menyenduk kuah di piring soto yang dihadapinya.
”Tenang Na, takut gemuk ya, udah makan sebisa nya saja nggak apa-apa”, saran Ali.
”Kalu aku gendut you masih suka ya Li”, sungka Ana sambil mulai menikmati jenis makanan yang termasuk kesukaannya..
Ali yang sudah lebih dahulu menikmati makanan yang disebut soto Banjar ini,  tersedak mendengar ocehan Ana.
”Minum dulu Li”, saran Ana mendengar Ali kesedak.
”Banyak makan gendut?, nggak juga paling gemuk, kalu you sedikit tambah gemuk kan  tetap seksi, banyak  lu nanti yang melirik”, komentar Ali.
”Nggak ...nggak mau, dan tolong itu nanti you yang habisin satenya”, bilang Ana.
”Tenang Na, mari kita terusin dulu makannya”. ajak Ali.

Terakhir ternyata Ana masih mensisakan sotonya, sementara Ali bisa menghabiskan satenya yang masih tersisa karena lagi-lagi Ana hanya menyantap beberapa tusuk satenya.
”Bagaimana Na”, tanya Ali setelah mereka selesai menikmati soto dan sate pesanan Ali.
”Enak Li, tapi aku nggak bisa menghabiskan Li, bagiku  porsinya ternyata lebih dari cukup”, jawab Ana.
”Sudahlah nggak apa-apa. Mari yu Na”, ajak Ali.
Ali sebentar singgah di kasir. Setelah menyelesaikan pembayaranharga pesananya, Ali dan Ana ke luar rumah makan.
”Jadikan Na menemani aku sebentar ke kampung”, tanya Ali
”Jadi lah Li”, jawab Ana.
Dengan berboncengan kendaraan mereka meluncur ke kampung  menuju rumah orang tua Ali.  Selama di jalan keduanya tak banyak bicara. Jarak tujuh km sampai ke rumah orang tua Ali tidak lebih dari setengah jam.
”Sudah nyampai Na”, ujar Ali begitu kendaraan mereka berhenti di pekarangan rumah Ali.
”Sepi Li, jendela tertutup, lagi pergi ya”, komentar Ana.
Berdampingan dengan rumah orang tua Ali terdapat rumah saudara perempuan Ali.
Ali pergi ke rumah saudaranya, dan naik ke teras rumah yang pintunya terbuka.
”Assalamulaikum”, Ali mengucapkan salam.
”Alaikum salam”, terdengar jawaban dari ruang dalam rumah, bersamaan dengan munculnya saudara perempuannya.
”O.. Li, kamu datang”, sapa kakak perempuannya.
”Itu dengan Ana”, bilang Ali sambil menunjuk Ana yang masih berdiri dekat kenderaan di pekarangan rumah.
”Aduuh Li, sebentar aku ambilkan kunci rumah sebelah”, bilang kakaknya.
Setelah menyapa Ana  dan bersalaman , kakak Ali membukakan pintu rumah orang tuanya.
”Mau ke rumah aku, atau disini”, tanya kakak Ali.
”Disini saja”, bilang Ali sambil masuk dan membuka dua buah jendela tang tertutup.
”Baru kemaren Li, abah mama serta kakek dan nenek itu pergi ke Gambur Banjarmasin, kebetulan ada pesan supaya kesana karena padi sudah panen”, jelas kakak Ali.
Ana yang sejak tadi ikut masuk ber sama Ali dan kakaknya, ia duduk di kursi meja tulis punya Ali.    
”Ana mau ikut ke rumah sebelah?, ajak kakak Ali.
”Disini aja ka temani Ali, sebentar juga katanya tadi juga mau pulang”, jawab Ana.
”Kapan ka pulangnya abah mama, kakek nenek juga”, tanya Ali.
”Tak tahu, katanya kemaren sebentar saja”, jelas kakak Ali.    .
”Sudah ya aku ke rumah sebelah”, sambung kakak Ali.

Ali masuk ke ruang tengah dan menemukan lemari semua terkunci. Keadaan perabut rumah masih bersih karena baru saja ditinggalkan pergi. Ketika Ali kembali keruang tamu, ia masih duduk di kursi meja belajar membaca buku kecil catatan kepunyaan Ali.
”Ada catatan macam-macam nih”, komentar Ana.
“Kalu catatan-catatan yang ada di atas meja tu, tak ada yang rahasia”, bilang Ali.
“Jadi ada catatan-catatan  yang disimpan yang rahasia ya Li”, tukas Ana.
“Ada.....”, jawab Ali yang sedang berdiri dekat kursi duduk Ana.
”Tentang kita, atau tentang you  dengan pilihan lain ya Li”, sungka Ana.
”Tentang kita.... ya ada satu dua lah, tentang dengan pilihan lain....enggak punya pilihan lain kok”, jelas Ali.
”Tentang peristiwa kesalah pahaman  antara kita dulu kali, ada berapa catatan Li”, tanya Ana serius ingin tahu.
”Di dalam lemari meja ini banyak buku, ada juga kumpulan surat cinta you dulu, dan ada buku kecil seperti yang you baca itu, lemari dan laci meja tu terkunci tuh”,  jelas Ali.
”Catatan nggak enak itu mau tetap disimpan ya Li”, tanya Ana.
”Maunya you gimana”; tanya balik Ali.
”Kita kan sudah punya cincin nih”, bilang Ana sambil menunujukkan jarinya kepada Ali,”I ni tanda kita saling setia kan Li, jadi peristiwa-peristiwa lalu tentang kesalahpahaman dan sebagainya tu kita buang aja Li”, saran Ana.
”Pendapat brilian dari....bulan yang lalu pacar, hari ini sudah jadi tunangan......, pasti setuju Na’, jawab Ali.
”Tapi maaf ya manis....., karena lemari mama semua terkunci aku nggak bisa menemukan cincin untuk aku”, bilang Ali        
”Untuk you enggak pakai cincin, Ana tetap percaya yang katanya sejak dulu nggak punya pilihan lain”, ledek Ana,
”Nggak yakin ya Na”, tanya Ali.
“Kalau dulu memang ada, nggak apa-apa juga Li”, goda Ana.
”Tapi kalu dulu ada yan simpati banget mengapa ditolak Na”, balas goda Ali,
”Ya karena Takdir Cinta Nya memang hanya  untuk bersama Ali lah”, jawab Ana. 
”Alhamdulillah, ditakdirkan punya tunangan cantik lahir bathin”, ucapan syukur dari Ali.
”Tapi jangan lupa Ali gantengku, langkah cinta kita masih cukup jauh, karena itu pertunangan kita yang baru resmi ini perlu ada janji kesetiaan cinta di hati kita berdua”, ujar Ana.
Ana bangkit dari duduk dan berdiri di hadapan Ali, seketika mereka berpandangan dan kemudian berpelukan mesra.
”Li sudah pulang aja yu’, bilang Ana setelah saling melepas pelukannya,
”Ya..”, bilang Ali singkat.
Ali lebih dulu menutup jendela yang tadi dibukanya. Kemudian mereka keluar ke teras. Ali mengunci pintu rumah, kemudian menyerahkan kunci kepada kakanya di rumah sebelah.
”Sudah mau pulangan”, sapa kakak Ali.
”Ya ka”, jawab Ana pendek.
Ali mengambil kenderaan, sudah siap Ana duduk di boncengan, mereka kembali menuju kota dilepas oleh kakak Ali.

Selama di jalan baik Ali maupun Ana tak banyak bicara. Paling Ana kadang mengingatkan agar Ali hati-hati ketika ada kendaraan lain yang suka memotong jalan. Kurang dari setengah jam kendaraan mereka sudah memasuki pekarangan rumah Ana.

Sementara Ali memarkir kendaran ke samping rumah, Ana sudah mencoba membuka pintu depan rumahnya. Pintu masih terkunci, mama Ana masih dirumah kakak Ana.
”Masuk Na, mama kayanya belum pulang”, ujar Ana.
Gelas teh dan stoples kue yang tadi di hidangkan Ana masih ada di atas meja.
”Aku ganti sebentar tehnya”, kata Ana sambil membawa gelas teh yang kosong. ke dapur.
Ketika Ana masuk kembali dengan membawa dua gelas air teh, Ali masih duduk santai.
”Lelah ya Li”, tanya Ana.
”Kalau bersama you itu tak lelahnya”, jawab Ali.
”Aku siapkan makan ya Li”, Ana menawarkan makan siang.
”Baru dua jam di rumah makan soto, masa makan lagi”, tolak Ali.
”Kalau gitu kita minum aja dulu”, ajak Ana sambil menyudurkan teh yang baru dibuatnya ke meja di depan Ali.
Setelah menghabiskan minuman dan mencicipi kue yang di hidangkan Ana, Ali terpikir untuk mampir ke temapat tante Ramlah di Jalan Merdeka, untuk bersilaturrahmi.
”Aku pinjam kenderaan mau sebentar ke tempat tante Ramlah”, ujar Ali.
”Sekarang...?”, tanya Ana.
Ya”, bilang Ali singkat.
Ana melepas Ali yang berangkat ke jalan Merdeka. Tiba di tempat tante ramlah, pintu depannya masih terbuka. Setelah memarkir kendaraannya Ali megetuk pintu dan mengucapkan salam.
Assalamualaikum, yang langsung ada jawaban Alaikum salam. Tante Ramlah menyilakan Ali masuk.
”Lama Li  kamu nggak mampir ke tempat tante”, ujar tante Ramlah.
”Sejak di Barabai memang kurang punya kesempatan tante”, ujar Ali.
”Banyak sibuknya ya Li”, komentar tante.,”Duduk Li”, sambung nya sambil mengajak Ali di duduk di kursi tamu.
”Sudah mampir di rumah Ana”, tanya tante lagi.    
 ”Ya sudah tante”, jawab Ali.
”Alhamdulillah ya Li, tadi proses sampai resminya pertunangan kamu dengan Ana sangat lancar, ya berkat kemauan ibu Ana juga yang sangat mendukung”, ujar tante Ramlah.
”Terima kasih juga kepada tante yang banyak berkorban macam-macam, mama dan abah yang banyak minta bantuan kepada tante”, ujar Ali.
”Li aku siapkan makan ya”, tawar tante.
”Nggak tante, ini tadi sudah makan sama Ana, tadi baru mampir juga sebantar ke kampung, tapi abah mama kebetulan ke Gambut Banjar”, jelas Ali.
”Kalau gitu sebentar aku ambil minuman”, ujar tante.
”Juga ngga tante, ini sebentar aja mau kembali ke tempat Ana mengantar kendaraannya, nanti langsung pulang ke Barabai, tapi ni mau numpang shalat saja dulu”, ujar Ali.
”Oh gitu, mari masuk, sana tempat wudhu, nanti disini tempat shalatnya ”, kata tante.
Selesai wudhu Ali melaksanakan shalat di sajadah yang sudah disipakan tante Ramlah.
Selesai shalat Ali kembali ke ruang tamu, dimana ada tante Ramlah yang telah menyiapkan minuman untuk Ali.
”Silakan mimum Li dan kue itu seadanya”, bilang tante kepada Ali.
”Terima kasih tante”, ucap Ali sambil menikmati hidangan yang disediakan tante.
”Paman masih di toko ya tante ”, tanya Ali.
”Ya itu nanti jam empatan lebih baru pulang”, jelas tante,
“Anu tante, ini mau permisi aja, singgah dulu di tempat Ana, rencana langsung naik bus ke Barabai”, ujar Ali.
“Ya Li hati-hati di jalan, salam ya sama Ana dan mamanya”, ujar nante pesan kepada Ali.
“Ya tante, Asalamualaikum”, bilang Ali sambil menaiki kendaraannya.
”Alaikum salam ”, jawab tante Ramlah.

Begitu kendaraan Ali masuk ke halaman rumah Ana, tunangan Ali ini sudah berdiri di teras rumahnya.
“Ditungguin ya Na”, sapa Ali.
“Sudah, letakkan dulu kendaraannya ke samping sana”, pinta Ana.
”Tapi tampilannya tampak sudah lain”, komentar Ali begitu sudah berdiri di teras bersama Ana.
”Ngga hanya ganti baju aja, udah masuk yu”, ajak Ana ke kursi tamu.
”Mama sudah kembali”, tanya Ali.
“Sudah, juga sudah ceritera semua perjalanan kita tadi”, bilang Ana.
”Betul...ceritera semuaaa...”, goda Ali.
”Yang Ali ku nakal-nakal.... tentu nggak lah Li”, tukas Ana.
”Pintar you Na”, komentar Ali.
“Tadi mama juga nanya apa  sudah disiapin makan sama-sama, dan aku bilang kata Ali kebetulan lagi jalan-jalan sekali-sekali singgah di rumah makan lah”, terang Ana kepada Ali.
”Tadi di rumah tante Ramlah juga mau disiapan makan, tapi juga kubilang sudah tadi sama Ana”, bilang Ali.
”Apa aja di rumah tante”, tanya Ana.
”Kan tujuan ketempat tante Ramlah hanya suwan dan menyampaikan ucapan terima kasih aja, kan beliau tadinya yang wira-wiri sampai berlangsungnya dan resminya pertunangan kita kan”, jelas Ana.
”Li you mau shalat Zuhur, bisa you wudhu aku bawa ke tempat wudhu.”, ajak Ana.
”Sudah Na, tadi salat Zuhur di tempat tante Ramlah”, bilang Ali.

Bersamaan dengan selesainya ucapan Ali, mama Ana sudah berdiri di pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang dalam rumah.
“Kapan dari Barabai nya nak Ali”, sapa mama nya Ana,
”Tadi pagi naik bus ma”, jawab Ali sambil agak menunduk.
”Sebentar Na, itu ada yang dikirimin Rusma ambil di dapur”, pinta mama kepada Ana.
Ana masuk ke dalam mengikuti mamanya ke ruangan dapur. Tak lama Ana muncul lagi mebawa minuman dan sejenis kue kiriman yang dibawa mamanya dari tempat Rusma kakaknya,
”Nah ini Li, you harus cobain”, pinta Ana sambil meletakkan dua piring yang berisi sejenis bubur.
”Apa itu Na, tapi kayanya aku pernah cicipin tapi lupa namanya”, bilang Ali.
”Namanya Li bubur hintalu karuang, ayu coba Li”, ajak Ana.
”Ya aku suka Na, tapi jarang ada warung yang menjual ini”, sahut Ali.
”Ini memang jarang ada di warung, biasanya dijual dijajakan oleh ibii-ibu berjalan keliling sekitar kampng, atau sering juga dibuat orang sekeluarga untuk mereka sekeluarga saja”, jelas Ana.
”Nih sudah kuhabisin Na”, ujar Ali.
”Mau lagi..., aku ambilin di dalam masih ada kok”, bilang Ana.
”Udah-usah Na, ini sudah jam empat sore lewat, bisanya mulai setengah lima sudah ada bus yang lewat. Jadi yaa mau pamit kembali dulu ke Barabai. Bulan depan sudah libur semesteran dan juga bertepatan dengan puasa Ramadhan, kalau Ana suka kita banyak waktu untuk bersama”, jelas Ali panjang lebar.   
”Aduh.. panjang lebar amat pidatonya”, komentar Ana.
”Bagaimana...dan juga mau pamit sama mama”, ujar Ali.
”Sebentar aku bilang dulu sama mama”, kata Ana sambil masuk ke dalam mau bilang sama mamanya.
Sebentar Ana dan mamanya sudah masuk ke ruang tamu, Ali berdiri kemudian menyalami mamanya Ana, ”Permisi ma ini sudah mau pulang”, bilang Ali.
”Yaa nak Ali hati-hati aja di jalan”, sahut mamanya Ana.
”Na mau ikut nggak nih”, canda Ali.
Ketika Ali sudah pakai sepatu dan akan pergi, Ana tetap mengikuti di sampingnya.
”You mau kemana Na, mau ikut”, tanya Ali.
“Tadi disuruh milih mau ikut atau nggak, ini milih ikut lah”.jawab Ana.
“Kalau mau ikut bawa koper Na, aku nggak punya pakaian untuk you”, seloroh Ali.
“Ikut sampai persimpangan itu saja Li, tempat nunggu bus”, bilang Ana.
”Setia banget you Na, sayang disini.... kalau nggak aku akan cium pipi kanan-kirimu Na”, bilang Ali.
”Udah.., tuh busnya sudah datang”, ujar Ana.
Ali melambaikan tangannya sebagai tanda akan ikut naik bus tersebut. Sehingga bus berhenti tepat di tempat Ali dan Ana berdiri.
”Na aku pergi dulu”, bilang Ali sambil memeluknya.
”Ingat Li awal bulan depan sudah semesteran, aku tunggu”, bilang Ana.
”Ya Na selamat tinggal”, bilang Ali sambil naik ke pintu bus.
”Selamat jalan Li”, jawab Ana bersamaan dengan ditutupnya pintu bus dan bergerak menuju tempat study Ali kota Barabai.

(bersambung)   .
      
        






 
 
.

anugerah budaya 2015


Jumat, 31 Juli 2015

DOKUMEN



DOKUMEN

Ma’loemat  kedoea  oentoek Ra’jat

Diberitahoekan  kepasa  Rajat :

1.Sangat disesalkan banjak kesoesahan jang diderita oleh masjarakat lantarantindakan Militer dan Polisi, tetapi apa boleh boeat, karena tindakan itoe timboelnja dari perboeatan pengatjau-pengatjaujang menjoesahkan Ra’jat.

Djanganlah tjampoer dengan kaoem pengatjau, sebab  Militer atau polisi soesah membedakan antara pengatjau dan orang jang tidak bersalah.

2. Djangan lari kalau melihat  militer atau Polsi.

3. Djanganlah Ra’jat pertjaja kabar bohong jang disiarkan oleh jang tidak bertanggng jawab, goenakan fikiran dan timbangan jang sempoerna’

4. Hendaklah bersoenggoeh-soenggoeh mengerdjakan sawah dan ladang sehingga banjak mendapat padi. Moedah2an lekaslah berhenti kekatjauan ini, soepaja Ra'jat terhindar dari bahaya kelaparan - KARENA TIDAK ADA HARAPAN BERAS DARI LOEAR AKAN DIMASOEKKAN DISINI.

5. Haroeslah anak-anak dikembalikan kepada sekolah - Goeroe-goeroe , meneroeskan peladjaran kepada anak-anak.


                                                                                                   Kandangan,  13 Januari 1949
                          DeKiai Besar vande Hoeloe Soengai                                                                                                           Pangeran M. Nadalsjah      

LINTASAN SEJARAH BANJAR



LINTASAN SEJARAH BANJAR
(Kalimantan Selatan)

Oleh: Ramli Nawawi

Menurut Hikayat Banjar, sebuah buku berupa naskah kuno berisikan ceritera tentang perkembangan pemerintahan raja-raja di Kalimantan Selatan, pada sekitar abad ke 14 berdiri sebuah kerajaan bernama egara Dipa. Kerajaan ini dibangun oleh seorang saudagar Keling bernama Empu Jatmika. Ia datang kedaerah ini memenuhi wasiat almarhum ayahnya yang bernama Mangkubumi. Empu Jatmika disuruh agar sepeninggal ayahnya supaya meninggalkan Negeri Keling dan mencari tempat tinggal yang baru yang tanahnya panas dan berbau harum. Ia kemudian sampai di suatu daerah bernama Hujung Tanah. Di sinilah ia kemudian menemukan tanah yang panas  dan berbau harum tersebut.

$Empu Jatmika bersama anak-anak nya  dan pembantunya kemudian mendirikan tempat tinggal dan membangun daerah  yang kemudian dikenal sebagai daerah Kahuripan atau Kuripan, yakni daerah Amuntai sekarang. Untuk upacara keagamaan ia mendirikan sebuah candi, yang kemudian dikenal dengan Candi Agung.

Sebagai tokoh pimpinan yang kemudia diakui pula oleh pendudukdi daerah tersebut, ia kemudian bergelar Maharaja di Candi. Bahkan Kerajaan Negara Dipa ini semakin bertambah kuat dan wilayahnya semakin bertambah luas berkat usaha penaklukan terhada daerah-daerah di sekitarnya oleh para patih yang bernama Patih Magatsari dan Tumenggung Tatah Jiwa.

Empu Jatmika memandang dirinya tidak lebih dari seorang saudagar. Ketaatannya memegang ajara Trimurti, merupakan tonggak kokoh atas pandangannya bahwa kasta waisya tidak mempunyai hak untuk memerintah. Atas pandangan itulah ia berwasiat kepada kedua orang anaknya yang bernama Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat, bahwa sepeninggalnya nanti supaya dicari seorang raja yang sebenarnya. (bersambung)    

Selasa, 30 Juni 2015

KUNCI ZUHUD



KUNCI ZUHUD
AKU TAHU, RIZKIKU TAK MUNGKIN DIAMBIL ORANG LAIN
KARENANYA, HATIKU TENANG

AKU TAHU, AMAL-AMALKU TAK MUNGKIN DILAKUKAN ORANG LAIN
MAKA , AKU SIBUKKAN DIRIKU UNTUK BERAMAL

AKU TAHU, ALLAH SELALU MELIHATKU
KARENANYA, AKU MALU BILA ALLAH MENDAPATIKU MELAKUKAN
MAKSIAT

AKU TAHU, KEMATIAN MENANTIKU
MAKA, KUPERSIAPKAN BEKAL UNTUK BERJUMPA DENGAN RABB KU
                                                                            
                                                                                              (Hasan al-Bashri)

Selasa, 23 Juni 2015

RAMADHAN MUBARAK



Disusu oleh:
Ramli Nawawi

Ramadhan Mubarak telah menjelang kita kembali. Masjid dan Musalla kembali ramai dikunjungi umat Islam untuk bersama-sama menjalankan ibadah Ramadhan. Dalam bulan yang penuh berkah ini Allah S.W.T. memberikan ganjaran istimewa sebanyak 70 kali pahala terhadap setiap ibadah yang kita lakukan. Karena itulah laki-laki dan perempuan muslim, bahkan para remaja tak terkecuali anak-anak ramai melaksanakan ibadah   tarwih yang diselenggarakan di Masjid-Masjid dan surau  yang ada di setiap lingkungan mereka bertempat tinggal.

Banyak hikmah yang terkandung di dalam bulan yang suci ini. Nabi kita Muhammad s.a.w. menyampaikan kepada kita umatnya, sebagaimana sabdanya:

 اتاكم رمضان سيد الشهور * فمرحبا به واهلا * جاء شهرالصيام با لبركا ت
 فاءكرم به من زائر هوات * لو تعلمو امتى ما فى رمضان لتمنو ان تكون
انتكون السنة كله رمضان * لاء ن الحسنا ت فيه مجتمعة * والطاعة
مقبولة والدعوات مستجابة * والدنوب مغفورة * والجنة مشتاقة *

“Telah datang bulan Ramadhan mengunjungi kamu, bulan yang amat utama, sambut dan elu-elukanlah kedatangannya itu. Dia datang membawa bermacam-macam berkah, muliakanlah dia laksana menghormati tamu. Seandainya umatku mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam bulan Ramadhan itu, pastilah mereka menginginkan supaya seluruh bulan dalam setahun terdiri dari bulan Ramadhan. Karena dalam bulan Ramadhan itu berkumpul bermacam-macam kebaikan yang memberi pahala, taat yang diterima, do’a diperkenankan, dosa diampuni, dan timbul kerinduan akan sorga”.

Kalau kita perhatikan isi hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas tersebut, maka hikmah yang terkandung dalam bulan Ramadhan tersebut selain mengandung nilai-nilai Ubudiah (penghambaan diri kpd Allah), juga mengandung nilai-nilai Etika yang memberi tuntunan dalam hidup kita bermasyarakat.

1.Ramadahan sbg sumber kebaikan:
Kita mengetahui bahwa puasa dalam bulan Ramadhan selain sebagai salah satu rukun Islam, juga merupakan lahan yang mendatangkan pahala yang ebrlipat ganda. Karena itu pada malam hari selama bulan Ramadhan kita dianjurkan melaksanakan :
Shalat tarawih, I’tikaf di mesjid, tilawatul Qur’an, meningkatkan do’a memohon ampun kpd Allah, mengeluarkan sedekah, serta perbuatan-perbuatan baik lainnya. Karena itulah Ramadhan dikatakan sebagai sumber kebaikan.

2. Pada bulan Ramadhan ketaatan kita diterima oleh Allah, Attaata Makbulatun (segala amal ibadah akan diterima oleh Allah).

3. Pada bulan Ramadhan segala doa diperkenankan. Setiap doa yang baik yang domohonkan dalam bulan Ramadhan akan diperkenankan oleh Allah s.w.t. Karena itu dalam bulan Ramadhan memberikan kesempatan kpd kaum muslimin dan muslimat untuk meningkatkan doa untuk kemaslahatan kehidupan di dunia dan dia khirat.
Ada 3 doa yang banyak dipanjatkan dalam bulan ini:

 الهم اغفرلى د نوب يا رب العالمين
(Ampunilah dosaku , ya  Allah Tuhan sekalian Alam), dibaca pada hari pertama sd 10.
 الهم ارحمنى برحمتك يا ارحم الرحين
(Berilah rahmatlah aku dengan rahmatMu, ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang), dibaca pada hari ke 11 sd 20.
 الهم اعتنى من النار واد حلنى الجنة يا رب العالمين

(Ya Allah, bebaskanlah aku dari siksa api neraka, dan masukkanlah aku ke dalam sorga),
Dibaca pada hari ke 21sd akhir Ramadhan.

4. Pada bulan Ramadhan dosa-dosa diampuni. Sebagaimana hadis nabi: 
 من صام رمضان ايمانا واحتسابغفر له ما تقد م من د به 
(Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap keredaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu).

Yang dimaksudkan disini bahwa pada bulan Ramadhan terdapat peluang yang memberi kesempatan kpd kaum muslimin dan muslimat utk meningkatkan amaliah, sehingga kumpulan kebaikan yang dilakukan seorang hamba tersebut dapat menghapus dosa-dosanya. Allah menegaskan dalam surah Al Hud (114):

اءن الحسنات يدهبن السيئا ت *
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan kebaikan itu menghapuskan perbuiatan-perbuatan yang buruk”.

5. Bulan Ramadhan menimbulkan kerinduan untuk nanti bisa memasuki sorga. Bulan ramadhan dengan segala kesemapatan untuk melakukan amaliah itu menumbuhkan upaya  untuk nantinya menjadi penghuni sorga, yakni tempat di akhirat yang memberikan penuh kebahagian dan kenikmatan seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang taat beribadat menjalankan kewajiban yang diperintahkanNya.

Nilai-nilai lain yang dilahirkan dari ibadah puasa adalah ketahanan rohaniah. Karena puasa melatih jiwa mengendalikan dan menguasai hawa nafsu. Sementara ketahanan rohaniah seseorang akan mampu menghadapi setiap tantangan dan godaan yang hendak menyesatkan atau menjatuhkan kita. Ketahanan rohaniah sangat diperlukan bagi keluarga muslim dlm kehidupan dunia modern saat ini (agar kita terhindar dari pengaruh sarana komunikasi, narkoba, dls).
Nilai lainnya, dengan berpuasa orang semakin menyadari akan nikmat yang diberikan Allah. Semua nikmat itu disadari ketika nikmat itu hilang atau lenyap dr seseorang. Dengan berpuasa, maka dengan kemauan sendiri orang menahan dirinya tidak makan dan tidak minum sehari penuh. Dengan demikian dia dapat merasakan bagaimana nikmat yang diberikan Allah sesuatu yang pernah dimilikinya manakala hal itu tidak dimilikinya lagi.
Ibadah puasa juga melatih seseorang utk berserah diri kpd Allah s.w.t. (Allah yang mengatur kemampuan kita), puasa menguatkan kemauan (ada tantangan dan godaan menyuruh mundur) , jujur (walau sendiri tdk minum dll),

Demikianlah dr semua uraian di atas, maka ibadah puasa yang kita lakuakn dalam bulan Ramadhan saat ini, banyak mengandung nilai-nilai ubudiah (untuk bekal kehidupan kita yang kekal kelak), dan juga mengandung nilai-nilai moral (etika) yang berguna untuk menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat  seperti saat ini
(HRN)