APAKAH IMAN ITU
Iman berasal dari kata kerja amana-yu’minu, artinya percaya, setia, aman, melindungi, dan menempatkan sesuatu pada tempat yang aman. Nabi SAW menerangkan iman adalah anda percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kebangkitan, qadha (peraturan) dan qadar (kekuasaan)-Nya.
Rasulullah SAW mengaitkan keimanan kepada Allah SWT dengan keimanan kepada hari akhirat. Sebagai contoh , beliau bersabda: “Barang siapa yang beriman kepda Allah dan hari akhirat hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya; banrang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah memuliakan tamunya; barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata yang baik atau berdiam diri (HR Ahmad, Baihaqi, Nasa’I dan Ibnu Majah).
Ada apa sebenarnya dengan akhirat?.
Akhirat, adalah masa depan kita manusia. Akhirat adalah wadah hidup kita yang hakiki, di dalamnya ada janji pahala dan ancaman siksa. Akhirat nyaris terlupakan dan dilupakan ketika kita menata dan meniti kehidupan. Di akhirat ada celaka dan ada bahagia.
Allah SWT berfirman yang artinya: Dikala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhan-Mu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (QS. Hud 15-18).
Jika di dalam hati seseorang tertanam perasaan takut dan cemas akan hari akhir dan khawatir akan hari hisab, juga senantiasa sedih jika memikirkan nasibnya kelak di hari kiamat, itu pertanda keimanan yang di dalam hatinya semakin sempurna.
Adakah di dalam diri kita ada hal ini. Ketika kita beraktivitas, bekerja apa saja; adakah di dalam benak, otak, dan pikiran kita kesadaran: “Kalau aku mengerjakan ini apa akibatnya nanti di akhirat”. Inilah bekal kita menatap perjalanan selanjutnya. (Dikutip dari Fikrah: KH Husin Naparin Lc MA).
Kamis, 05 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar