INTROSPIKSI
MENYAMBUT TAHUN BARU 1436 H
Oleh: Ramli Nawawi
Tahun Baru Islam tanggal 1 Muharam 1436 Hijriah
bertepatan dengan hari Sabtu tanggal 25 Oktober 2014 kembali menemui kita.
Karena itu kemudian kita segera meninggalkan tahun 1435 Hijriah. Maka selanjutnya
seyogianya lah kita melakukan introspiksi apasaja yang telah kita lakukan, yang
perlu kita lakukan ketika kita sudah berada di tahun baru lagi. Apa juapun yang telah kita alami di tahun yang telah kita lewati tersebut, susah atau senang,
namun ketika kita telah menghirup udara ditahun baru ini, maka yang tak boleh
kita lupakan adalah mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kita kesempatan untuk kembali menikmati nikmat yang diberikan-Nya.
Kalau kita lagi mengikuti ceramah atau khotbah
biasanya penyampai selalu mengajak kita untuk bersyukur kepada Allah atas
nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Memang
Allah SWT dalam Al Qur’anul Karim surah Ibrahim ayat 34 telah berfirman, bahwa
Allah SWT akan memberi apa yang kita minta.
“Wa ataakum min
kulli saaltumuuhu, wa inta’udduu ni’matallahi laa tuhshuha, innal insaana
lazhaluumun kaffaru” (Dia (Allah) memberimu segala yang kamu minta, dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah sanggup kamu menghitungnya, sesungguhnya
manusia itu sangat zalim dan mengingkari (tidak mengakui akan) nikmat Allah).
Benarkah bahwa manusia ini banyak yang ingkar
terhadap nikmat Allah? Coba kalau kita tanya seseorang tentang nakmat Allah
ini. Umumnya mereka ada yang menjawab:
“Aku selalu bersyukur dengan mengatakan
Alhamdulillah”. Ada juga yang mengatakan :
“Aku selalu bersyukur kepada Allah dengan
mengucapkan Alhamdulillah, dan juga dengan melakukan ibadah kepada Allah serta
melakukan amaliah kepada sesama hamba-Nya”.
Tapi mungkin ada juga mereka yang sebelum menjawab
pertanyaan kita di atas, sebelumnya mereka bertanya balik, apa saja ya nikmat
Allah yang diberikan kepada kita?.
Mari kita lihat diri kita saja, di bagian kepala:
ada rambut tumbuh, mata melihat, hidung bernafas, telinga mendengar, mulut
bicara dan makan minum, otak berpikir dan merekam ingatan. Dari mana
kita dapat, semua diberi. Ada
mereka yang diberi tidak lengkap, tetap mereka bersyukur daripada tidak diberi
sama sekali.
Mari kita lihat
lagi, kita punya tangan dan kaki, ada yang namanya jantung, paru-paru, hati,
ginjal,.dll, dll, lagi. Sanggup kita menghitung nilainya, atau harganya?.
Bayangkan kalau ada salah satu yang diambil lagi oleh Pemberinya.
Apa yang
sebagian disebut di atas baru nikmat yang ada pada diri kita langsung. Ada nikmat-nikmat lainnya
yang sering banyak orang melupakannya. Allah menciptakan matahari dan
pelanet-pelanet, tanaman, binatang, pohon (hutan), air, udara, serta
benda-benda berharga yang dikandung bumi.
Kita diberi
hidup berkeluarga (isteri, anak-anak), hidup berkecukupan, bertetangga,
berbangsa dan bernegara yang merdeka. Bukankah semua itu nikmat yang diberikan
Allah?. Dan biasanya kita baru sadar kalau ketika ada yang sudah diambil-Nya
dari kita?.
Tapi Allah bersifat rahman dan rahim (kasih sayang).
Dan selalu mengingatkan agar manusia tidak zalim dan tidak ingkar terhadap
nikmat yang diberikan-Nya. Seperti dalam Surah Arrahman, yang jumlah ayatnya
ada 41 ayat, sebanayk 31 ayat mengingatkan manusia tentang nikmat Allah yang
diberikan kepada hamba-Nya.
“Fabiayyi alaaai
rabbuka tukazzibani” (Maka nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?).
Mungkin timbul
pula pertanyaan, mengapa masih banyak orang hidup dalam kemiskinan. Allah
berjanji “ Wa atakum min kulli saaltumuuhu” (Dia (Allah) akan memberimu apa-apa
yang kamu minta). Karena itu jawabnya
adalah mari meminta (berdoa’a) kepada Allah. “Iyya kana’budu wa iyya
kanasta’in”. (Kepada-Mu aku menyembah dan kepada-Mu aku meminta). Allah menargetkan
kita menyembah dan kemudian meminta kepada-Nya sekurang-kurangnya 5 kali dalam
sehari semalam. Kalau hal itu kita
sudah lakukan dan tidak lalai, Allah tentu akan memenuhi janji-Nya. Insya
Allah. Terkecuali seperti diberitakan dalam Al Qur’an memang ada orang-orang
shaleh yang mendapat ujian kesabaran dari Allah, mereka lulus dan mereka adalah
ahli surga.
Kalau kita
sejenak introspeksi diri, tentu kita sadar begitu banyak nikmat yang diberikan
Allah kepada kita umat-Nya. Karena itu wajar kalau kita senantiasa bersyukur
dengan selalu melaksanakan perintahnya: aqimis shalah wa atuzzakah, kutiba
alaikumus siam, qala la
ilaha illa Allah, dan bagi yang “siap” hadir di padang Arafah pada 9 Zulhijjah.
Tapi bagi mereka
yang zalim dan ingkar akan nikmat Allah, maka seperti firman-Nya dalam Al
Qur’an surah Iberahim ayat 7: “Wa iz taazzana rabbukum: lain syakartum la
azidannakum, wa lain kafartum inna ‘azaba lasyadiid”. (Dan Tuhan mu memberitahukan:
jika kamu bersyukur akan Ku-tambah nikmatmu, tapi bila ingkar siksa-Ku amat
pedih).
Memperhatikan
keberadaan masyarakat di negeri kita saat ini, apakah ini gambaran dari
masyarakat yang senantiasa bersyukur kepada Allah, atau gambaran dari masih
banyak masyarakat yang zalim dan ingkar
kepada Allah?. Wallahu ‘alam.
(HRN: Harap
naskah ini tidak diposting ke blog lain).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar