Jumat, 05 Oktober 2012

K. H. ABDULLAH UMAR


(alhafidz dari kota semarang)
Oleh: Ramli Nawawi
K.H. Abdullah Umar Al Hafidz adalah tokoh yang tidak asing bagi masyarakat Kota Semarang. Kiprahnya dalam memajukan peribadatan dan memberikan pendidikan dalam bidang keislaman gaungnya sampai ke beberapa daerah di Nusantara dan bahkan ke negara tetangga. Ulama yang hidup sederhana ini semasa hidupnya lebih dari 50 tahun telah mengabdikan dirinya untuk menghidupkan dan memajukan peribadatan di Mesjid Besar Kauman Semarang. Karena itu kedekatan umat Islam Semarang, khususnya masyarakat Kampung (Kelurahan) Kauman dan sekitarnya serta kecintaan mereka terhadap mesjid tempat peribadatan mereka, dapat disaksikan dari banyaknya jumlah jemaah yang terpanggil untuk selalu datang ke mesjid dalam melaksanakan shalat lima waktu di Mesjid Besar Kauman Semarang hingga saat ini. Semua itu tidak bisa dipisahkan dari usaha dan ketekunan K.H. Abdullah Umar yang pada masa hidupnya secara rutin menyeru dan bahkan mencontohkan kedekatan dan kecintaannya terhadap mesjid. Bahkan K.H. Abdullah Umar yang bacaannya fasih dan hafal Al Qur’an tersebut sampai pada akhir hayatnya selalu setia mengimami shalat lima waktu di Mesjid Besar Kauman.

 
Pengabdian K.H. Abdullah Umar Al Hafidz tidak hanya sebagai penggerak dan penuntun masyarakat untuk beribadah di mesjid, ia juga seorang pendidik yang telah bersedia memberikan miliknya dalam usaha untuk  membimbing dan membekali generasi muda dengan keahlian yang sulit tandingannya. Sebagai seorang hafidz Al Qur’an ketika usia 18 tahun berkat keuletan dan ketabahannya, K.H. Abdullah Umar membuka sebuah pondok Al Qur’an. Sebuah rumahnya di sediakan untuk tempat tinggal siapa saja yang mau memperdalam Al Qur’an, dan rumah yang ditempatinya bersama keluarganya digunakan untuk membimbing pengajian santri-santrinya. Tidak ada pungutan uang kuliah, sehingga para santri hanya perlu kiriman uang dari orang tua untuk keperluan makan dan belanja mereka saja. Bahkan santri yang orang tuanya tidak mampu diberi bantuan oleh K.H. Abdullah Umar selaku pimpinan pondok. Ketika K.H. Abdullah Umar tahun 1971 membuka pondok Al Qur’annya karena keterbatasan tempat mondok yang tersedia ia baru bisa menampung 17 orang santri. Cara yang dipakai K.H. Abdullah Umar dalam membimbing santri-santrinya adalah metode gabungan antara halaqah (kolektif) dan sorogan (individual). Setelah berlangsung kurang lebih empat setengah tahun K.H. Abdullah Umar berhasil mewisuda beberapa orang hafidz 30 juz Al Qur’an. Pondok pesantren K.H. Abdullah Umar yang kemudian bernama Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Semarang tersebut selanjutnya telah melahirkan banyak hafidz yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara, bahkan dari negara tetangga Malaysia dan Berunai Darussalam.
Tokoh yang akrab dengan jemaah Masjid Besar Kauman ini pada tahun 1982 mengajukan pensiun lebih awal ketika masih menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Semarang Tengah. Keputusan tersebut diambilnya karena sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Semarang Tengah waktu itu ia diharuskan ikut kampanye untuk kepentingan politik, padahal para santrinya tidak setuju dan menyatakan akan meninggalkan pondoknya. Karena itu demi untuk kelangsungan pondok Al Qur’annya K.H. Abdullah Umar mengambil sikap pensiun lebih awal.
Usahanya menggerakkan dan menuntun masyarakat Semarang mencintai mesjid dan menyemarakkannya serta memberdayakan milik pribadinya membangun pondok Al Qur’an tanpa mengharapkan imbalan apapun, merupakan bagian dari kesyukurannya kepada Tuhan yang memberikannya kemampuan berupa ilmu yang mengangkat kehidupannya dari yang dialaminya ketika masa kecilnya.
K.H. Abdullah Umar yang isterinya juga kemudian menjadi pengasuh para santri wanita hafidz Al Qur’an dan yang semua anak-anaknya juga hafidz Al Qur’an itu, meninggal dalam usia 72 tahun pada hari Jum’at 21 Dzulhijjah 1421 (16 Maret 2001). Masyarakat Semarang khususnya warga Kampung Kauman dan jemaah Masjid Besar Kauman Semarang setiap tahun pada bulan Dzulhijjah selalu  menyelenggarakan upacara haulan bertempat di Masjid Besar Kauman Semarang untuk mengenang dan memberikan penghargaan atas jasa-jasa dan pengabdiannya. Pengabdian dan keilmuannya yang patut dikagumi tentu memiliki nilai sendiri di hati masyarakat yang mengenalnya. (HRN).














Tidak ada komentar: