SEKILAS TENTANG KOTAMADYA BANJARMASIN
IBU KOTA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh: Ramli Nawawi
Secara geografis Kotamadya Banjarmasin terletak di
antara 3° 15 LS sampai dengan 3° 22 LS dan 114° 98 BT, pada ketinggian rata-rata
0,16 meter di bawah permukaan air laut. Karena itu pada waktu terang bulan air
laut bagian selatan naik ke sungai, pantai, dan menggenangi jalan-jalan yang
rendah permukaannya di Kotamadya Banjarmasin.
Air laut yang naik ini disebut ”banyu pasang”. Jika banyu teramat dalam disebut
pasang ramban, dan kalau pasang terjadi dua kali sehari semalam disebut ”pasang
pin dua”. Pada waktu musim kemarau panjang, air pasang ini naik membawa air
asin, yang diucapkan oleh orang Banjar muara atau kuala sebagai ”masin”. Hal
ini pula menurut versi penduduk setempat
melahirkan nama Banjarmasin.
Sebagaimana daerah lain yang letaknya dekat dengan
daerah garis khatulistiwa, Banjarmasin termasuk daerah yang berudara panas,
iklim tropis, lembab dan umumnya banyak turun hujan, rata-rata tiap bulan 6-15
hari dengan curah hujan rata-rata 2000-2700 mm, terbesar dalam bulan
Desember/Januari dan terkecil dalam bulan Juli/Agustus. Masing-masing dapat disebut musim timur yang
menghembuskan angin yang membawa hawa panas dan musim barat yang membawa hawa
dingin dan mengandung basah. Keadaan suhu rata-rata di antara 26° C hingga 34°
C. Sesuai dengan keadaan alamnya Banjarmasin dialiri oleh banyak sungai besar
dan kecil yang kesemuanya dimanfaatkan untuk sarana perhubungan antar kota,
desa dan daerah. Diantaranya adalah Sungai Barito yang terbesar, Sungai
Martapura dan sungai-sungai kecil lainnya.
Dekat muara Sungai Barito terdapat pulau-pulau,
yaitu Pulau Bakut, Pulau Kambang, Pulau Tempurung, Pulau Tamban, Pulau Alalak
dan Pulau Kaget. Di antara pulau-pulau itu Pulau Kambang yang terkenal dipandang
keramat oleh sebagian orang dari suku tertentu
di Kalimantan Selatan. Pulau ini seluruhnya didiami oleh kera-kera yang
dipandang keramat, diberi sesaji, kemenyan, makanan dan buah-buahan. Kotamadya
Banjarmasin sendiri terletak pada sebuah pulau atau delta yang disebut Pulau
Tatas, letaknya tidak jauh dari Muara Sungai Barito.
Kotamadya Banjarmasin saat ini di sebelah utara
berbatasan dengan Daerah Tingkat II Kabupaten Barito Kuala, di sebelah selatan
dengan Daerah Tingkat II Kabupaten Tanah Laut, , di sebelah timur dengan Daerah
Tingkat II Kabupaten Banjar, dan di sebelah barat dengan Sungai Barito wilayah
Kabupaten Barito Kuala.
Kotamadya Banjarmasin mempunyai luas lebih kurang
72.0776 km² atau 7.207,76 ha, dengan
rincian sebagai berikut: tanah bangunan
1.861,85 ha (25,8%), tanah perkebunan 1.980,20 ha (27,5%), tanah
persawahan 2.746,81 ha (38,1%), jalan/sungai 426,26 ha (5,9%), dan
rawa-rawa/tanah kosong 192,54 ha (2,7%) * data 1990. Pusat kota terletak di
suatu dataran delta di muara cabang Sungai Barito dan keadaan tanahnya hampir
seluruhnya merupakan rawa-rawa dan kadang-kadang digenangi air.
Hoone, seorang ahli geologi yang melakukn
penelitian tentang Kota Banjarmasin, berkesimpulan bahwa pada kedalaman 4,5 meter
sampai dengan 11 meter, jenis batuannya empuk, hitam, lumpur dan tanah liat
dengan batang pohon rapuh. Pada kedalaman 26 meter sampai 33 meter, ditemukan
tanah merah, tanah liat warna kelabu .Sampai kedalaman itu merupakan bentuk
batas-batas geologis. Sampai kedalaman 50 meter terdapat olioceenlogen di atas
Zaman Kuartair. Untuk menentukan batas alluvial dan diluvial menemui kesulitan,
karena kekurangan bukti-bukti konkret.
Keadaan penggunaan tanah akan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan kota. Dengan bertambahnya jumlah penduduk di masa
mendatang akan menunjukkan, bahwa penggunaan tanah perkebunan, persawahan dan
tanah kosong lainnya akan berangsur-angsur berkurang, dan sebaliknya
tanah-tanah bangunan akan bertamabah. (RN, Sejarah Kota Banjarmasin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar