(Ceritera ini fiksi, kalau ada
kesamaan nama dan tempat serta lainnya, hanya dibuat kebetulan, sambungan
posting: tgl. 1-9-2012, oleh Ramli Nawawi
6. REKA-REKA CINTA
6. REKA-REKA CINTA
Pagi hari seperti
biasa anak-anak asrama, baik asrama putra maupun putri, sama-sama bergegas
dengan kendaraannya menuju sekolah mereka. Ana dan teman-temannya yang asramanya lebih dekat dengan sekolah, mereka
biasanya lebih dahulu tiba di sekolahnya. Sedangkan Ali dan kawan-kawannya
karena lebih jauh umumnya lebih kemudian. Karena itu ketika Ali sampai di
sekolah, Ana sudah terlihat ada di teras depan kelasnya. Sementara Ali baru mau
memarkir kendaraannya.
”Li, ada salam lagi untuk you ....”, oceh Ana
ketika Ali lewat di depannya . Ana memang sengaja memancing, karena waktu
istirahat belajar ia kadang melihat ada saja teman putri yang selalu dekat dengan
Ali.
”Salam atau salim lagi nih.....”, sahut Ali, karena
sapaan serupa juga sudah pernah diucapkan Ana kepadanya.
”Memang ada saliimnya ya...?” sahut Ana.
”Ya.... saliimnya kan dari you”, sahut Ali sambil hendak
berlalu menuju ruang kelasnya.
”Li, besok sore ada latihan nyanyi lomba lagi
kan”, Ana mengalihkan percakapan.
“Ya.., apa sudah ada te...meen sekelas yang sudah
menawarkan diri untuk mengantar kan...”, balas Ali memancing reaksinya Ana.
”Kalau you te..meen yang beda kelas boleh, tapi
yang lain nggak lah”, cetus Ana.
”Apa iya....”, sahut Ali singkat.
”Tak percaya ya.......?”, cetus Ana lagi.
”Percaya, amat percaya......”,
sahut Ali, sambil bergegas meninggalkan Ana, khawatir kalau Ana yang tampak
berkata sungguh-sungguh kecewa karena goyonannya barusan.
Latihan lomba nyanyi lagu-lagu keroncong antar
pelajar sekolah lanjutan berlangsung
selama 2 minggu, dengan berselang satu hari. Dalam lomba tersebut Sekolah Pendidikan
Guru mengikutsertakan dua pelajar pria dan dua pelajar wanita. Diantara mereka yang lulus sleksi sebagai
peserta termasuk Ali dan Ana. Jumlah peserta yang lulus sleksi dan akan tampil
dalam malam final ada 12 orang. Masing-masing 6 peserta pelajar pria dan 6
peserta pelajar wanita. Lomba
diselenggarakan di Gedung Balai Pertemuan
Kabupaten, yang dihadiri para undangan juga ada beberapa pejabat
setempat, para peminat seni budaya dan para pelajar.
Setelah seluruh peserta tampil
membawakan lagu wajib dan lagu pilihan masing-masing, hasil penilaian yuri
hanya menempatkan baik Ali maupun Ana hanya sebagai juara harapan satu dan dua.
Peristiwa mengikuti lomba nyanyi ini sangat
berkesan bagi Ali dan Ana, walaupun keduanya hanya mendapat penilaian sebagai
juara harapan. Tetapi dengan ditunjuknya oleh sekolah mereka berdua untuk
mengikuti lomba tersebut, kemudiaan mengikuti latihan-latihan, dan juga sama-sama
lulus sleksi, hingga mereka sama-sama tampil menyanyi di panggung, keduanya
semakin merasa bahwa mereka memang sepertinya telah ditakdirkan sebagai
pasangan yang dipersatukan. Peristiwa
itu membuat mereka semakin merasakan bahwa mereka telah sama-sama menemukan dan
mendapatkan pilihan hidup yang terbaik. Sehingga ada terbetik di hati Ana kalau
hanya Ali jodohnya nanti.
Bagi Ali dengan peristiwa banyak waktu bersama
dalam kegiatan lomba nyanyi tersebut, ia telah mengenal Ana lebih dekat. Sebelum
dan hingga Ali mengenal Ana, ia telah banyak membanding antara seorang pilihan
keluarganya dengan Ana. Cerianya Ana, dan besarnya rasa cinta Ana kepadanya
dirasakannya begitu meyakinkan, ia merasakan kalau Ana tidak akan menyerah
dengan halangan yang mungkin bisa memisahkan dengan dirinya. Karena itulah Ali
memutuskan bahwa ia juga akan melawan apapun rintangan yang akan dihadapi.
Sebagai juara harapan baik Ali maupun Ana juga
menerima bingkisan bingkisan yang juga terbungkus rapi. Dengan selesainya
pembagian hadiah acara lomba lagu-lagu keroncong antar pelajar tersebut dengan
resmi ditutup oleh panitia penyelenggara.
”Na, gimana pulang nya”, tanya Ali.
”Aku gabung dengan teman-teman seasrama
saja”, jawab Ana, sambil menunjuk
beberapa teman seasramanya yang hadir pada malam acara tersebut. Ana dan
teman-teman seasramanya pulang hanya jalan kaki, karena Balai Pertemuan tempat
acara tersebut tidak jauh dari asrama mereka.
Demikian pula Ali pulang juga menggabung dengan
teman-teman seasrama mereka yang juga hadir di acara tersebut. Mereka sama-sama
naik kenderaan, karena letak asrama mereka lebih jauh dari letak asrama Ana dan
kawan-kawannya.
Seminggu telah berlalu, baik Ali maupun Ana
kembali disibukkan dengan pelajaran-pelajaran sekolah mereka. Setiap hari
selalu ada tugas-tugas mata pelajaran yang harus dikerjakan di asrama. Apalagi
beberapa bulan lagi mereka sudah akan menempuh ujian akhir sekolah.
Seperti biasa, ketika Ali masuk pekarangan
sekolah, Ana sudah lebih duluan ada di sekolah. Ketika Ali lewat di depan kelas
Ana setelah memarkir kendaraannya, Ana menyapanya.
”Kok agak terlambat Li”, sapa Ana.
”Ngga, seperti biasa lah, you aja sepertinya yang
tambah rajin lebih awal datang ke sekolah”, sanggah Ali. dan memancing
reaksinya Ana.
”Curiga niihhh,,,,,,,”, cetus Ana.
”Apa ada yang merasa dicurigai”, sambung Ali.
”Udah lah Li tak ada curiga-curigaan, tapi tadi
Tika teman seasramaku pesan mau pinjam kunci ruang kesenian, kunci masih sama
you kan”, jelas Ana.
”Ada kegiatan apa nih...”, tukas Ali.
”Ya...., dia minta temani aku juga, mumpung tak
ada kegiatan sore ini, mau coba lagu baru di piano, katanya”, jelas Ana lagi.
”Oky, kalau gitu nanti sore aja kita langsung
ketemu di depan ruang kesenian”, pinta Ali.
”Jam 3 sore ya”, pinta Ana.
”Ya...”, jawab Ali pasti, sambil
langsung melangkah menuju ruang kelasnya.
Beberapa menit sebelum jam 3 sore,
Ana dan Tika sudah ada di depan ruang kesenian. Namun Ali baru tiba di kompleks
sekolah bahkan beberapa menit sesudah jam 3 sore itu.
“Katanya jam 3, tapi nih sudah
lewat, pasti ada alasannya nih....”, sapa Ana begitu Ali memarkir kenderaannya
di depan bilik ruang kesenian.
“Tapi masih ada ruang maafnya
kan...”, jawab Ali, sambil menuju ruang kesenian untuk membuka pintunya.
“Ya, tentu saja selalu ada maafnya,
asal pasti ditepati..., ya kan Tika”, cetus Ana minta dukungan Tika temannya
yang datang bersamanya.
“Hati-hati Li, ada ancaman kayanya
tuh dari Ana”, timpal Tika.
Setelah pintu dibukakan oleh Ali,
Ana dan Tika masuk langsung menuju tempat piano. Ana membuka kunci piano dan
membuka tutup tuts-tutsnya. Setelah menekan beberapa tutsnya, kemudian Ana
menyilakan Tika duduk di kursi depan piano untuk memainkan lagu yang akan
dicobanya.
Ali yang tadi masih di luar
membenahi letak kenderaannya, kemudian masuk mendekati Ana dan Tika.
“Ada dapat lagu baru apa Tik?, sapa
Ali kepada Tika yang sudah mulai menekan tuts-tuts piano di depannya.
“Ada aja dih....”, jawab Tika yang belum
mau memberi tahu lagu yang mau dimainkannya.
“Coba dengar dulu tuh, bagus nggak
lagunya”, cetus Ana kepada Ali, sambil mengajak Ali duduk di deretan depan kursi
yang ada di ruangan tersebut.
“Suka lah mendengarnya, apa lagi lagu baru...”,
bilang Ali.
”Judul lagu tu, Di wajahmu Kulihat Bulan”, jelas
Ana.
”Masa di wajahku ada bulan”, cetus Ali.pura-pura tak mengerti
”Bukan di wajahmu Li...., itu judul lagu, yang tentu ada makna kiasannya”, jelas Ana lagi.
“Dari mana dapat lagu itu”, tanya Ali lagi.
”Ya Li, di asrama tu banyak orang, ada aja yang
bisa dapat lagu, kemudian dinyanyikan rame-rame, begitulah”, jelas Ana lagi.
”You suka juga lagu tersebut”, tanya Ali singkat.
”Ya kadang ikut nyanyi rame-rame lah..., tapi aku
juga punya lagu baru”, jawab Ana.
”O ya..., aku tidak pernah diberi tahu”, kata Ali.
”Nanti kalau Tika sudah selesai, you boleh dengar
lagunya lewat tuts-tuts piano aja”, Ana coba meyakinkan.
”Boleh nggak dengar syairnya dulu”, pinta Ali.
”Nih baca sendiri,
aku bawa catatannya”, jawab Ana sambil menyerahkan selembar kertas bertulisan
syair lagu tersebut kepada Ali.
Begitu Ali membaca judulnya Kasih Putus di Tengah
Jalan, Ali langsung komentar: ”Wah....ini pasti dari pengalaman seseorang atau
dari penciptanya sendiri.”, bilang Ali, yang kemudian meneruskan membaca
syairnya:
-
Padaku
dikau berikan kasih sayangmu.
-
Padaku
dikau berikan janji sucimu.
-
Seiring
jalan setujuan shidup semati.
-
Sempurnalah
paduan kasih insani.
-
Namun
apa ndak dikata suratan alam.
-
Janji
suci harus putus di tengah jalan.
-
Engkau
ke bintang yang tinggi, aku hanya ke bulan.
-
Selamat
berpisah kasih sayang.
”Mengapa you suka lagu ini Na”,
tanya Ali.
“Suka lagunya aja, tapi peristiwa
seperti di bait kedua, janganlah”, jelas Ana.
“Kalau gitu bait kedua tu, ganti
begini aja gimana”, Ali coba menuliskan:
- Walaupun harus terjadi suratan alam.
- Janji suci tak kan putus di tengah jalan.
- Andai kau ke bintang tinggi, aku hanya ke bulan.
- Ku kan tetap menantimu sayang.
”Bagaimana,
setuju....”, tanya Ali.
”Yaahh.....tu lagu orang Li, dan kalu sudah ada
di bintang masa mau turun”, cetus Ana
meragukan.
”Ya ..kalu ada yang setia menanti, masa tak di
jemput”, ucap Ali.
”Kalau itu you... apa iya......”, bilang Ana
seperti meragukan.
”Kayanya peristiwa itu takdir Na, tapi tekad dan
kesetiaan merupakan milik orang perorang”, Ali meyakinkan ucapan Ana yang
tampak meragukannya.
”Jadi judul lagu itu sebaiknya: Kasih tak kan
putus di tengah jalan”, sambung Ali.
”Li you mau dengar lagunya, nanti kucoba di piano
setelah Tika selesai”, bilang Ana mengalihkan pembicaraan.
Ketika Tika sudah beberapa kali mencoba memainkan
lagunya, ia menyilahkan Ana untuk menggantikannya. Ana menuju piano diiringi
Ali. Setelah Ana duduk dan menekan beberapa tuts piano, ia pun mulai memainkan
nada lagu yang syairnya ada di tangan Ali:
”Coba cocok kan dengan syairnya”, bilang Ana,
sambil mulai menekan tuts-tuts piano memainkan nya.
. ___ ___
___ ___ ___
. . . . .
.
3 3 1 2 7 1 6 7
6
1 7 5 4 . .
___ ___ ____ ___ ____
. . . . . .
. . . . . .
2 3 l 2 7 1
6 7 6
1 7 6 5
. .
.
.
____ ____ ___
___ ___
3
4 5 6
6/ 6 5 4 3
3 4 5 3 4
..
.
.
___ ___ ___ ____
. . .
. .
6
7 1 4 ..
2 1 7 7 6 1 7
6 5 . .
___ ___ ___ ___ ____
.
. . .
. .
3 3 1 2
7 1 6
7 6 1
7 5 4 . .
___ ___ ___ ___ ___
.
. . . . . .
2
3 1 2 7
1
6 7 . . 5 6
7 1 3 . .
.
.
___ ___ ___ ___ ___
. .
. . . .
6
5/ 6 4 3 2 1 7
. . 6 1 1 7 6 5 4 . .
___ ___
___ ___
. .
3 2 3
4 6 1
7 7 . . 6 1 .
.
”Bagaimana..mau nyoba main mengulangi lagu tadi”,
ucap Ana kepada Ali, begitu ia selesai memainkannya.
”Nanti belajar dulu lah...”, sahut Ali
“Tapi suka nggak lagu tadi”, sambung Ana.
”Boleh juga, tapi kalu you nyanyiin bait keduanya
mau kan diganti dengan yang tadi”, tanya Ali mau tahu mengapa Ana mengenalkan
lagu tersebut kepadanya.
”Dengan syair bait kedua yang you ganti tu, biar
lagu ini untuk album kita aja Li, gimana...”, ucap Ana.
”Ya....lagunya baik juga, syairnya
aja mengapa harus putus segala, siapa Na penciptanya”, jelas Ali.
”Penciptanya kalau tak salah memang seorang
wanita, Surniwarkiman", jawab Ana ragu..
Tika yang duduk di bagian tengah deretan kursi di
ruang seni, sejak tadi memperhatikan Ali
dan Ana yang duduk di depan piano. Ia kemudian bangkit dari duduk dan mendekati
Ali dan Ana.
”Lo... lagunya sudah selesai, tapi masih asyik
diskusi tampaknya”, sapa Tika.
”Tak apa-apa Tik, nih ada orang mau tahu not-not
lagu tadi, entah apa dia suka katanya lagu tadi”, sahut Ana.
”Suka lagunya Tik, tapi syairnya baiknya yang
berisi janji kesetiaan seseorang lah”, kata Ali menimpali.
”Aku dukung Li pendapatmu, dan aku yakin kalau
masalah kesetiaan pasti Ana juga setuju”, sahut Tika.
”Ah... udahlah, sudah hampir jam 6 sore nih,
pulangan aja yu..”, cetus Ana.
Ana menutup dan langsung mengunci piano, kemudian
bergegas bersama Tika keluar menuju kendaraan mereka. Sementara Ali menutup
pintu ruang kesenian.
”Li, sampai besok”, jar Ana sambil menaiki
kendaraannya.
”Hati-hati ..”, sahut Ali yang juga sudah mulai
menaiki kendaraannya.
(bersambung ke posting tgl. : 8-11-2-12)
2 komentar:
ijin menyimak eyang...ditunggu episode berikutnya..he he
Minal Aidin Wal Faizin, Selamat Idul Adha 1433 H., mohon maaf lahir bathin, untuk mas Aru/Bagyo serta tetangga di RT 10 Citra Ringin Mas.
Episode ceritera fiksi berikutnya, bulan depan aja ya.....
Posting Komentar